Chereads / THE ZALCODDY FAMILY / Chapter 10 - Bayangan

Chapter 10 - Bayangan

Tok..tok…

"Masuklah!" Suara berat dari balik ruangan yang gelap terdengar menggema.

"Aku tidak mau kau basa basi, bagaimanapun aku tidak ingin mendengar keluhan!" Seorang pria paruh baya dengan rambut panjang duduk di ruangan yang remang dengan setumpuk kertas di depannya. Ia tampak kelelahan namun menjaga wibawanya.

"Saya ingin melapor bahwa pembasmiannya tertangani dengan baik! ada satu hambatan namun pasukan kami akan menanganinya segera, Lord!"

Braakk!

Pria paruh baya itu menggebrak meja dengan tangannya yang berotot. Kertas di atas mejanya yang tertumpuk rapi berserakan tidak teratur.

"Bagaimana kau bekerja?! Bahkan semut tidak bisa kamu tangani!" Pria itu berteriak dan berdiri dari kursinya dan membelakangi pria muda berjubah hitam itu yang berdiri di depan mejanya.

Pria muda yang melapor hanya bisa diam, ia menahannya mengepalkan tangannya erat. Sementara pria paruh baya berambut panjang dan berbadan kekar itu melihat keluar jendela yang berada di dekat mejanya.

"Aku ingin tidak bersisa! Kamu sekarang seorang penyihir agung! Apa yang tidak bisa kamu lakukan?! Tapi ingatlah… siapa tuanmu, Sir Agathe Dawson!"

"Tentu saja Ayah..!" Sir Dawson menjawab datar, ia menggenggam tangannya erat. Menyembunyikan perasaannya dari pria di depannya yang bahkan tidak menoleh kepadanya.

"Baiklah Lord, hanya ini yang bisa saya laporkan. Maka saya permisi dulu…." Sir Dawson bergegas meninggalkan ruangan itu dan Pria paruh baya itu masih diam dan menikmati pemandangan di luar jendela. Terlihat kepulan asap hitam dari kejauhan serta cahaya dari api yang terlihat kontras di langit malam.

--@@@--

Matahari pagi beberapa jam lagi muncul. Namun suasana hutan dan langit terlihat seolah malam masih panjang. Kabut masih sedikit menghalangi jalan, namun tidak terlalu tebal. Sejauh mata memandang jalan masih bisa di lewati dan cuacapun tidak hujan sehingga tidak membuat jalan tanah becek. Sir Clark masih mengemudikan kereta kudanya dengan kecepatan sedang. Setelah beberapa saat yang lalu mereka bisa lolos dari para bandit yang memeras mereka, Sir Clark sudah sedikit tenang.

Di tengah perjalan mereka, angin bertiup agak kencang, sehingga dedaunan dan ranting pohon di sekitar jalan mulai berisik. Tiba-tiba suara kepakan sayap burung yang beterbangan seolah ada sesuatu yang mengusik mereka tidur. Sesaat kemudian, tanpa mereka sadari sebuah panah api melesat kencang menancap pohon dan hampir mengenai lengan kanan Sir Clark. Sir Clark yang cekatan langsung waspada dan mulai memacu kudanya dengan kencang.

"Paman.. Paman..! kenapa kita melaju kencang sekali!!" Stevan yang tadi tidur terbangun.

"Tolonglah bertahanlah! Sepertinya bandit tadi mengejar kita!Apapun yang terjadi aku akan melindungi kalian!"

Panah kini melesat semakin banyak dari kejauhan, beberapa menancap di badan kereta yang semuanya terbuat dari kayu.

Namun keberuntungan belum memihak mereka. Satu anak panah mengenai punggung kuda. Jalan kereta sudah tidak seimbang. Meskipun kuda masih bisa berlari tapi sebentar lagi satu kuda mereka akan tumbang.

"DANA, SEPIA!! Dalam hitungan ke tiga loncatlah! Kudanya sebentar lagi akan tumbang!" Sir Clark berteriak di depan kemudi.

"Apa?! Bagaimana ini!! Apa yang terjadi Dana?!" Stalia gelisah dan ketakutan.

"Kita harus melompat, kudanya terlalu kencang dan jika tidak, kita akan jatuh bersama keretanya nona! Bawa barang yang penting saja!" Jawab Dana panik.

Sir Clark bergegas melepas kemudinya dan masuk ke kereta dan menemui mereka. Kereta kuda masih melaju namun tidak terlalu kencang. Para bandit juga semakin mendekati mereka dengan kudanya. Panah masih melesat kesana kemari seperti hujan meteor. Malam itu Stalia dan Stevan ketakutan setengah mati, seolah mereka akan menangis tapi tidak bisa. Sir Clark memberikan instruksi.

"Nona, melompat bersamaku! Stevan dan Sepia bersama Dana!" Sir Clark memberikan instruksi.

Mereka berlima saling mengangguk. tentu saja jantung mereka tidak karuan berdegup kencang dan gugup. Sementara mereka bersiap-siap di belakang pintu kereta kudanya yang masih melaju tidak beraturan. Dengan yakin Sir Clark kemudian memberi aba-aba.

"SATU, DUA, TIGAAA!!!"

