Mau tak mau, Cleo pun tersenyum. Dia tertawa saat melihat bagaimana cowok itu bisa ada di sampingnya.
"Cle! Cle! Huhu! Itu cakep banget!" seru Tatu sambil menarik baju Cleo dan meremasnya.
Dia terlalu heboh sendiri sampai-sampai Cleo hanya bisa terkekeh, merasa malu kepada Laksa.
Laksa pura-pura serius menonton. Dan Cleo tak menikmati film itu dengan baik. Dia sudah terdistorsi oleh atensi Laksamana. Kali ini cowok itu mengenakan hoodie yang menutupi tubuh besarnya.
Mendadak kembali dadanya berdebar kencang. Dia menundukkan wajahnya, merasa malu kala mendengar detak jantungnya sendiri. Jadi, bagaimana?
Diam-diam Laksa mengambil tangan mungil Cleo. Memindahkannya ke pangkuannya.
"Eh?" Cleo terkejut sendiri. Dia tak menyangka Laksamana akan berani seperti saat ini.
"Lo enggak menikmati filmnya?"
Pertanyaan itu seolah mewakili alasan Cleo. Cleo hanya menggelengkan kepalanya. Hanya ada cahaya dari bioskop yang tengah menyala. Selain itu begitu gelap.
"Ayo pindah," bisik Laksa dengan suara berat.
Suara itu menggetarkan sel-sel saraf Cleo yang tadinya tenang kini panik seketika. Panik karena merasa panas akibat suara yang terdengar seksi itu.
"Pi--pindah ke mana?" cicit Cleo.
"Ikut gue. Pegang tangan gue terus."
Cleo pun mengikuti instruksi cowok itu. Tanpa sadar secara spontan menggenggam tangan Laksa yang besar di dalam genggamannya.
Dia merona malu saat memikirkan hal lain yang seharusnya tak dia pikirkan.
Perlahan kakinya ikut berjalan di belakang Laksamana. Jarak mereka berdempetan. Laksamana duduk di kursi teater paling ujung dan yang tak disinggahi banyak pengunjung.
"Kenapa kita pindah ke sini?" Gadis itu merasa ingin tahu.
"Berapa kali lo ke bioskop?"
Cleo menoleh, memandangi wajah Laksamana yang menghadap ke depan. Bahkan melihat dari sisi wajahnya saja, dia merasa kalau Laksamana memang memiliki ketampanan sang adonis.
"Euhm … jarang, aku pertama kali ke bioskop saat Tatu diterima di kampusnya," kekehnya mengingat saat-saat yang lalu.
"Lalu, apa yang lo lakukan di bioskop?"
Cleo spontan menjawab, "ya menonton dong. Masa di sini makan malam hihi."
Laksamana menoleh, dia tersenyum melihat Cleo. Gadis itu terlalu polos dalam menjawab pertanyaannya yang terbilang menjebak.
Sedikit dia membungkukkan tubuhnya, berbisik di telinga Cleo. "Tapi ada hal lain yang bisa dilakukan di sini, Cle."
Glek! Semakin suara itu rendah volumenya semakin terdengar di telinganya. "Me--memang apa?" tanyanya gugup.
"Liat tuh filmnya."
Cleo kini menatap lurus film yang tengah berjalan. Suasana romantis yang sering dilihatnya di film-film mana pun dan saat berduaan, maka dipastikan ada adegan romantis.
Matanya berkedip-kedip pelan. Tak mengindahkan untuk segera menutup mata dengan cepat.
Saat itu juga, Laksa merentangkan tangannya, meraih pipi tirus Cleo dan mendorongnya sampai wajah gadis itu menengok ke arahnya.
Dengan sigap dan cepat, dia meraup bibir merah nan menggoda milik Cleopatra.
Cleo terbelalak, dia tak mampu berkedip sama sekali saat merasakan ada benda asing yang menempel di bibirnya. Benda basah nan dingin. Bibir Laksamana?! Dia ingin segera melepaskan diri namun tangan Laksamana menahannya. Ditambah lagi energinya terserap semua karena rasa terkejutnya.
Dia tak lagi mendengar suara besar dari film yang tayang. Melainkan dia mendengar suara detak jantungnya yang siap meledak. Tubuhnya kaku seketika, bahkan dia lupa bagaimana caranya bernapas sampai napasnya terhenti saat itu juga.
Laksamana memisahkan diri. Menatap wajah Cleo sambil tersenyum. "Gimana? Seru?"
Cleo tak bisa menjawab. Mulutnya seakan terkunci dan matanya terus menerus menatap wajah Laksamana.
Laksamana menyeringai kembali berkata, "kalau lo diam begitu, gue makin panas. Should we do more?"
Mata Cleo membulat mendengarnya. Tangannya yang bebas mencengkeram hoodie Laksamana erat.
Dia merasa ada gelanyar aneh di pusat bawah tubuhnya. Kakinya pun saling merapat. Bahkan telapak kakinya saling tumpang tindih.
Saat itu juga kembali Laksamana menggagahi bibir sang gadis dengan cepat. Kali ini tak hanya menempel saja. Dia menunggu beberapa detik dan kembali Cleo merasa napasnya tersita oleh aksi curi mencuri Laksamana.
Cowok itu mencuri ciuman pertama miliknya.
Deg! Deg! Deg!
Jantungnya bahkan begitu terasa kencang berdetak memukul di balik tulang rusuknya.
Rasanya mendebarkan sekaligus perutnya mulas, seakan ada sekumpulan kupu-kupu yang memaksa terbang keluar dari perutnya.
Laksamana mulai memejamkan matanya. Dia mulai membuka mulutnya, menyesap bibir Cleo secara bergantian dengan lembut.
Cleo panas bukan main!
Dia semakin meremas hoodie Laksamana, memejamkan matanya dan membiarkan cowok itu terus menciumnya ganas. Menjelajahi bibirnya dengan begitu eksotis.
Cleo sesak setelah berdiam diri dan membiarkan Laksamana terus menggigit dan menyesap halus bibirnya. Mereka seakan bertukar saliva.
Dia memukul-mukul dada Laksamana kencang karena kadar oksigen di paru-parunya sudah menipis. Laksa membuka matanya dan memisahkan diri. Dia pun berbisik sensual, "breath, Cleo. Ciuman bukan lomba menahan napas." Dia terkekeh jenaka setelahnya.