Keadaan sekarang berbalik, bukan lagi Laksa yang akan mendominasi. Melainkan Cleopatra. Bahkan tangannya terkepal sempurna saat matanya terus melihat keberanian gadis itu. Bagaimana bisa seorang Cleopatra kini berani bertingkah?
Dia merasa harus menyelesaikannya. Tapi berbeda dengan Cleopatra yang sebenarnya hanya sedang ingin memanfaatkan kesempatan untuk bisa ikut dan lolos seleksi ke kancah model internasional dan akan menjadi salah satu model fashion show di Paris.
Saat sang fotografer meminta untuk semakin berani posenya, saat itulah Laksa meledak hebat.
"Oke, coba kamu buka kakinya melebar. Jangan malu-malu. Di Paris sendiri, kamu tahu bagaimana ketelanjangan itu menjadi sebuah keunikan dan kecantikan bukan?" Pria itu bertingkah semakin mesum bagi Laksa.
Dia segera menuju sang fotografer dan menyambar kamera milik pria tambun itu. "Kemarikan kameranya! Akan gue laporkan bahwa lo melakukan pelecehan seksual verbal!" desis Laksa mengancam.
Cleo terbelalak saat melihat kehadiran Laksa. Bagaimana pria itu tahu kalau dirinya sedang pemotretan?! Matanya menatap takut, buru-buru dia mengenakan bathrobe untuk menutupi tubuhnya yang hanya mengenakan bikini.
Pria tambun itu tentu tak terima. "Siapa kamu berani-beraninya melarang saya?!" sentak pria itu tak terima.
Semua orang yang tadinya ada di sana menyingkir, diam-diam mereka tak mau berurusan dengan Laksa yang marah. Dari pada nantinya mereka kena libas juga. Sebaiknya mereka menyingkir bukan? Di saat yang bersamaan, Cleo semakin panik. Dia tak mau melihat Laksa malah menghancurkan tempat pemotretan.
Laksa semakin tertantang, dia pun menyeringai. Kehadirannya mendominasi seiring dingin es yang dia sebarkan dari tatapannya.
"Ah begitu? Bilang sama gue kalau gitu, lo pilih, karir lo tamat atau … tulang belulang lo patah?" ancam Laksa dengan nada rendah. Dia benar-benar sudah menahan amarahnya sedari tadi. Tak pernah dirinya melihat kekasihnya akan berontak seperti saat ini. Dia harus memberikan pelajaran terutama kepada mata-mata pria yang memandang nafsu kepada Cleo.
Tangannya sudah terangkat, bersiap meninju wajah sang pemotret. Bahkan cekalan tangan di kerah baju pria tambun itu kencang bukan main.
Grep!
"Sam, ja--jangan lakukan!" Cleo mencegah Laksa untuk berbuat kekerasan. Wajah mungil gadis itu sudah memucat seiring dengan ekspresi wajah yang tak pernah Laksa tampilkan sebelumnya.
Laksa menoleh, menyeringai, "bukannya kamu senang mencari gara-gara hm?"
Cleo terbelalak, dia menggelengkan kepalanya spontan agar Laksa mau menuruti perkataannya. Dia sebenarnya sudah ketakutan begitu melihat Laksamana yang marah dan siap menghancurkan siapa pun yang mengusiknya.
"A--aku akan ikut kamu, ya? Ja--jadi … ayo pergi," lirihnya memohon.
Tangan Laksa melepaskan cekalan di leher sang fotografer, memaksa mengambil kameranya dan menghapus semua potret kekasihnya yang mengenakan bikini itu.
"Sial! Itu kamera saya!" Tentu pria itu tak terima. Dia sudah melihat bahwa Cleo akan membawa sebuah sumber penghasilan besar.
"Hanya menghapus fotonya, kalau lo punya foto lainnya, dan menyebarkannya, gue jamin karir lo hancur. Ingat baik-baik, nama gue Giordano Laksamana Samudera. Kalau lo enggak tahu, silakan tanya dengan sesama fotografer, oke?" Laksa menyeringai sambil mengembalikan kamera pria itu.
Lantas tangannya meraih lengan kurus Cleo, menarik gadis itu kuat sampai langkahnya terseok-seok. Sungguh Cleo semakin ketakutan, dia terlalu sembrono berurusan dengan Laksa. Kekasihnya adalah seorang yang benar-benar bengis, dia baru menyadari ucapan yang keluar dari bibir Tatu.
"Akh! Se--sebentar!" pekiknya saat merasakan kakinya linu karena mengenakan sandal high heels yang tingginya 10 sentimeter.
Laksa berhenti.
