Chereads / THE ZALCODDY FAMILY / Chapter 9 - Pondok Para Bandit

Chapter 9 - Pondok Para Bandit

Kabut masih tipis sejak bertemu pria kurus berjenggot beberapa jam yang lalu. Dana, Sepia, Stevan dan Stalia sudah mulai tertidur satu persatu. Sir Clark yang sudah membereskan api unggun maupun peralatan masaknya, segera bergegas memacu kudanya perlahan agar gejolak jalan yang tidak rata tidak membuat mereka terlalu terguncang dengan keras.

Langit masih gelap dengan sinar bulan yang terang dan sedikit menembus kabut tipis di jalanan hutan itu. Suara dekut burung hantu dan juga suara hewan-hewan malam lainnya terdengar jelas. Setelah kurang lebih hampir satu jam dengan kecepatan kereta yang santai, Sir Clark mulai melihat tanda-tanda kehidupan dan suara tawa kerumunan orang. Cahaya obor terlihat semakin terang.

Mereka tiba di sebuah pondok bertingkat dari kayu yang cukup besar di tengah hutan. Di depan pondok ada beberapa laki-laki kekar berjaga, disamping pondok juga terdapat beberapa kereta kuda yang terparkir. Mayoritas kereta kuda membawa barang dagangan. Sepertinya pondok itu tempat istirahat dan juga bar bagi para bandit ataupun pedagang penyelundup yang lewat.

Seorang pria tinggi kekar membawa anak panah di punggungnya menghampirinya.

"Serahkan maharnya, jika ingin lewat…!" pria itu bicara datar. Kemudian temannya yang satunya menghampiri mereka.

"Kau baru?! Kau teman kakek peyot itu? hmm…?" Pria kurus berambut keriting itu melihat Sir Clark yang baru turun kereta kuda dari atas ke bawah.

"Hmm..Kakek tua itu bicara, ada anak baru yang mau lewat sebentar lagi..! jadi kau? Apa yang kau bawa? atau kau pelarian hah..?" kemudian pria kekar yang satunya berjalan ke belakang kereta dan membuka tirainya.

"Budak?! Atau anak istrimu?!" tanya pria kekar dengan datar.

"Mereka keponakan dan anakku.., ini mahar yang kau minta!" Sir Clark menyerahkan sekantong penuh 10 batang emas itu pada pria berambut keriting. Lalu ia segera membuka kantong itu kemudian melirik rekan pria kekar yang menghampirinya.

"Haah, hei tuan.. kenapa anda pelit sekali!? tapi aku akan memberi diskon jika pada gadis kecil itu, atau nona yang sepertinya keponakanmu! Kau terlalu muda untuk jadi ayah nona-nona itu kan?! biarkan mereka menginap! Lalu kalian besok bisa pergi…ahaa bukankah kami sangat baik… Haa!"

"….."

"Haah… tenang saja, kami tidak akan beri tahu bos kami kalau ada gadis cantik dan nona kecil bermata biru yang imut itu..!" Pria keriting itu berbisik pada Sir Clark.

Sir Clark sedang membaca situasi. Dia harus bisa tenang di sarang para bandit. Jumlah mereka pasti banyak dan bersembunyi di pondok itu. jika ia salah ucap dan langkah. Mereka berlima bisa dalam bahaya.

"Para bangsawan tertentu sangat menyukai gadis kecil seperti itu. Apalagi matanya yang biru bersinar seperti lautan. Saat Dewasa dia pasti akan jadi penghibur terkenal…Ya kan Kin?! Pria kekar itu berbicara pada rekannya yang berambut keriting dan meliriknya. Kali ini nada bicaranya terkesan aneh.

"Tentu saja… tren mainan para bangsawan aneh-aneh. Mereka punya selera yang unik. Tentu saja jika terjual, kita akan dapat bonus lebih….hahahah!" pria keriting yang bernama Kin tertawa keras.

"Hmm.. Kin? Apa kau tahu, di dalam bar ada selebaran buronan dari kerajaan Almateira. Ada 7 buronan dan 2 diantaranya anak kecil?! Coba periksa gadis itu!"

