"Sebentar, ada telepon," sela Cleo saat merasakan smartphone di sling bag miliknya bergetar hebat.
Dia segera merogoh tasnya, melihat siapa yang menghubunginya. Dahinya mengernyit saat melihat nomor yang tidak terdaftar dalam kontaknya.
Ibu jarinya menggeser layar ke kanan, menempelkan benda pipi h itu ke telinganya.
"Halo," sapanya.
"Hi. Di mana kamu?" Suara bass dari seberang semakin membuat gadis itu melipat dahinya.
"Siapa ya?" tanyanya kembali.
"Gue? Lo enggak bisa menebak dari suara gue kah?"
Kenapa juga pria itu malah bermain tebak-tebakan? Cleo merotasikan irisnya, jengah.
"Jika tidak ada perlu, akan saya tutup," putus Cleo.
"Kok begitu amat?"
Tatu mencolek lengan Cleo, bertanya mengenai siapa yang menghubunginya. Cleo hanya tersenyum dan menggeleng tanpa suara.
"Lalu?" Cleo menunggu pria itu menjelaskan maksudnya.
"Ini gue, Laksamana. Enggak lupa kan?"
Seketika Cleo menggelengkan kepalanya padahal dia sendiri tak menyadari kenapa dirinya harus menggelengkan kepala.
"Lo ke kampus Tatu hari ini?"
"Ah, enggak. Aku sama Tatu mau ke mal, mencari beberapa pakaian."
Dan kenapa juga dia harus menjelaskan kepada Laksamana soal dirinya akan ke mana.
"Mal mana?"
"PIM."
Tek!
Panggilan tiba-tiba sudah dimatikan sepihak. Membuat Cleo berdecih sendiri. "apa deh, menelepon kok enggak jelas," gerutunya.
"Udah? Mau langsung ke PIM?" tanya Tatu yang lumayan lama menunggu Cleo menyudahi panggilannya.
"Ayo."
Kedua gadis itu memasuki taksi online yang sudah menunggu mereka. Saling tertawa dan merencanakan banyak hal.
Keduanya sudah sampai di area mal kawasan elite yang terkenal di bagian Ibu Kota selatan.
Saling merangkul dan memasuki satu per satu tokok baju di sana. Mencari ke area di mana Cleo dan Tatu bisa mendapatkan pakaian yang mereka mau tentunya.
"Coba dulu saja, siapa tahu cocok," saran Tatu saat Cleo membentangkan dress yang dipegangnya.
Cleo menoleh, mengangguk dan segera menuju ke ruang ganti untuk mencoba dress yang sedari tadi dia amati.
Dia pun keluar, meminta pendapat sahabatnya. "Bagaimana? Bagus tidak?" tanyanya. Dia berdiri malu, merasa ragu kalau dress itu akan cocok dengan tubuhnya.
Tatu menganga, berkedip tak percaya saat melihat Cleo yang mengenakan dress tersebut. Sampai salah satu pramuniaga pun melihatnya.
"Cocok banget loh Mbak. Sudah kelihatan sekali seperti model. Bagus, saya enggak bohong." Bahkan ucapan pramuniaga itu pun begitu terdengar sangat meyakinkan.
Tatu bahkan ikut terkikik geli mendengarnya. Tak tahu saja wanita, kalau sahabatnya memang akan menjadi model mulai saat ini.
"Sudah beli saja. Aku yang bayar. Sebagai hadiah kamu sudah dapat pekerjaan," bisik Tatu.
Cleo menoleh cepat, terbelalak saat mendengar ucapan Tatu. "Tapi ini mahal," kilahnya.
Tatu sendiri segera merangkul lengan Cleo, menyeretnya untuk membayar tagihan mereka. Dia juga sudah mendapatkan tiga pasang baju lainnya. "Aku masih punya banyak uang dan mampu untuk membelikan kamu satu baju kok." Terdengar arogan tapi Cleo tahu kalau sahabatnya itu memang tak mau membuatnya risau.
"Kita ke mana lagi setelah ini?" Cleo sedang duduk beristirahat, menerima satu cup es krim yang baru dibeli Tatu.
"Bioskop? Ini masih jam tujuh, sayang kalau enggak kita manfaatkan. Belum tentu kita bisa nge-mal kalau kamu kerja dan aku banyak tugas kan?" bujuk Tatu.
Cleo tertawa mendengarnya. Dia menganggukkan kepalanya setujua.
Segera mereka menenteng tas belanjaan mereka, menuju lantai teratas, tempat di mana teater berada. Mereka berbaris antre untuk mendapatkan tiket.
"Romantis loh katanya," bisik Tatu cekikikan.
Cleo mendelik, "yang dimaksud romantis sama kamu itu yang bagaimana? Yang banyak skinship atau yang memang romantis hal lain?"
Tatu tertawa mendengarnya, "hahaha! Kok kamu tau banget sih. Emang enggak salah kalau aku punya sahabat kayak kamu ya."
Cleo mendengus, mereka kembali melangkah.
"Dua tiket, di kursi F 15 dan 16 F ya Mbak?" pinta Tatu berbicara kepada petugas tiket.
"Baik, mau sekalian dengan coke dan popcorn?" tanya petugas itu ramah.
Tatu tentu saja mengangguk. "Big size popcorn dan dua coke."
Di tangan Tatu sudah memegang dua cup coke dan di tangan Cleo, sudah memeluk satu wadah besar popcorn.
Mereka pun memasuki teater.
Sedang fokus menonton, Cleo tak menyadari ada yang duduk di sampingnya.
"Serius banget," bisik pria itu.
Cleo menegang, dia menoleh cepat saat mendengar suara yang begitu dia kenali. Dia menyipitkan matanya, agar bisa melihat jelas wajah cowok yang dia tebak adalah Laksamana.
"Kamu--"
"Hai," sapa Laksamana sambil tersenyum.
Cleo ternganga melihatnya. "Kenapa kamu di sini?" tanyanya.
Tatu tak menyadari kehadiran Laksamana, dia fokus dengan film yang tayang. Pikirannya sudah teralihkan sepenuhnya dengan film romantis yang penuh kejutan yang membuat dadanya berdebar-debar.
"Lo yang bilang mau menonton kan? Gue kebetulan lagi nongkrong juga," kekeh Laksamana. Dan Cleo menandangi wajah tampan cowok itu berkedip-kedip, merasa begitu tak percaya kalau Laksamana duduk di sampingnya.