Kereta Sir Clark mulai memasuki pinggiran hutan viness. Meskipun cuaca cerah dan matahari siang bersinar terang, namun pohon-pohon di hutan viness yang besar, tinggi dan lebat seolah menghalangi sinar matahari. Di pinggiran hutan viness hanya terlihat bayangan dedaunan dan ranting dan sedikit cahaya matahari yang melewati celah dedaunan dan ranting pohon. Bahkan jalan setapak yang jarang di lewati kereta kuda mulai ditumbuhi rumput agak tinggi.
"Siang ini kita tidak boleh berhenti, jadi makanlah di kereta. Saat malam tiba kita harus berhenti dan beristirahat karena kabut akan menyesatkan kita. Jadi kalian harus menahannya, atau gunakan sesuatu yg telah disiapkan dari perbekalan kita."
"Nona dan tuan muda, jangan khawatir.. Dana dan Sepia akan membantu.." lanjut Sir Clark yang kemudian menutup tirai di belakang punggungnya. Sir Clark duduk di kursi kusir sambil mengendalikan laju kereta kuda.
"Paman, berapa lama kita akan lewat hutan?" Tanya Stalia khawatir.
Kemudian Sir Clark yang mendengar pertanyaan Stalia segera membuka tirai di belakang punggungnya itu, "kira-kira 2 hari nona, karena kita tidak berhenti saat siang, maka bisa lebih cepat. Saat malam hari berbahaya jika kita terus melaju. Kuda kita juga butuh makan dan istirahat nona.., bersabarlah sedikit lagi.."
"Aah, begitukah.. semoga kita segera sampai Dana!"
"Iya nona, bersabarlah kita pasti segera sampai dengan selamat!" Dana tersenyum dan mencoba menenangkan Stalia dengan memeluknya.
"Kakak, aku takut… kenapa kita lewat hutan seperti ini.!" Stevan yang tadi diam mulai mengusap matanya yang basah karena menahan tangis.
"Tenanglah tuan muda, kita akan segera sampai…" Sepia menenangkan Stevan dan mengelus kepalanya.
Beberapa jam berlalu, hari sudah mulai bertambah gelap, bahkan sinar matahari sudah tidak nampak dan tergantikan dengan bulan. Mereka menghentikan kudanya untuk beristirahat. Dana dan Sepia serta Stalia dan Stevan sudah tidak kuat menahan buang air kecil mereka. Stalia yang tidak terbiasa berada di luar mau tidak mau harus melakukannya.
"Ahh… leganya. Walaupun rasannya tidak bersih tapi ini darurat!" celetuk Stalia yang baru muncul dari balik pohon. Dana dan sepia tertawa lalu menular pada Stevan dan Sir Clark.
"Aku rindu rumah dan kasur empukku! Aku juga merindukan Ibuku dan Nenekku, Sepia!" Stevan menyuarakan isi hatinya pada Sepia. Sepia yang iba memeluknya dan mengelus kepalanya dalam dekapannya.
"Tenanglah tuan muda, Ayah dan Ibumu pasti akan segera menyusul jika urusan mereka sudah selesai. Jangan khawatir. Anggap ini liburan dan berpetualang. Bukankah tuan muda juga memimpikan berpetualang?" Sir Clark berusaha menangkan hati Stevan, kemudian ia tersenyum lembut padanya dan melanjutkan membuat api unggun untuk memasak.
Beberapa saat berlalu, mereka berlima menikmati masakan Sir Clark walaupun hanya roti panggang dan saus butter tapi mereka cukup kenyang di situasi seperti ini. Stevan masih belum bisa beradaptasi dengan baik. Ia cemberut karena makanannya tidak sesuai selerannya. Namun mereka tidak punya pilihan selain mengisi perut mereka karena perjalanan masih panjang dan tidak ada apapun selain itu.
Suara kayu yang terbakar dalam api menyertai malam mereka. Sesaat mereka terdiam dan saling melirik satu sama lain.
"Kalian lebih baik masuk ke Kereta..!"Perintah Sir Clark memutar bola matanya dan kepalanya ke arah kereta. Ia mengisyaratkan untuk segera masuk. Sementara mereka berempat hanya mengangguk.
Klotak…klotak…klotak… terdengar sayup-sayup suara kaki kuda yang melangkah semakin dekat dan suaranya makin jelas. Sir Clark tak yakin mereka pedagang yang lewat ataukah para bandit yang lewat. Sir Clark hanya waspada dan siap dengan pedangnya jika situasi mendadak, bagaimanapun mereka tidak bisa sembunyi karena kereta kuda yang besar mungkin mencolok. Ia juga siap-siap dengan bekalnya. Countess Damaron memberikannya banyak batang emas dan perak untuk berjaga-jaga jika ada yang ingin merampok, mereka lebih baik memberikan emas itu.
Neeiiighhh… suara kuda yang di berhentikan mendadak terdengaar jelas. Terlihat kereta kuda biasa seperti yang mereka berlima gunakan. Bukan kereta bangsawan, dan sepertinya pria itu membawa barang. Dari kereta tersebut terlihat seorang pria bertopi berambut panjang dan berjenggot panjang dan beruban. Penampilannya lusuh agak berantakan, pria paruh baya yang kurus dan tinggi dengan pipi merah itu turun dari kemudi kereta kuda dan menghampirinya.
