Rei mengangguk saja saat pria yang menjadi asistennya menyebutkan namanya. Ia kembali pada pekerjaannya dan Axel melakukan yang diminta oleh bosnya The Midas. Setelah beberapa saat, The Midas Rei kembali melirik pada Axel yang duduk melipat kakinya masih menyusun kertas-kertas yang ia minta urutkan.
Rasa penasaran mulai menarik Rei untuk tetap melirik pada Axel yang tak sadar tengah dipandangi oleh bosnya. Tak hanya rasa penasaran akan mengapa jantungnya berdetak lebih kencang saat Axel memandang matanya, tapi juga rasa kasihan. Axel adalah mahasiswa magang yang mungkin sedang kesulitan. Ia jadi merasa bersalah telah memarahinya dari pagi tadi.
Axel yang sedang asyik menyusun kertas tiba-tiba merasa mual. Entah mengapa perutnya seperti melintir. Ia berusaha mengindahkan rasa mual itu sampai akhirnya ia mengeluarkan suara seperti hendak muntah. Rei langsung menoleh lalu mengernyit.