"Jadi, kamu mau kan ikut dulu denganku ke kampus?" Tatu menatap penuh harap. Sementara Cleo jadi bingung. Dia meringis jika mengingat saat di kampus sahabatnya itu, dia ditatap aneh oleh para mahasiswa.
"Euhm … aku menunggu di sini saja, ya?" pintanya.
Tatu semakin meremas tangan Cleo, memohon agar gadis itu. "Yah … biar enggak bolak-balik nih, ya? Ya?"
Cleo semakin susah untuk menolak. Apalagi jika Tatu yang meminta, "oke deh," jawabnya lirih. Dia enggan tapi pada akhirnya dia benar-benar tak bisa menolak permintaan sahabatnya itu.
"Yeyyy! Thank you My Bestie!" pekik Tatu kesenangan. Cup! Dia mengecup pipi sahabatnya gemas.
Sementara Cleo kesal sendiri. "Ihhh! Apaan cipok-cipok pipi aku itu?!" erangnya mencoba menghapus jejak bibir Tatu.
Sementara sahabatnya tertawa terbahak-bahak. Dia bangun dari kasur dan meraih handuknya. "Kita mandi gantian ya?" Segera dia melesat pergi.
Menilik ada waktu sedikit untuknya. Cleo pun kembali merebahkan dirinya, bergelung dalam selimut dan tidur kembali. Dunianya terlalu ramai jika sudah bersama Tatu.
Mereka saling berjalan bersisian. Tatu yang dengan semangatnya menggandeng tangan Cleo sambil terus menyunggingkan senyum di bibirnya tanpa merasa lelah sedikit pun. Sementara Cleo tak habis pikir.
"Kamu kenapa deh? Kok aku takut kamu jadi orang gila sekarang?" godanya.
Tatu menyandarkan kepalanya, semakin menempel dengan sahabatnya. Mungkin jika bagi orang lain, mereka terlalu intim walau sekadar sahabat, tapi bagi Tatu itu biasa. Menempel di samping Cleo adalah yang terbaik.
"Suka deh sama parfumnya," celetuknya.
"Ha?" Cleo bingung sendiri mendengarnya. Dia mencoba mencium aroma tubuhnya sendiri, "biasa aja ah!"
"Bagi aku enggak. Aroma parfum kamu itu khas banget."
Mereka tiba-tiba dihadang oleh sekelompok mahasiswa, dan salah satunya ada Laksa?
Cleo dan Tatu menghentikan langkah kakinya, melihat ke arah sekelompok pria dengan wajah bingung dan terkejut.
"Wah, ada Tatu." Laki-laki dengan bandana di kepalanya mulai menggoda Tatu.
Tatu segera berdiri tegak, "apa deh Lang? Minggir, nanti gue telat nih!" keluh gadis itu dengan jengah.
"Siapa di samping lo? Tumben amat ada teman? Biasanya juga sendirian. Padahal mau gue anter ke kelas, untuk cewek kesayangan gue," timpal pria itu. Menatap Cleo dari atas sampai bawah.
"Dih, gue juga punya sohib kali! Emangnya kalian-kalian aja yang punya. Lagian! Gue enggak suka lo! Minggir!" sentak Tatu galak.
Sementara Cleo yang ditatap begitu intens oleh beberapa pasang mata pun segera memeluk lengan Tatu dan bersembunyi di balik tubuh kurus milik Tatu.
"Sohib gue jadi takut nih, ah elo!" semprot Tatu, dia memang sengaja membawa Cleo karena dirinya agar tak diganggu oleh yang katanya seseorang yang menyukainya itu.
"Kok lo begitu sih sama gue? Berapa kali gue bilang suka sama lo, tapi lo begitu?"
"Elang! Please! Gue mau belajar di sini, bukan pacaran. Dan gue punya teman, enggak seperti yang lo pikir gue sendirian," tegas Tatu, dia berusaha menghindari Elang, laki-laki yang menyukainya. Matanya melirik sekilas pada Laksa yang tertuju ke belakangnya.
"Mata tuh dijaga dong pada! Sohib gue ketakutan nih!" sentaknya, berusaha mengalihkan mata-mata yang menghujam mereka berdua.
Entah kenapa, Laksa yang tiba-tiba ikut dengan Elang, sahabatnya pun merasa sudah cukup dengan melihat kehadiran Cleo yang kemarin kabur setelah berbasa-basi sedikit karena Tatu. Dia merasa lega karena Cleo ternyata ikut dengan Tatu.
Dia pun menepuk bahu Elang, "Lang, lo kayaknya butuh tips dari gue buat dapetin Tatu, gue kasih kiat-kiat dulu deh, daripada lo malah jadi adu mulut sama dia." Dia menyeret Elang, membantu Tatu dan Cleo lepas.
Tatu menghela napasnya lega. Dia berbalik, "kok kamu di belakang aku sih?" tanyanya.
Cleo pun bergeser, "habisnya, mata mereka tajem, ngeri liatnya." Gadis itu bergidik sendiri.
Tatu merasa bersalah. "Maaf ya, habisnya aku juga takut dihadang sendirian."
Cleo terbelalak mendengarnya. "Jadi kamu nyeret aku cuma biar enggak sendirian dilahap mereka?" pekiknya.
"Ya … kamu tau? Si Elang-Elang itu ngejar aku terus, akunya enggak suka." Tatu menatapnya dengan pandangan sayu.
Membuat dia tak tega. "Aduh … spaneng aku. Aku jadi korban. Ya sudah! Ayo! Ke kelas kamu, aku tunggu di kantin saja nanti."
"Oke! Thanks my bestie," seru Tatu sambil memeluk erat lengan Cleo. Dia menyeret gadis itu untuk melanjutkan jalannya.
Sementara Laksa sedikit berbincang dan menasihati sahabatnya. Namun, dia sendiri pada akhirnya penasaran dengan Cleo.
"Gue ke kantor dosen dulu, bentar. Inget kata gue, bukan begitu caranya dapetin Tatu. Bisa ditolak abis-abisan lo," pesannya sambil menepuk bahu Elang yang nampak tak bersemangat.
Sayangnya, dia bukan ke ruang dosen. Melainkan … melipir ke kelas di mana Tatu berkuliah.
Dia melihat sekeliling. Tak mungkin Cleo masuk ke dalam kelas Tatu. Karena dia tahu, Cleo tak berkuliah di kampus ini.
Dengan keyakinannya, dia menemukan Cleo. Di kantin!
Dia tersenyum, segera melesat dan duduk di samping gadis itu. Cleo tak menyadari kehadiran Laksa karena dia sedang berselancar di movie yang tengah di tontonnya melalui laptop milik Tatu.
"Menonton apa?"
Deg! Cleo tegang, dia menoleh dan terkesiap melihat siapa yang ada di sampingnya itu.