Malam tiba begitu cepat, semua orang di kediaman count terburu-buru dan sibuk kesana-kemari menyiapkan perlengkapan perjalanan. Sedangkan para prajurit bersiap untuk kepergian Sir Clark menemani nona dan tuan muda.
Countess Damaron terlihat gelisah, sementara Count terus menenangkan istrinya. Kereta Kuda sudah siap di depan kediaman Count yang luas. Kereta kuda untuk perjalanan bukanlah kereta kuda yang biasa mereka pakai dengan simbol keluarga, namun kereta kuda barang yang biasa para pedagang dan rakyat jelata gunakan. Bepergian jauh akan sangat riskan untuk disambut para penyamun di tengah perjalanan bila menggunakan kereta bangsawan. Untuk itulah Sir Clark menyarankan hanya menggunakan kereta biasa. Pakaian mereka pun tidak terlalu fancy dan hanya menggunakan pakaian pelayan biasa. Sepia dan Dana juga ikut dengan mereka, sementara Tomy akan menyusul mereka belakangan. Tomy masih berumur 16 tahun tapi ia sudah dapat diandalkan serta merupakan lulusan akademi Almateira yang cerdas. Meskipun ia tidak mempunyai bakat sihir, namun kemampuan memanahnya sudah selevel dengan prajurit senior. Ia masuk akademi untuk menjadi butler.
Tiba-tiba salah satu prajurit mendatangi Sir Clark dan Count Damaron yang hendak berpamitan. Prajurit itu berlari tergesa dengan kudanya. Sesaat prajurit itu berhenti tepat di depan Sir Clark, lalu ia memberikan salam dengan raut mukanya yang gelisah.
"Sir,.. Tuan Besar.. situasi sudah semakin darurat! pasukan penyihir pembasmi iblis kerajaan sudah semakin dekat, beberapa rumah rakyat biasa di binasakan bahkan Baron … ba..ron.. ma..maafkan saya.." prajurit itu enggan mengatakan dan terlihat berkeringat dingin.
"Apa maksudmu, Cepat katakan dengan jelas ..!" Sir Clark membentak.
"Maksud saya, Sir…, Baron.. baron Visque dan keluarganya di tuduh bersekongkol dengan iblis dan kena kutukan.. mereka di tangkap para pasukan pembasmi .. dan.. dan situasi di kota sudah tidak bisa dikendalikan…" Prajurit itu berkata sambil menunduk dan berkeringat dingin.
"Sudah tidak ada waktu lagi, mereka akan segera kesini.., Sir Clark cepatlah bergegas keluar kota, lewatlah hutan viness. Itu memang beresiko tapi itu jalan tercepat.. tolonglah jaga anak-anakku!"
"Tentu saja Tuan, saya menepati janji saya!"
"Sayang, bagaimana ini, semoga mereka akan baik-baik saja dan tiba dengan selamat!" Contess khawatir dan gelisah, ia mulai meneteskan air mata.
"Tenanglah istriku, Sir Clark orang yang menepati janjinya. Anak-anak kita bukan anak yang lemah, aku yakin mereka dapat bertahan dalam situasi apapun."
"Tidak ada waktu lagi, cepatlah bergegas!" Nyonya Balry berkata sambil memeluk cucu –cucunya.
"Nenek, kenapa di langit kota terlihat banyak Asap yang membumbung ke langit dan seperti ada kebakaran rumah di sana ? Apa prajurit tadi melapor kebakaran di kota?!" Stalia penasaran dengan raut wajah ayah ibu mereka. Ia tidak mendengar jelas percakapannya dengan Prajurit tadi.
"Sepertinya memang ada kebakaran di sana. Tidak ada waktu lagi, kalian akan terlambat jika tidak berangkat sekarang! Aku mengandalkanmu Clark…" Jawab Nyonya Balry khawatir, Sir Clark hanya mengangguk.
Stevan menangis sesenggukan menaiki kereta kuda bersama Sepia dan Dana, sementara seiring suara tapal kuda yang bergelotak dan kereta kuda yang bergejolak karena jalanan setapak tidak semulus jalan ke kota, Stalia masih tenggelam dalam pikirannya dan menatap jendela keatas langit yang tidak terlalu gelap karena sinar bulan. Dalam benaknya berpikir asap hitam di kota semakin besar di beberapa titik dan kota terlihat sangat terang karena kebakaran terlihat jelas dari atas bukit.
'apa yang terjadi sebenarnya?'
'bahkan ayah, ibu dan nenek menyuruh kita untuk segera pergi?'
"jika mengantuk, tidurlah anak-anak.., hari juga sudah larut!" Sir Clark berbicara sambil mengemudikan kereta kuda, sementara Dana dan Sepia menenangkan Stalia dan Stevan.
Stevan sudah tidur di pangkuan Sepia, sementara Stalia masih sayup-sayup membuka mata karena kereta kuda bergejolak. Dana mengelus rambut Stalia di pangkuannya dan menepuk punggungnya pelan untuk membuat Stalia nyaman. Perlahan Stalia dapat memejamkan matanya, menutup pikirannya dan pertanyaannya yang belum terjawab di benaknya, hanya berpikir ingin segera sampai ke tempat paman.