Bruk!
Cleo yang kerepotan menabrak punggung tegap pria itu. Saat Laksa berbalik, Cleo bisa tahu dari perubahan kakinya saja. Dia semakin tegang dan takut. Air matanya bahkan jatuh perlahan.
Laksa menatap tubuh kekasihnya yang bergetar. Dia menghela napasnya perlahan, tahu kalau Cleo sedang takut kepadanya. Dia terlalu ceroboh sampai membuat gadis itu ketakutan.
Grep!
Tangannya segera meraih tubuh mungil Cleo, memeluknya erat sambil terus menghirup aroma tubuh Cleo yang memabukkan untuknya. Dia mencoba meredakan emosinya terlebih dahulu.
Cleo merasa sesak, dia mencoba mendorong tubuh besar Laksa agar bisa memberikan sedikit ruang untuknya bernapas. "Sa--Sam," panggilnya.
Laksa semakin mengeratkan pelukannya. "Sebentar, sebentar saja, aku butuh memeluk kamu agar aku tak marah," ucapnya.
Akhirnya Cleo diam. Dia hanya berdiri pasrah dan melemaskan tubuhnya agar bisa sedikit menghilangkan rasa ngilu. Tubuhnya seolah sedang dilumat oleh tenaga besar Laksamana.
Sampai beberapa saat barulah Laksa melepaskannya. Dia menatap lamat-lamat Cleo yang terus menunduk dan menatap jari-jari kakinya yang lolos tak tertutup.
"Jadi, katakan, kenapa kamu nekad melakukannya?" tanyanya pelan.
Cleo masih diam, tak berani menjawabnya.
"Senja," panggil Laksa penuh penekanan. Perlahan gadis itu mendongak, mengangkat pandangannya untuk menatap wajah Laksamana meskipun takut-takut.
"Euhm …."
"Hm?" Laksa menunggu jawabannya.
"A--aku mau ikut fashion weeks di Paris," jawabnya berbisik.
Laksa mendesah, apa yang dipikirkannya ternyata benar. Dia pun mengutak-atik ponsel miliknya, menyodorkannya kepada Cleo.
"Kamu tak perlu melakukan itu."
"Kenapa? Kamu tak memberikan aku izin untuk ikut seleksi?" Mata gadis itu berkaca-kaca, harus kecewa dengan keputusan Laksa. Kehidupannya memang masih berdasarkan pendapat Laksamana.
Laksa terkekeh mendengarnya. Dia menyentil dahi Cleo gemas. Ctak!
"Pikiranmu terlalu pendek. Kamu baca baik-baik."
Cleo merengut kesal, "itu bukan bahasa inggris, aku enggak tau selain bahasa inggris Sam!"
Laksamana tak bisa berlama-lama marah kepada kekasihnya. Dia sudah spaneng saat pergi dinas ke Belanda malah mendapati Cleo berulah.
"Ya, ini bahasa prancis. Kamu sudah diterima sebagai model di fashion weeks, jadi itu kenapa aku marah."
Cleo mematung, "a--apa?" Dia masih tak paham.
"Kamu tak perlu menjual ketelanjangan demi fashion week lagi. Jadi, ayo ganti bajumu dulu," perintah Laksa yang kembali menyeret Cleo, kali ini penuh kelembutan.
Cleo masih diam mematung, mendengar kabar bahagia itu ternyata malah membuat otaknya loading terlalu lama. Kapasitas mengerti di dalam otaknya sudah terlalu penuh dan sepertinya harus dihapus.
Blam!
Laksa menutup dan mengunci pintu ruang ganti. Dia menghampiri Cleo yang berdiri terbengong-bengong sendiri.
"Sepertinya aku lapar," bisiknya di telinga Cleo.
Suara berat Laksa membuat lamunan Cleo buyar. Seketika wanita itu berbalik dan tersenyum semringah.
"Ayo makan!"
"Ya, aku makan."
"Disa--hmmp!" Cleo terbelalak saat merasakan bibir Laksa menyerang ganas dan melumat bibirnya dengan begitu kasar.
Cleo tak siap. Tangannya mencari pegangan karena serangan Laksa. Kakinya sampai kehilangan topangan dan membuatnya mengalungi tangannya di leher Laksa agar tubuhnya tak ambruk.
Wanita itu kesusahan bernapas tapi Laksa terus mencium bibirnya kasar, seolah dia sedang butuh penuntasan. Cleo pusing seketika dengan kelakuan Laksa, dia benar-benar terkejut dengan serangan yang tiba-tiba itu. Laksa semakin haus, semakin lama memagut bibir basah nan tipis milik Cleo.