"Aaa, benar… mari kita cocokkan!" Kin masuk menuju bar penginapan yang sedang ramai lalu keluar lagi mengambil 2 selebaran yang di tempel di sana

"jika benar kita akan dapat bonus lebih banyak dari menjual budak, iya kan?!" lanjutnya terlihat antusias.

Mereka berdua mencocokkan gambar dengan Stalia dan Stevan, namun kedua penjaga meragukannya karena di selebaran ada gadis kecil dan seorang anak lelaki, namun yang di kereta Sir Clark adalah 2 gadis rambut pendek dengan pakaian lusuh dan terlihat menyedihkan.

"Eeyy, hmmm…ini aneh… tapi ya.. hmm tidak mungkin mereka, benarkan Kin?! Pria kekar menyenggol Kin.

Setelah bertemu pria berjenggot. Sir Clark ingat selebaran buronan di perbatasan. 7 buronan dan 2 diantaranya adalah putra dan Putri Count Damaron, Stalia dan Stevan. Count Damaron dan Countess Damaron juga termasuk Countess Zaman, mereka termasuk buronan dalam selebaran bersama bangsawan lainnya. Sir Clark memikirkan cara untuk sekedar berjaga-jaga agar mereka berdua tidak di kenali. Sir Clark akhirnya berdiskusi dengan mereka berempat dan akhirnya Stalia merelakan rambutnya di potong agar mirip Stevan dan Stevan memakai baju dari Stalia. Stevan tidak akan ketahuan karena punya wajah yang cantik seperti Stalia. Walaupun mereka berdua protes tapi hanya itu satu cara yang bisa di pakai untuk melindungi mereka semua.

"Haah, yang benar saja! Untuk apa aku repot-repot mengambil selebaran sial ini!? baiklah… Hei tuan, cepat serahkan maharnya untuk ke 4 anak perempuanmu itu!" Kin tidak sabar dan membentak.

"Ini, hanya ini yang kupunya dari desa. Empat batang emas dan 2 perak!" Sir Clark menyerahkan bungkusan itu ke mereka berdua.

"HaaH! Berikan padaku sisannya!" si pria kekar mengambil paksa bungkusan yang di simpan Sir Clark di jubahnya dan Ia tidak melawan.

"Oww… kau masih menyembunyikan 2 batang emas dan satu perak! Lancang sekali pada kami..!" Kin membentak Sir Clark.

"Itu untuk bekal kami tuan. Hanya itu harta kami yang bisa kami bawa dari desa!" Sir Clark pura-pura tak berdaya dan berlutut memohon belas kasihan. Hanya itu satu-satunya cara besikap menjadi orang bodoh.

"Apa-apaan?! Tadi kau bersikap sok tenang dan sekarang kau seperti pecundang! Hmm… untuk apa kau membawa pedang jika tidak bisa berpedang, pria yang lucu!" Kin mengejek Sir Clark yang seolah bodoh dan pecundang.

"Maafkan aku tuan, pedang ini hanya hiasan agar orang akan takut pada saya.."

"Hmm… tapi pedangmu terlihat mewah dan menarik! apa itu palsu?!" Kin memegang dagunya dan melihat dari dekat pedang di pinggang Sir Clark

"Hei Kribo, sudahlah.. tidak berguna bicara dengannya.. emas ini cukup. Kita sudah punya banyak pedang sitaan yang lebih bagus dari itu! dan … ini kami berbaik hati mengembalikan 1 batang perak untuk bekalmu…!" Pria kekar melempar 1 batang perak ke arah Sir Clark yang masih berlutut kemudian dengan cepat berdiri untuk menangkap perak itu.

"Baiklah, kalian bisa lewat…hush.. hush.. sana…! Dasar tidak berguna!" Kin menyuruh Sir Clark pergi seperti mengusir binatang. Kemudian Sir Clark bergegas naik kereta kudanya.

"Syukurlah Sir… kita bisa lewat!" Dana berbicara dari balik tirai kereta kuda. Sir Clark tak menjawabnya.

"Ahaha…sebelum sampai tujuan paling mereka sudah mati kelaparan atau jadi santapan binatang buas!" Sayup-sayup terdengar suara 2 penjaga itu berbincang mengejek mereka berlima dari kejauhan. Sir Clark kemudian melajukan keretanya lumayan cepat meninggalkan pondok bandit itu.