Mungkin aku bisa mengundangnya ke sini untuk berbincang? Meluapkan apa yang ada di hati dan mengutarakan apa yang ada di benak? Bukankah kami sama-sama terluka dalam kisah yang tak sama?
Aku memandangi ponsel berlayar gelap yang sudah dua hari tidak kuaktifkan. Penasaran akan pesan yang dikirim oleh si duren, hingga meneleponku ke handpone jadul. Lima menit sudah aku menatapnya tapi tidak ada yang kulakukan. Pikiranku kosong. Nasi goreng beef steak sudah habis kulahap, segelas cokelat dingin, dan sebotol air mineral, berada di tengah meja.
Aku setengah termenung di antara meja-meja kosong di ruangan ini. Hatiku terbelah menyetujui untuk melihat pesan menumpuk, dan menolaknya untuk ketenangan diri. Jauh dari beban hati dan pikiran. Aku seperti menghitung kancing. Mengambil ponsel jadul lantas menekan tombol panggil melalui menu 'panggilan masuk.' Tersambung.