"Yoo…, pemandangan yang langka…!" pria itu berjalan sambil bicara seolah melihat hal yang tidak biasa.
"Ohoo, tidak perlu waspada tuan… Aku bukan penjahat. Haha… apa kau baru pertama lewat hutan viness anak muda? Hmm…..? ahh.. sepertinya kau lebih muda dari ku?!" Lelaki berjenggot dan berbau mesiu itu semakin mendekat pada Sir Clark dan mengobservasi penampilan Sir Clark dari ujung kaki sampai rambutnya. Sir Clark Masih diam.
"Tidak perlu cemas anak muda. Aku bukan bandit… aku pedagang, tidak perlu sampai mengeluarkan pedangmu nak…!" Lanjut pria asing itu melirik Sir Clark yang hendak memegang pedang di pinggangnya.
"Kau berbau mesiu pak tua…!" Sir Clark buka suara.
"HOo.. benar sekali… aku menyelendupkan bubuk mesiu ke kerajaan Volkan. Ini tidak mudah anak muda… asal kau tahu… aku pun memasok ke para bandit juga, haha... Makanya aku bisa bertahan melewati hutan bertahun-tahun lamanya…!" pria ini berbicara dengan santai sambil mengelus jenggotnya yang panjang.
"Anak baru sepertimu, sangat berbahaya melewati hutan…hmmm, aku mencium bau perempuan dan anak-anak..!" Pak tua itu tiba-tiba membuka tirai kereta kudanya. Sir Clark terkejut dan hampir menebas tangan Pria itu, namun urung karena pria itu tidak bersenjata. Stevan kaget dan memeluk Sepia melihat pria dengan jenggot panjang dan beruban.
"Penciuman anda cukup tajam tuan…!" Sir Clark mencoba santai.
"Tentu saja.. haha! Karena setiap hari aku hanya mencium bau mesiu, setiap ada wewangian yang lain hidungku jadi sensitif…!" kemudian si pria kurus itu berjalan mendekati api unggun dan mengambil separuh roti sisa yang dimakan Sir Clark di atas papan kayu tempat duduk Sir Clark sebelumnya.
"Hei nak, aku makan rotinya…!" ia makan tanpa basa-basi dan duduk di papan yang tadinya di duduki Sir Clark. Sir Clark hanya mengawasinya dengan waspada. Dalam hantinya ia hanya merasa pria itu aneh.
"Baiklah, aku tidak makan roti ini gratis! Entah apa masalahmu sampai melewati hutan viness ini… tapi kuberi tahu hal penting. Satu kilo dari sini ada pos markas bandit. Jika ingin lewat, orang biasa sepertimu setidaknya butuh sepuluh batang emas..!"
"Itu informasi penting, anggap saja aku membayar rotinya…! Dan.. aa… satu lagi, mungkin 10 batang emas tidak cukup kalau mereka tahu kau membawa 2 wanita yang menarik dan 2 anak perempuan yang imut dengan mata yang indah..!" lanjutnya santai dan melahap semua rotinya.
"Haah, lumayan mengganjal perutku… Nah, terimakasih rotinya..! Kau tidak perlu tahu namaku, anggap saja aku seorang malaikat yang datang membantu, ahahaha…!" dia tertawa mengejek dan terlalu sombong, entah dia memang hanya membantu atau hanya orang yang aneh yang tidak bisa di percaya.
Sir Clark masih terus memperhatikan pria itu, sementara pria itu mulai bangkit dari tempat yang ia duduki dan hendak pergi menuju kereta kudanya.
"Aku tidak tahu, apa niat anda.. tapi terimakasih informasinya tuan!" Sir Clark bicara dengan sopan.
"Sekarang kau bicara sopan padaku nak, ohoo… sudah lama aku tidak berbincang dengan sesama warga biasa saat melewati hutan viness. Baiklah, semoga kau beruntung…aku tidak bisa berlama-lama disini. Nah, satu lagi informasi… saat kabut tipis seperti ini kau masih bisa lewat, itu akan mempercepat waktu nak…!" Pria tua itu lalu menaiki kereta kudanya dan mengenakan jubah dan topinya.
"Baiklah selamat tinggal anak muda, ahaha…! Hiyaaaa….!!" Ia memecut kudanya dan kemudian mulai melaju kencang dan semakin jauh meninggalkan Sir Clark yang tidak banyak bicara kemudian menemui mereka berempat di dalam kereta. Pria berjenggot itu hanya mampir sebentar dan sepertinya hanya penasaran dengan orang asing yang lewat.
"Sudah aman… tidak perlu khawatir, kalian istirahatlah. Sebentar lagi kita bisa berangkat tidak perlu menunggu pagi. Kabutnya tipis dan masih bisa melihat jalan ini untuk mempercepat waktu.." Dalam benak Sir Clark antara mempercayai pria itu atau tidak. tapi jika memang pria itu berniat jahat dia pasti akan mencoba menggali informasi darinya. Itu pikirnya.