"Sarapan dulu, Ta" ucap bu Aisyah. Nata pun menghampiri bu Aisyah sembari berkata "Iya bu, maaf ya, tadi Tata engga bisa bantuin ibu" sesal Nata.
"Engga apa-apa. Lagian hari ini juga engga masak terlalu banyak" ucap bu Aisyah sambil tersenyum hangat.
Sarapan Nata sudah habis. Dia bersiap-siap untuk bersekolah.
"Bu, Tata berangkat sekolah dulu, ya! Assalamualaikum!" teriak Nata sambil mengeluarkan motor butut yang terletak di halaman belakang panti. "Motor itu peninggalan suami ibu, Ta." kata bu Aisyah dulu.
Nata mengendarai motornya dengan kecepatan sedang. Rambut panjangnya yang tergerai, pipinya yang chubby, serta bibirnya yang merah muda sungguh menambah kesan cantik di wajahnya!
☁️
Sesampainya di sekolah, Nata memarkirkan motornya di parkiran sekolah. Lagi, pagi-pagi ia sudah mendengar cibiran yang murid-murid SMA Pelita lontarkan padanya.
"Motor butut kok dibawa sekolah, najis banget!" salah satu cibiran yang ia dengar.
Nata menghembuskan nafas panjang. "Tak apa, Semangat Aku!" begitu ucapnya dalam hati.
Nata bersenandung kecil disepanjang koridor. Menikmati lagu yang ia nyanyikan dengan menutup mata sembari tersenyum.
"Dug!"
Nata terjatuh, lalu meringis, bersamaan dengan lelaki yang ada dihadapannya. Nata melihat dari ekor matanya, lelaki itu bangun.
Ia mendongak, "Astaga! Tampan sekali!" pekik Nata dalam hati. Sementara lelaki itu memandangnya datar, dan dingin.
Rahang yang tegas, serta tatapan mata yang menusuk. Sungguh, Nata terkagum sekaligus menatap ngeri pada orang yang tak sengaja ia tabrak tadi.
Lama menatap, Nata tak sadar bahwa ia masih dalam keadaan jatuh. Lelaki itu mengernyit, "Bangun" ucap lelaki itu dingin.
Nata terkejut. Ia buru-buru bangun dan berkata "Maaf, aku tak sengaja menabrakmu" ucap Nata sambil menunduk. Dia gugup untuk kembali bertatapan dengan mata lelaki itu.
"Ya" jawabnya, lalu melengos pergi. Nata melongo, "Dingin sekali!" batinnya. Ia menggelengkan kepala. Lalu bergegas menuju kelasnya.
☁️
Bara turun dari mobil yang ia naiki. Seruan dari wanita-wanita yang ada diparkiran tak ia hiraukan.
Melangkah dengan santai, dengan tatapan mata tajam dan dingin.
"Dug!"
"Sial!" umpat Bara. Ia lekas berdiri, dan menatap seseorang yang menabraknya. Mengamati dari ujung kaki hingga kepala, lalu terkejut, namun hal itu tidak merubah raut wajahnya.
"Kenapa wajahnya mirip dengan Daddy" gumam Bara dengan pelan.
Gadis ini masih menatap nya. "Bangun" kata Bara. Ia tiba-tiba berdiri dengan tergesa-gesa. "Maaf, aku tak sengaja" ucap gadis itu dengan menunduk. Bara mengernyit. "Gadis aneh" lalu pergi.
Natalia. Itu yang dapat Bara baca dari name tag gadis itu.
☁️
XII IPA 2
Nata melanjutkan jalan untuk pergi ke kelasnya. "Nata! Lo lama banget sih. Gue nungguin lo dari tadi tau!" ucap Sasha sambil mencebikan bibirnya.
Nata pun terkekeh, memandang gadis itu dengan mata menyipit, "Maaf ya, Sha. Tadi aku jatuh dikoridor. Kepalaku juga rasanya agak nyeri" adu Nata pada sahabatnya.
"Yaampun! Siapa sih yang nabrak lo! Terus dia nggak nolongin lo ya? Ayo gue ajak lo ke UKS!" pekik Sasha.
Nata melotot "Ih, ngga usah, Sha! Lagian ini engga sakit-sakit banget kok, beneran!" ucap Nata dengan mengangkat kedua jarinya. "Emm, tadi yang nabrak aku kalo ngga salah namanya Albara, kamu kenal?"
Sekarang, gantian Sasha yang terkejut. Sahabatnya ditabrak oleh kapten basket sekolah?! mos wanted?! Astaga, beruntung sekali!.
"Lo beruntung banget, Ta! Ditabrak sama cogan di sekolah ini! Kapten basket lagi!" pekik Sasha.
Saat ingin membalas perkataan Sasha, ucapan Nata terpotong dengan masuknya guru dikelas.
☁️
XII IPS 1
"Rahmat tahalu?!" teriak Jason, sahabat Bara.
"Asik" jawab teman-teman kelas-nya sambil tergelak.
Jason sendiri sudah melenggokkan bokongnya kesana kemari diatas meja, diiringi dengan tepukan meja dari teman-temannya.
Bara berdecak. Melihat teman-temannya yang absurd ini membuat ia pusing. Sungguh berisik dan mengganggu!, batinnya.
Tiba-tiba semua terdiam kala melihat pintu dibuka dengan keras. Pak Sapri, guru killer botak, yang terkenal di kalangan anak-anak SMA Pelita.
"Jason! Apa yang kamu lakukan diatas meja?! Turun, tidak sopan kamu!" bentak pak Sapri dengan mata melotot.
Jason sendiri hanya menyengir, "Bapak ganggu saya lagi manggung. Padahal kan lumayan, uang saweran-nya bisa buat beli obat penumbuh rambut untuk bapak" ucap Jason dengan cengengesan.
"Keluar dari kelas saya sekarang, Jason Winata!" bentak pak Sapri dengan amarah yang menggebu-gebu.