Suasana ruang makan dalam mansion ini semakin dingin. Ariel yang mengetahui putrinya sudah kembali segera memeluk Nata dengan erat dan menumpahkan tangisnya. Ia bahagia, sungguh bahagia!.
Ethan menatap tajam Bara. Ia tak menyangka putranya akan berbuat seperti itu pada Nata. Bara sendiri sudah meminta maaf berkali-kali pada Nata. Ia tak bermaksud begitu pada adik kecilnya.
Sedangkan Leon, ia menghampiri ibunya, dan ikut memeluk Nata. Leon tak menyangka, bahwa gadis manis yang ia temui di cafe adalah adiknya. "Terimakasih, Tuhan." batinnya dalam hati.
Nata masih tak percaya, bahwa ia memiliki kembaran, apalagi itu adalah Bara! Most wanted di sekolahnya!. Jika Sasha tau, pasti akan heboh sekali, pikirnya. Sesaat kemudian, Nata melepaskan pelukan dari mommy dan kakak sulungnya. Beranjak, lalu mendekati Bara, lelaki yang kemarin ia tabrak di koridor.
"Kak?" cicit Nata. Ia melihat kembaran-nya mendongak, menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Tanpa aba-aba, Nata memeluk Bara, menumpahkan tangis bahagia. Bara membalas pelukan Nata dengan erat.
"Maafin kakak. Kakak nggak tau kalau itu kamu, Sayang" sesal Bara dengan pelan, dan air mata yang mengalir dipipinya. Nata mengangguk. Nata melepas pelukan pada kakaknya, mengusap air mata Bara, sembari tersenyum menenangkan, seolah berkata "Sudah, tidak apa-apa".
Ethan, Ariel, dan Leon yang melihat kejadian itu pun menangis haru. Keluarga yang mereka impikan kini kembali! Sungguh, mereka bahagia!
"Sudah, ayo sarapan dulu" ujar Ariel pada Bara dan Nata. Mereka mengangguk, Leon dan Bara kini berebut kursi agar bisa duduk dengan Nata. Ariel yang faham dengan putra-putranya pun bergeser dari sebelah Nata.
"Nah, gitu dong mom! Jadi Leon sama Bara api itu ngga bakal rebutan kursi lagi." ujar Leon dengan cengirannya. Bara mendengus, mendengar panggilan yang Leon lontarkan padanya.
Nata mengangkat jari telunjuknya kedagu, serta menyatukan alisnya, "Kak Leon, kenapa panggil kak Bara 'Bara Api', padahal Kak Bara kan dingin, harusnya, dipanggil 'Bara Dingin', dong?" tanya Nata polos. Leon tergelak, mendengar ucapan adiknya, membuat ia mencubit pipi chubby adiknya dengan gemas.
"Kak Leon! Sakit tauu!" rengek Nata sembari mengusap pipinya. Ethan dan Bara menatap tajam Leon. "Iyaiya, maaf, Dad" ujar Leon tak ikhlas.
Suara dari Ariel membuat Nata mengalihkan pandangan, "Kamu mau sekolah, sayang?" tanya Ariel. Nata cepat cepat mengangguk dengan binar mata senang, "Tata mau, Mom!".
Sarapan selesai. Bara angkat suara, "Kamu berangkat sama kakak, ya?" pinta Bara. Nata berfikir, "Ah, bolehkah?". Bara tersenyum, mengusap rambut adiknya dengan lembut, dan mengecup keningnya, "Tentu saja! Apa yang tidak kakak berikan pada adik kecil ini!" ucap Bara gemas.
"Iya, kamu sekolah bareng Kak Bara ya. Seragamnya sudah bodyguard Daddy siapkan dari pagi." ujar Ethan.
"Terimakasih, Daddy! Tata ganti baju dulu. Kak Bara, tungguin ya!" pekik Nata senang. Mereka semua menggelengkan kepala melihat tingkah lucu Nata.
☁️
Bara berangkat bersama Nata, dengan menggunakan Tesla model 3. Salah satu dari jajaran mobil-mobil mahal didunia.
Bara mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, sembari mendengarkan celotehan adiknya. Ia terkekeh, melihat betapa polos adiknya ini. Walau hanya berjarak beberapa menit, Bara masih tetap menganggap bahwa adiknya adalah gadis kecil yang harus selalu ia lindungi.
Bara telah sampai diparkiran sekolah. Ia bergegas membukakan pintu untuk adiknya. Hal itu mengundang pertanyaan untuk murid-murid SMA Pelita yang masih berada di parkiran.
"Astaga! Itu Nata kan? Anak beasiswa itu?!" pekik salah satu gadis disebelahnya.
"Eh iya, bener itu Nata woi!"
"Anjir! Nggak nyangka banget tu bocah berangkat sama Baraa!"
"Cuih, paling dijadiin jalang sama Bara." ujar gadis dengan rambut cat pirang, serta baju ketat yang dipakainya.
Ucapan terakhir mengundang atensi Bara. Ia berhenti, lalu menatap gadis yang berpakaian ketat itu dengan tatapan mata yang tajam dan menusuk. Bara melihat gadis itu sedikit mundur, "Lo semua! Denger baik-baik, kalo sampe ada yang ber-urusan sama Nata, berarti dia punya masalah sama gue. Termasuk lo, Cabe!" peringat Bara.
Mereka semua terdiam mendengar suara Bara. Bukan apa-apa, hanya saja, mencari masalah dengan Bara, sama saja berhadapan dengan keluarga Abraham, salah satu dari keluarga yang berpengaruh di negara ini.
Nata sendiri terdiam, lalu mengusap tangan Bara, bermaksud untuk menenangkan kakaknya yang sedang menahan amarah. Berhasil. Ia melihat Bara menoleh, kemudian mengubah tatapannya menjadi lembut, "Ayo, jalan lagi" ujar Bara.
Bara menggandeng tangan Nata disepanjang koridor. Membuat mereka yang melihat kebingungan dan berbisik satu sama lain, Bara yang tak pernah dikabarkan dekat dengan gadis manapun, kini sedang menggenggam erat Nata! Gadis beasiswa di SMA Pelita!.
Bara tak peduli. Sesampainya di pintu dimana adiknya belajar, ia berhenti. Lalu mengusap kepala Nata dengan sayang, "Kamu belajar baik-baik, ya. Kalo ada yang gangguin kamu, bilang aja sama kakak. Kakak ke kelas dulu" ucap Bara dengan hangat, mengecup lama kening adiknya, lalu kemudian beranjak.
"OMG! Lo dianterin, diusap, sama di cium sama Bara?! Astaga, gue nggak nyangka, Ta!. Lo kok bisa sih, digituin sama Bara. Aa gue juga pengen, boleh bagi tutornya kali" pekik Sasha dengan ekspresi berubah-ubah. Nata sendiri hanya tersenyum kikuk, bingung, tak tau harus menjawab pertanyaan-pertanyaan Sasha bagaimana.