Chereads / Blood Sweat And Tears / Chapter 13 - 13

Chapter 13 - 13

mengapa saat aku terus berlari dari kenyataan semua nya malah terus terlihat semakin jelas dan menampar diriku agar terbangun dan menerima semua nya, dan aku sudah bangun dari semua nya, dari tidur ku yang sudah terlalu panjang dan melelahkan. perlahan aku mulai menjalani hari-hari ku dengan penuh semangat dan warna yang sudah lama aku cari, mungkin semua ini karena uang hahaha. Karena mendapatkan pekerjaan aku malah merasa jika ini adalah kebahagiaan diriku dan karena uang aku menjadi lebih giat dalam bekerja dan menjalani hari ku, apa selama ini overthinking adalah karena aku tidak punya uang?. 

Di pagi hari kendaraan sudah terlihat sangat ramai berlalu lalang di jalan, semua orang yang bekerja di kantor sudah datang dengan sangat pagi nya dan terlihat sangat disiplin oleh waktu mereka, begitu juga aku yang sengaja datang pagi agar tidak terlambat karena biasa nya aku akan tidur sejenak setelah aku sudah rapih. Dulu saat aku masih SMA aku sering melakukan hal itu, aku terlalu sering tidur larut malam karena hampir setiap hari semua guru memberikan tugas kepada kami, belum lagi jika ada naskah drama yang harus aku buat untuk kepentingan club kesenian yang saat itu aku naungi bersama teman-teman ku. karena hari-hari itu aku menjadi sering sulit untuk tertidur di malam hari, sebagai ganti nya pada siang hari lah aku mengantuk dan bahkan sering tertidur di dalam kelas, aku sangat tidak mau hal itu akan terbawa sampai di dunia kerja sekarang. 

Saat sampai di depan Restaurant aku pun melihat di mbak Arni tengah membuka kunci pada pintu Restaurant,mungkin keadaan nya sudah lebih baik karena sebelum nya di saat hari pertama aku bekerja aku mendengar jika Mbak Arni tengah sakit dan tidak bisa pergi bekerja sehingga kunci Restaurant di pegang oleh atasan. 

" Selamat pagi mbak Arni.." sahut ku menyapa nya lebih awal.

" selamat pagi, kamu Diana itu ya,yang karyawan baru di sini kan? "

" iya mbak, mbak Arni gimana keadaan nya apa udah sembuh total?"

" alhamdulillah udah, kemarin istirahat total jadi aku bisa pulihin nya dengan cepet, yuk masuk"

" iya "

Aku senang jika mbak Arni sangat ramah, sebelum nya hal pertama yang sangat aku takut kan dalam bekerja adalah mendapat kan teman dan senior yang sangat tidak bersahabat, tapi untung saja aku belum mendapatkan dan menemui nya di sini. saat tengah beres-beres sebelum membuka Restaurant mbak Arni nampak sangat senang bercerita bagaimana diri nya waktu pertama datang ke jakarta, aku tidak menyangka jika mbak Arni bukan lah asli dari Jakarta dan melainkan asli dari Semarang. 

" Dulu waktu mbak pertama kali ke Jakarta, mbak gak langsung kerja dan sempet jadi pengangguran selama dua tahun, lama banget kan "

" iya mbak emang sekarang itu susah banget cari kerja, aku pernah interview dan nyasar di Jakarta, di suruh tunggu satu minggu dan akan di kabarin malah gak sama sekali "

" iya memang begitu setelah interview pasti di suruh tunggu satu minggu, tapi kamu pernah gak sih di suruh bayar gitu semacam sogok "

" pernah mbak, tapi itu penipuan. mereka bilang nya kalau udah lunasi pembayaran nya yang senilai enam ratus ribu itu kita akan tanda tangan kontrak dan langsung dapet seragam, tapi apaan ya masa di suruh bayar lagi satu jutaan gitu ya aku langsung cabut aja keluar "

