Bel pulang berbunyi. Nata pun memasukkan buku-bukunya kedalam tas berwarna merah muda dengan aksen kelinci diatasnya. Selesai, ia menuju parkiran, lalu pulang.
☁️
Sampai di panti, Nata mengucap salam, "Assalamualaikum, Bu! Tata pulang" ucapnya dengan keras.
"Waalaikumsalam. Jangan teriak-teriak Nata, adik-adik mu yang lain baru saja tidur siang." peringat bu Aisyah dengan lembut.
Nata tersenyum sambil mengerjapkan matanya, "Hehe, maaf bu. Yaudah, Tata mandi dulu ya" ucapnya sambil berlalu dari hadapan sang ibu.
Selepas mandi, Nata bersiap-siap untuk bekerja. Dia bekerja sebagai pelayan di cafe dekat pantinya.
Nata berjalan kaki. Perjalanan hanya memakan waktu 10 menit. Nata memasuki dapur cafe, lalu mengganti kaos oblong-nya dengan seragam pelayan.
"Ta, anterin ini ke meja nomor delapan ya." ucap Andre, barista di cafe ini. Nata mengangguk, mengambil kopi diatas nampan itu, lalu mengantarkanya kepada pelanggan yang Andre maksud.
"Pak, ini pesananya" ujar Nata dengan senyum ramah dan tatapan mata yang hangat.
Pria itu mendongak. "Terimakasih" ucap pria itu. Nata mengangguk, lalu berbalik untuk kembali masuk kedalam dapur cafe itu.
Namun tiba-tiba tangan Nata ditarik oleh pria itu. Ia terkejut, lalu bertanya "Ada apa, Pak?"
"Saya boleh memeluk kamu? Melihat wajahmu, mengingatkan pada adik perempuan saya yang hilang" ucap pria itu dengan tatapan yang sendu.
Nata yang melihat hal itu pun mendekat, lalu memeluk lelaki itu. Hangat, itu yang Nata rasakan. "Semoga pelukan saya bisa sedikit menghilangkan rindu bapak ya" ujar Nata dengan senyum tulus di bibirnya.
Pria itu melepas pelukannya, "Terimakasih. Saya Leonardo Abraham" kata Leon dengan senyum tipis, dan tatapan hangatnya pada Nata.
"Ah iya Pak, Saya Natalia, bapak bisa panggil saya Nata, salam kenal" ucap Nata dengan memiringkan kepala dan mengerjapkan mata bulatnya.
Leon terkekeh, melihat gadis polos didepanya ini. "Kamu sangat menggemaskan, Nata!" puji Leon. "Panggil saya kakak saja. Saya belum setua itu untuk kamu panggil bapak"
"Ah iya, terimakasih, Kak. Saya kembali dulu ya. Takut ditungguin sama Kak Andre. Semoga kita bertemu lagi!" ucap Nata dengan riang.
"Sampai jumpa lagi gadis manis" batin Leon dengan mata yang masih memandang kepergian Nata.
☁️
Leon sengaja pulang cepat dari perusahaan hari ini. Ia cukup lelah, client tadi banyak bicara, membuat telinga Leon sakit.
Leon memutuskan untuk singgah di salah satu cafe bertema vintage itu, sembari memesan segelas kopi.
Kopinya datang, ia mendongak, "Pak, ini pesanan-nya." Leon mengangguk, "Terimakasih." melihat gadis manis ini, ia melamun, dan kembali mengingat adik perempuannya yang hilang.
Gadis itu beranjak ingin kembali, Leon menarik tangannya. Ia melihat, gadis itu terkejut, lalu berkata "Ada apa ya, Pak?"
"Saya boleh memeluk kamu? Melihat wajahmu, mengingatkan saya pada adik perempuan saya yang hilang" ucap Leon.
Memperhatikan mata gadis ini, membuat Leon ingat pada daddy-nya. Mirip sekali, dengan mata coklat terang yang berkilauan.
Leon sedikit berbincang pada gadis itu, Nata namanya. "Ah, gadis manis" pikirnya. Ia menghabiskan kopinya, lalu beranjak pulang.
Ia pulang menuju mansion-nya menggunakan mobil Ferrari Portofino hitamnya.
Sesampainya didepan mansion, ia disambut oleh beberapa bodyguard yang menundukan kepalanya. Dengan cepat, ia memasukkan mobilnya kedalam garasi di mansion.
Leon masuk, seperti biasa, mansion sepi. Hanya ada beberapa maid yang bekerja dirumahnya.
Mommy-nya yang mungkin menangis dikamar. Daddy-nya yang masih bekerja di perusahaan. Dan Bara, adiknya yang masih disekolah.
Leon menghembuskan nafas panjang. "Sampai kapan akan seperti ini. Kembalilah, Queen! Semua merindukanmu" Mata Leon meredup, kala mengingat kejadian 16 tahun lalu.
Dimana adik kecilnya, harus diculik oleh saingan bisnis daddy-nya.
Leon yang saat itu masih berumur 7 tahun sungguh senang, ketika mendengar kabar bahwa mommynya melahirkan adik kembar, laki-laki dan perempuan untuknya.
Leon sudah membayangkan, bagaimana nantinya ketika ia menyisir rambut adik perempuannya, dan mengajak adik laki-lakinya bermain bola. Astaga! Sepertinya menyenangkan sekali! pikir Leon kala itu.
Namun kebahagiaan itu hanya beberapa saat. Dalam perjalanan menuju rumah sakit dimana ibunya melahirkan, Leon mendapat kabar, bahwa adik perempuannya, sudah diculik!
Dunianya seakan runtuh. Leon menangis, menjerit, ia sungguh kecewa. Melihat rupa adiknya saja belum, namun sudah diambil orang.
Sejak saat itu, Leon menjadi lebih tertutup, dingin, dan tak tersentuh.