Kejadian lagi di hutan. Sore itu tiba tiba datang angin yang sangat kencang di gunung. Syal yang akan Sarah pakai untuk menghangatkan lehernya terbawa angin dan tersangkut di pohon. Usai angin kencang reda Sarah kebingungan bagaiman cara mengambil syal yang tersangkut di pohon yang cukup tinggi. Saat Sarah berbalik arah karena putus asa tidak bisa mengambil syalnya.
tiba tiba Sarah merasa ada yg memanjat pohon dengan cepat.
Segera Sarah menoleh ketempat syal yg tercantol.
Ternyata syal sudah dibawah dan berada diatas semak.
"Wah syal kamu dah jatuh dari pohon Sarah". kata Lissa sambil mengambikan syal dengan ceria.
"Iyaa makasih Lissa". Sarah bicara agak bingung.
Dalam perjalanan kembali ke tenda Lissa berbicara panjang lebar tapi Sarah masih bingung dan tidak memperhatikan cerita Lissa. Lissa akhirnya ngambek karena di cuekin .
Kembali lagi ke perkemahan dan hari mulai gelap semua bersiap pergi tidur . Sarah berjalan keluar tenda dan duduk di dekat sisa api unggun. Sambil mengorek-ngorek sisa bara api sarah berpikir.
"Siapa dia ?
Hemmmm kira-kira seperti apa bentuknya ?
Hewan ? manusia ? monster ?" guman sarah sendirian.
Ting tong sebuah pesan singkat dari ibu sarah masuk.
Sambil mengirim pesan ke ibunya kalau dia sehat sehat saja dan mungkin akan telat pulang. Karena sepertinya ketua kelompokakan memperpanjang acara champing.
Ibunya membalas iya jaga diri semoga selamat sampai rumah.
Sarah pun senang dan tiba tiba mendengar batang kayu yg di injak.
"
klek"
"Siapa itu ? "
Sarah dengan cepat mencarinya. Tapi bayangan hitam cepat bergerak..
"Siapa kamu ?
Aku tahu kamu tidak jahat." Suara Sarah agak meninggi
"Dan aku tahu kamu tidak akan macam macam dengan kami disini..
Keluar kamu.. " Sarah penasaran tapi sedikit takut dan ia memberanikan diri mencari dan mengejar .Sarah tidak sadar kalau dia mengejarnya sampai pinggir tebing..
Dia terpeleset
Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Sarah berteriak kencang.
Tiba tiba dia seperti ditangkap seseorang. Dia diselamatkan oleh seorang pria yang tidak di kenal . di gendong cepat naik kembali ke tepi tebing . Mata dan wajah mereka sempat memandang beberapa detik. Garis wajah yang tegas, hidung yang mancung dan alis mata yang tebal. Semua itu Sarah perhatikan wajah pria yang di terangi sinar bulan. pria tampan telah menyelamatkanya .Saat diturunkn dari gendongan Sarah masih memandang pria itu tanpa berkedip. Sarah tampak bengong. Pria itu segera pergi setelah menyenderkan badan Sarah di batang pohon dekat perkemahan.
Beberapa detik kemudian Sarah menyadarkan diri dan ia pun kembali ke champ sendirian. Dia akhirnya tidur dengan perasan bingung membuat tidurnya tidak nyenyak. Berharap semua yang barusan ia alami adalah sebuah mimpi.
Saat sedang menyiapkan sarapan pagi. Sarah merasa kakinya sakit dan melihat ada sedikt luka gores di kakinya.
Luka apa ini pikir Sarah dalam hati , berati tadi malam itu bukan mimpi, itu nyata.
siang harinya Sarah dengan sengaja masuk hutan sendiri dan berteriak
"Hai kamu "
"Keluar "
"Kamu siapa ?"
Keluar jangan bermain seperti anak kecil. Berani hanya main di belakang, hei pria aneh keluar kamu !!!!!
"kamu terlalu merepotkan, kamu harus jaga diri, hufft" jawab Fero dari atas pohon yang tidak terlihat Sarah
"Hei apa katamu ? keluar kamu dari sarang ? keluar kamu….!!!
"
Aku tahu kamu yang menolong ku di hutan , kalau tidak keluar aku akan lompat kejurang lagi…
"Dasar berisik" kata Fero sinis.
Sarah melangkah menuju tebing dengan cepat Sarah di tarik dari belakang oleh Fero dan badan Sarah berputar jatuh di pelukan Fero. Kepala Sarah yang setinggi bahu Fero menabrak dada lapang dan kekar milik Fero.
"Dasar cewek semaunya sendiri " nyinyir Fero sambil menyingkirkan Sarah
Dengan cepat ia meraih tangan Fero sebelum Fero berlari kencang,
Fero kaget dan berhenti
" hangat. Kenapa .apa ini ?" Fero bertanya dalam hati
Fero syok dan dengan cepat pergi sambil memberikan sisa perasaan aneh Hangat tangan manusia yang selama ini tidak pernah ia rasakan. Sekarang ia merasakan kembali sentuhan manusia, seperti tangan ibunya. Dia menjadi rindu dengan ibunya yang lembut dan hangat sangat menyentuhnya.
Sambil duduk di luar gua memandang sinar bulan yang biasa ia lakukan setiap malam, tiba-tiba dua temanya mengacaukanNya memaksanya bergantian berjaga. Mereka merasa Fero terlalu lelah berjaga beberapa hari ini.
Beberapa saat Fero sempat melamun memikirkan perasaan aneh yang sudah lama tidak ia rasakan sejak memutuskan tinggal di hutan yang jauh dengan manusia .