Stalia dan Stevan selesai menyantap ikan bakar yang ditangkap Dana di sungai. Mereka segera mungkin meninggalkan tempat itu dan berjalan menyusuri sungai yang terjal serta jalan yang terkadang naik turun. Di seberang sungai terlihat hutan Viness yang sangat lebat bahkan di pagi hari yang cerah seolah sinar matahari tidak bisa menembus ranting dan daun pohon yang menulang tinggi. di seberang sungai tersebut sangat jarang ada manusia yang pergi kesana. Rumor mengatakan bahwa setiap ada orang yang pergi ke daerah hutan yang dalam, mereka tidak pernah kembali. Sangat jarang orang tahu apa isi di dalam hutan yang semakin gelap itu. Bahkan mungkin monster atau hewan yang sangat ganas tinggal disana.
Stalia menatap seberang hutan itu dan merasa bergidik. Ia berpikir pasti akan tersesat di sana atau bahkan ia akan jadi santapan hewan buas. Langkah kaki mereka berempat semakin cepat. Suara auman hewan dan juga burung menyertai perjalanan mereka. Mereka waspada karena bisa jadi hewan buas seperti beruang juga membuntuti.
Benar saja, ...beberapa saat kemudian terdengar suara semak yang berisik dan tiba-tiba seekor beruang yang 3 kali besarnya badan mereka muncul di baliknya dengan mengaum. Sepertinya beruang itu sedang mencari mangsa dan terusik dengan datangnya mereka. Matanya seperti kelaparan melihat empat manusia yang ketakutan di hadangnya.
"Rawwwrrr…." Beruang itu menampakkan giginya. Mereka berempat perlahan mundur.
Stevan berteriak dan bahkan ia jatuh terduduk menangis. Tidak ada yang tenang di situasi yang mengancam nyawa mereka seperti itu. Bahkan Dana dan Sepia gemetar dan keringat dingin bercucuran terlihat di wajah mereka.
Sepia memeluknya. Stalia ketakutan tapi ia menahannya. Disituasi seperti ini ia harus menahan rasa paniknya. Kakinya bergetar seolah akan tumbang lemas. Tapi dalam hatinya ia membulatkan tekad.
'Aku tidak boleh mati disini'
'Aku tidak boleh mati disini'
'Aku tidak boleh mati disini'
Meyakinkan dirinya sendiri.
Stalia kemudian merogoh tasnya.
"Nona, jika.. jika nona menggunakan kertas mana maka mereka akan tahu lokasi kita…!" Dana berbisik.
"Kau ingin kita mati di sini!!!!" Stalia berteriak pada Dana dengan raut marah, seolah tidak ada yang akan membantu mereka selain diri mereka sendiri.
"Tidak ada waktu! Pikirkan itu nanti. Sekarang tidak akan ada yang menolong Dana!" Stalia berbicara sambil merogoh tasnya mengambil satu kertas mana yang berisi mana ibu dan neneknya.
'aku harus melakukannya!'
Kemudian dengan menyatukan kedua tanganya layaknya berdoa dan mengapit kertas diantara dua telapak tangannya, Stalia merapalkan mantra.
''Dengan kekuatan Naga Biru, Aku, Keturunan Suaran dan Balry!Berkahi aku dengan seribu panah api! Tolonglah…MILE SAIGHEAD!!'' Dengan cekatan Mata Stalia berubah menjadi sinar biru terang dan begitu juga kertas mana yang terbakar dengan api biru. Segera ia melemparkan kertas itu dengan tangan kanannya tepat kearah beruang yang akan mengayunkan cakarnya. Seketika lemparan satu kertas mana yang terbakar itu berubah menjadi banyak dan tak terhitung membentuk panah api yang sangat banyak mengarah pada beruang itu. Stalia tak menyangka, kalau kertas mana itu akan dengan mudah digunakannya dan ia berhasil dengan sekali coba. Kertas mana menaikkan level mananya menjadi berkali-kali lipat hingga bisa membuat banyak panah api biru yang melayang di udara.
Pada dasarnya pengguna kertas mana yang masih keturunan orang yang memberikan mana di kertas itu maka akan lebih mudah digunakan. Dan ia bisa membentuk kekuatan sihir yang diinginkan penggunanya.
Seketika beruang itu terbakar setelah terkena panah api. Beruang itu meraum dan mengamuk terbakar serta tubuhnya yang besar menghantam pepohonan sekitar. Sementara beruang itu akan segera menjadi arang dan debu. Mereka berempat melarikan diri dari lokasi terbakarnya beruang. Namun sekali lagi mereka tidak seberuntung itu.
Sihir yang baru saja digunakan terdeteksi oleh gerombolan orang dengan jubah hitam yang mengejar mereka. Panah api merah meluncur ke arah mereka. Gerombolan itu saling berteriak.
"Tangkap mereka!"
"Jangan biarkan lolos!"
Sepia, Dana, Stalia dan Stevan berlari ketakutan. Mereka sangat takut, terutama Stevan yang sesenggukan sambil berlari.
'Mengapa seperti ini? bagaimana dengan Ayah dan Ibu? Bagaimana dengan Sir Clark?'Mengapa mereka mengejar kita?'
Stalia berlari sambil berpikir dalam benaknya mempertanyakan semua hal yang terjadi padanya. Pertanyaan bermunculan di pikirannya.
'Ini mengapa Ayah dan Ibu menyuruh kami pergi? Untuk melarikan diri? untuk alasan apakah itu? tapi ini tidak benar!'
Tiba-tiba Dana berhenti.
"Nona.. !Nona..!, Tuan muda… larilah secepat mungkin! Kalian bertiga tolong bersembunyi aku akan mengecoh mereka! Tolong jangan pikirkan saya!" Dana membuka mulutnya dan berkata dengan khawatir, mereka berhenti sejenak.
" Tidak.. tidak ! Dana Apa yang kau lakukan? Kita harus bersama!" Stalia meneteskan air matanya.
"Tidak nona, percaya padaku!" Dana memegang lengan Stalia dan manatap matanya tajam seolah ia yakin akan berhasil mengecoh mereka. Kemudian pandangannya beralih pada Sepia.
"Sepia tolonglah!"
Sepia hanya mengangguk.
"Ayo nona…!" Sepia menarik tangan Stevan dan Stalia
"Tapi.. tapi ….!" Kali ini Stevan yang enggan. Namun ia hanya bisa menoleh pada Dana yang berlari berlawanan arah dengan mereka.
Perasaan Stalia tidak bisa diungkapkan. Hatinya khawatir dan juga sakit. Orang-orang yang menjaga mereka satu-persatu pergi meninggalkan mereka. Entah Stalia juga berpikir apakah dirinya akan selamat, bagaimana dengan Stevan. Ia memikirkan bagaimana adiknya. Jika Stalia tidak ada bagaimana dengan Stevan yang belum mengerti apapun. Kekhawatiran lain yang muncul dan lebih buruk adalah bagaimana kalau hanya mereka berdua yang selamat. Atau bahkan adiknya sendirian. Stalia sangat ketakutan.