" iya jangan mau, sekarang itu banyak banget kasus penipuan kayak gitu dan parah nya lagi banyak ynag udah lapor tapi ya kayak seakan tutup telinga gitu. lain kali kalau semisal kamu cari kerja, kamu jangan mau kalau di suruh keluarin uang dan jangan keluarin sepersen pun, orang kita cari kerja itu buat dapet uang kan, bukan keluarin uang "

" iya mbak, lain kali enggak deh dan lebih hati-hati ke depan nya, terima kasih ya mbak. "

Mbak Arni pun tersenyum, iya pun membawa semua sapu dan pel yang tadi kami gunakan untuk membereskan restaurant, wajah nya terlihat sangat cerah dan tidak menunjuk kan jika diri nya habis jatuh sakit. Mbak Arni langsung bergegas membuka Restaurant dan bergegas di meja kasir, ia segera bergegas ke ruangan dapur dan mengecek persediaan yang ada di dalam kulkas besar yang ada di dapur, semua nya nampak berjalan dengan sangat baik. Aku yang tengah melihat Mbak Arni mencatat semua persediaan itu pun sampai tidak sadar jika karyawan yang lain nya sudah datang dan menyapa ku. pandangan ku pun langsung tertuju pada seorang karyawan yang tengah berdiri menaruh tas nya di bagian lemari karyawan, aku tidak melihat nya saat di hari pertama aku bekerja, apakah dia adalah karyawan baru sama seperti ku atau mungkin dia adalah senior ku yang baru saja aku lihat seperti aku melihat mbak Arni. 

" Din, kenapa ngelamun ?"

" ehh mas Dimas, enggak kok mas "

" baru liat Radit ya, dia karyawan lama di sini cuman dia biasa nya masuk di shift malam, karena lagi tukar jadwal sama mbak Devi jadi dia masuk pagi. dia seumuran sama kamu loh Din "

Aku pun terdiam dan hanya terseyum merespon perkataan Mas Dimas tadi, jadi nama nya adalah Radit, aku tidak tahu siapa dia sebelum nya tapi beberapa hari yang lalu aku seperti nya pernah tidak sengaja bertemu dengan nya saat di jembatan penyebrangan jalan. Radit memang terlihat sangat tampan dengan kulit putih nya dan mata nya yang kecil dan dalam, tinggi badan nya pun seperti sekitaran seratus delapan puluh. seperti nya Radit tidak terlalu banyak bicara, ia bahkan tidak terlihat ikut dalam pembicaraan antara aku dan mas Dimas tadi, mungkin saja Radit adalah laki-laki dingin yang sama hal nya dengan Fahri, tapi Fahri tetap lah yang terburuk untuk ku. 

Saat aku tengah memperhatikan Radit, aku pun terkejut saat Radit tiba-tiba menoleh ke arah ku dan menatap ku dengan mata nya yang tajam. sangat menyebalkan karena ia harus tau jika aku memperhatikan nya sejak tadi, jangan sampai ia berpikir jika aku menyukai nya. 

" Heh! ngapain berdiri di sana, ada pelanggan tuh!"

Aku pun langsung tersentak dan buru-buru berjalan menuju meja pelanggan, benar-benar menyebalkan sekali Radit tidak seharus nya ia membuat ku tersentak sedemikian, apa tidak bisakah ia menegur ku secara halus?. Dengan hati yang masih berdetak sangat kencang karena terkejut atas cara bicara Radit tadi aku berusaha untuk tidak mengumpat di depan nya saat berjalan melalui meja kasir untuk pergi ke dapur. Aku sangat berharap jika besok Mbak Devi akan menjaga kasir lagi dan tidak bertukar jadwal dengan laki-laki menyebalkan ini, aku sangat tidak tenang jika terus merasa terganggu dengan nada bicara nya yang seolah  membuat membuat orang akan down secara tiba-tiba.