Mereka meloncat bersama. Sir Clark memeluk erat Stalia, sementara Dana memeluk Stevan. Mereka melompat ke tanah dan semak-semak belukar hingga terguling-guling. Mereka mendarat di lereng pinggir jalan namun tidak terlalu curam. Semak belukar yang tebal serta bebatuan kecil dan ranting kering menyulitkan mereka mendarat. Sampai tubuh Sir Clark menghantam pohon pinus besar lalu terhenti. Dana yang memeluk Stevan juga terhenti karena Sir Clark meraih kakinya, mencegah ia terguling semakin ke lereng bawah. Sementara Sepia sudah berhenti dengan meraih akar pohon yang panjang untuk pegangan. Mereka terluka dan tergores karena terkena bebatuan kecil dan ranting kering yang tajam. Setelah mereka sadar dari pusing dan jalannya masih sempoyongan. Sir Clark segera memberi instruksi.

"Kita harus bersembunyi! Kalian berempat carilah tempat bersembunyi. Ingat jangan bersuara dan mengeluarkan sihir apapun, karena mereka bisa melacak kalian! Aku Akan mengecoh mereka jika sudah dekat. Apapun yang terjadi kalian harus selamat!" Sir Clark berbicara dengan serius, mereka tidak bisa melihat dengan jelas wajahnya karena hari masih gelap dan berkabut sedikit.

"Dan jika dalam waktu 2 jam dan seterusnya aku tidak menemui kalian, ataupun kalian tersesat. Susurilah sungai ke Utara, di dekat muara sungai kekaisaran Volkan kalian pasti akan menemui Desa kecil. Kalian harus bertahan! Dan jangan sampai tertangkap! Dana dan Sepia! Kalian harus melindungi master kalian sampai akhir! Itu sumpah kalian pada keluarga Damaron, ingatlah itu!"

"Tentu Saja Sir Clark, aku mengabdikan diriku pada keluarga ini dengan nyawaku!" Dana menjawabnya kemudian ia berlutut dan meletakkan tangan kanannya di dada seperti seorang kesatria. Begitupun Sepia.

"Saya memegang janji saya Tuan!"

Stevan Stalia kebingungan dengan sikap Dana dan Sepia yang tak biasa. Mereka berdua hanyalah maid di rumah keluarga Damaron. Tapi kenapa mereka begitu setia seperti seorang kesatria kepada masternya. Stalia tidak bisa bertanya, dan hanya memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya pada mereka berdua. Dan sebenarnya juga apa yang terjadi setelah mereka berlima pergi meninggalkan kediaman Damaron waktu itu. ia juga berpikir apakah Ayah, Ibu dan Neneknya baik-baik saja di tengah situasi di Ibukota yang sedang buruk. Ia juga sangat ketakutan, berpikir apakah ia bisa kembali lagi ke rumah bersama semua orang lagi.

"Cepat bergegas! Susuri lereng dan cari jalan yang datar. Jangan lewat jalan utama ataupun masuk hutan dalam! Aku akan mengawasi bandit itu!" Sir Clark memberi perintah dengan tegas. Lalu Dana dan Sepia segera membimbing Stevan dan Stalia menyusuri lereng yang banyak ditumbuhi tumbuhan liar dan beberapa pohon pinus yang superbesar.

Terdengar suara orang bercakap-cakap yang semakin dekat, serta suara kuda yang mengikik. Sir Clark mengawasi mereka berempat yang sudah semakin jauh. Ia bersembunyi dan mengawasi ada berapa orang bandit yang mengejar mereka. Namun ada yang aneh dengan pakaian mereka. Sir Clark mengamati mereka semua memakai jubah hitam dan wajahnya hanya terlihat separuh saja. Serta mereka bisa menggunakan sihir api. Padahal para bandit jarang yang bisa menggunakan sihir api dan mereka tidak berpakaian rapi berjubah seperti itu pikir Sir Clark yang merasa janggal.

"Apa mereka dari Istana? Pakaian di dalam jubah mereka terlihat tidak asing!" Sir Clark bergumam sendiri di balik pohon besar dan masih bersembunyi. Sementara rombongan pasukkan yang kira-kira berjumlah 10 orang mulai turun dari kuda dan menyusuri lereng dengan menyalakan sihir api mereka.

Terdengar beberapa di antara mereka berbincang, " Hei, sepertinya mereka tidak jauh! mayat mereka tidak ada, berarti mereka masih hidup!"

Lalu satu orang lagi berceletuk, "Mereka tak mungkin masuk hutan dalam. Tapi kuharap mereka masuk hutan! Jika begitu itu lebih memudahkan kita. Mereka pasti tidak akan pernah kembali jika masuk hutan dalam untuk waktu yang lama…"

"Yeah, itu lebih baik! Kenapa tak dibunuh saja sekalian! Merepotkan saja harus membawa mereka hidup-hidup, tapi informasi bandit itu lumayan berguna juga!" pria bertopeng lain menyahut temannya yang sedang berbincang.

Sir Clark masih ragu, apakah mereka memang benar dari Istana atau guild yang sedang mencari hadiah bagi yang bisa membawa buronan seperti mereka.