2 minggu setelah ulang tahun Lady Stalia.
Klang… klang….klang, terdengar suara pedang beradu di lapangan milik keluarga Damaron, para kesatria keluarga Damaron sedang mengadakan latihan rutin di ikuti oleh Lady Stalia dan adiknya Stevan. Mereka melakukan latihan yang lebih berat dari sebelumnya.
"Ayolah Paman Clark, aku sudah tidak tahan dengan panas terik ini, biarkan aku istirahat…ya.. yaa…? Tanganku juga sakit karena memegang pedang terus.." lady Stalia memohon dengan memelas pada Sir Clark.
"Ditempat latihan kau harus memanggilku Sir Clark Nona, dan juga istirahat masih ada waktu satu jam lagi… teruslah berlatih, kalau kau menyerah aku akan mengambil jatah kue dan manisanmu.." Sir Clark berbicara tegas di hadapan lady Stalia.
Dengan kecewa Lady Stalia yang sudah lemas dan terengah-engah di tengah latihan dengan Sir Clark masih terus merajuk.
"Sir Clark, anda memang tidak bisa dirayu… tapi bukankah aku tidak cocok dengan pedang? Dari tadi aku bahkan tidak bisa mengenaimu bahkan bajumu itu…, huuh menyebalkan…. Aku lebih suka memanah dan menembak…" Stalia menggerutu sambil memegang pedang dan mengayunkannya untuk mengenai Sir Clark yang masih terlihat santai.
"Tidak perlu terburu-buru Nona, setidaknya Anda mengerti dasar cara bertahan, Lihatlah Tuan muda Stevan bahkan anak berumur 7 tahun itu lebih mahir dari anda.." Sir Clark mengompori Stalia dengan wajah liciknya yang lucu.
Sir Clark adalah kapten kesatria di keluarga Damaron, keahliannya dalam berpedang dan bertarung sudah di akui seantero kekaisaran Almateira. Pria berbadan tegap dan kekar serta berkulit agak gelap, bahkan diusianya 42 tahun dia masih terlihat muda. Sir Clark bahkan sempat ditawari untuk menjadi kesatria kerajaan namun ia menolak dan tetap memilih mengabdi pada keluarga Count Damaron yang tidak begitu terkenal. Sir Clark sangat berhutang budi pada keluarga Count Damaron yaitu Kakek lady Stalia kepala keluarga Damaron terdahulu yang telah menyelamatkan keluarganya serta membantu keluarganya dari perbudakan. Sir Clark merupakan teman masa kecil Ayah Lady Stalia.
"Ya.. Ampun.. kenapa paman selalu saja membandingkan aku dengan adikku itu, bukankah memang laki-laki dan perempuan berbeda…! huuuh…." Stalia menghentikan serangannya pada Sir Clark dan menatapnya dengan Sebal.
"Hahah… Kakak itu memang bodoh kalau urusan berpedang tapi kalau mengomel dan marah-marah.. kakak memang nomor satu…"Stevan yang sudah selesai latihannya dengan para prajurit lain mengejek Stalia sambil tertawa.
"Apa kau bilang!! Dasar, kau pikir dirimu yang terhebat? Kau bahkan lebih cocok kalau memakai rok dengan wajahmu itu…seharusnya aku minta adik perempuan saja…" Stalia membalas Stevan
"Kakak memang bodoh….!! Aku membencimu…!" Stevan berteriak di hadapan Stalia kemudian melemparkan pedang yang dipegangnya dan berlari menuju kediaman utama dengan mata yang berkaca-kaca. Semua orang yang melihat hanya bisa diam menatap mereka yang sering bertengkar seperti anjing dan kucing. Stevan merupakan anak yang cerdas namun ia juga sangat sensitif serta sering menangis kalau bertengkar dengan kakaknya.
"Baiklah, sekarang waktunya istirahat…"Sir Clark menyuruh semua prajurit untuk menghentikan pelatihan..
"Nona Seharunya Anda lebih memperhatikan ucapanmu, karena anda sebagai kakaknya harusnya lebih pengertian, sepertinya Stevan patah hati nona….." Sir Clark menasihati Stalia dengan wajah ramah, berbeda dengan raut muka saat ia sedang latihan berpedang.
"Iya Nona, Sepertinya anda harus menemui tuan muda Stevan..., saya mengerti mungkin anda tidak bermaksud seperti itu.." Dana, Salah satu pengasuhku berbicara sambil mengantarkan handuk dan membimbingku ke kediaman utama. Umur Dana masih terbilang muda 26 tahun. Ia bekerja mengasuh Stalia sejak bayi, sehingga ia seperti ibu dan kakak Stalia.
Stalia hanya bisa diam dan mungkin merenungkan kata-katanya yang keluar dari mulutnya karena kesal. Stalia sebenarnya sangat menyayangi adiknya. Stevan merupakan adik yang pintar dan juga lucu saat masih bayi meskipun perbedaan umur mereka tidak begitu jauh. Stevan mempunyai wajah yang tampan dan terbilang cantik, mata berwarna abu-abu dan rambut silver berkilau seperti Ayahnya, wajahnya kecil dan hidungnya mancung serta bibirnya kecil benar-benar seperti boneka. Waktu Stalia berumur 6 tahun ia mendandani adiknya dengan pakaian perempuan karena mirip boneka, ia sempat dimarahi ibunya dan dihukum namun Ayahnya hanya bisa tertawa karena mereka anak-anak yang manis dan lucu di usianya.
Setelah latihan selesai di sore hari, Stalia bergegas menuju kamar Stevan.
Tok..tok..tok
"Stev.. Stev.. aku boleh masuk?" Stalia berbicara di depan pintu dengan pelan
"Aku tidak mau berbicara dengan kakak…!" Stevan berteriak marah di dalam kamar
"Baiklah aku akan memaksa masuk.." Stalia kemudian memaksa masuk, namun pintu kamar memang tidak dikunci dan dengan mudah ia masuk tanpa mendobraknya.
"Sudah kubilang aku tidak mau berbicara dengan kakak..!" Stevan bersembunyi dibalik selimut tidurnya.
"Baiklah kalau kau bersikeras, tapi Nenek, Ayah dan Ibu menunggu kita di ruangan nenek, sebaiknya kita kesana bersama. Kalau tidak aku akan menyeretmu bersamaku. Kata mereka ini penting."
"Iya tuan muda, yang dikatakan Nona benar sebaiknya anda mengikuti Nona, sebelum Ayah anda yang memanggil." Sepia, pengasuh Stevan berusaha membujuk Stevan untuk mendengarkan kakaknya. Sepia tahu kalau Stevan sangat takut dimarahi oleh Ayahnya.
Dengan malas Stevan membuka selimutnya, raut mukanya benar-benar malas dan sebal, ia kemudian turun dari kasur dan mengikuti Stalia menuju ruangan Nenek, dan mereka pun bergegas. Stalia hanya berpikir ini adalah pertemuan keluarga jadi ia sebenarnya tidak terlalu peduli dan hanya mengikuti perintah karena takut dihukum ayahnya yang disiplin.