Chereads / Blood Sweat And Tears / Chapter 15 - 15

Chapter 15 - 15

Tidak terasa waktu pun semakin berjalan, dan waktu jam kerja ku pun sudah habis, dengan cepat aku membuka lemari brankas khusus tas karyawan dan mengambil tas ku. Aku pun berjalan dengan langkah yang cepat dan mencari mbak Arni untuk sekedar berpamitan pada nya, aku mendapati mbak Arni tengah membantu Mas Dimas tengah mencuci piring.  Aku pun terdiam sejenak melihat nya, aku sudah siap untuk pulang dan beristirahat sejenak karena perkuliahan akan di mulai dengan cepat hari ini, tapi mana mungkin aku tega membiarkan mbak Arni dan Mas Dimas mencuci piring yang begitu banyak. 

" Mbak Arni, Mas Dimas.. aku bantu ya " 

" kamu kan udah mau pulang Din, nanti kamu capek kan kamu kuliah " 

Mendengar Mas Dimas menolak diri ku untuk membantu nya membuat ku hanya tersenyum kecil dan dengan cepat menaruh tas ku di atas meja dapur, aku pun berjalan ke arah mereka berdua dan langsung mengambil cucian piring yang lain. Lagi pula tempat kost ku pun tidak terlalu jauh dari sini, sehingga aku bisa dengan cepat sampai ke kost hanya dengan naik angkot, itu pun tidak terlalu jauh. 

" Mbak Arni duduk aja mbak, ini sisa nya biar aku aja yang selesaiin. " 

Mbak arni pun hanya tersenyum dan menuruti apa yang aku katakanku,aku pun langsung berfokus pada tiap piring kotor yang ada di depan ku tanpa mau teralihkan oleh apapun bahkan kata-kata Mas Dimas yang sejak tadi mengajak aku berbicara.  

" ini udah beres semua ya, aku pulang ya Mas.. Mbak " 

"IYA " 

Kini saatnya aku untuk pulang, dengan langkah cepat aku berlari menuju pintu dan membuka nya untuk keluar, sekilas aku melihat Radit tengah merapikan tas nya, mungkin dia sma seperti ku, dan mulai berganti jam kerja dengan orang lain. 

Aku pun melangkahkan kaki ku dengan santai menuju pinggir jalan Raya untuk menungu angkot yang akan lewat di sekitaran sana, aku pun membuka tas ku dan mencari dimana letak Handphone ku, siapa tau kakak ku sudah membalas pesan yang aku kirim kan, dan benar saja saat aku nyalakan data pada handphone ku terdapat beberapa pesan yang masuk dan tiga buah panggilan tak terjawab atas nama kakak ku. Aku pun langsung membuka pesan tersebut dan mendapati sebuah pesan yang sangat membuat hati ku sedikit tenang dan sangat bahagia, kakak sudah menyampaikan nya pada Ibu ku dan Ibu sangat senang mendengar hal tersebut bahkan sampai meneteskan air mata bahagia nya, sore ini ibu akan memberitahukan kabar baik ini kepada ayah secara langsung. Rasa nya sedikit demi sedikit beban di bahu ku sudah mulai hilang, dan sekarang yang aku butuh kan adalah menjernihkan pikiran ku dari semua hirup pikuk tugas dan pekerjaan ku yang masih sangat seumur jagung ini. 

Sudah lama aku tidak pergi ke pantai atau pun laut, menikmati angin dan melihat sunset sendirian. Aku sangat ingat terakhir kali aku pergi ke laut saat aku masih duduk di bangku kelas satu sekolah menengah pertama (SMP), dan itu pun hanya sekedar menemani ayah memancing saja. Mungkin jika aku memiliki waktu yang luang dan beberapa uang yang sudah aku kumpul kan, aku akan mengguna kan nya untuk pergi demi self healing pada diriku sendiri. Kini aku mulai bisa merasa kan kembali bagaimana rasa nya tertidur di malam hari dengan sangat lelap nya, tidak lagi memiliki waktu untuk overthinking dan imsonia setiap malam serta menangisi sesuatu tanpa sebab. 

Memang benar, saat aku kecil aku merasa setelah  tumbuh remaja dan menjadi dewasa adalah sebuah sebuah kehidupan yang sangat indah. Dimana akan bisa dengan mudah mendapatkan pasangan dan berbicara tentang cinta dan hal-hal yang seharusnya remaja bahas, tapi setelah aku berada di titik seperti ini, aku merasakan jika masa kecil adalah sebuah kebahagiaan yang sesungguh nya.kau tidak akan banyak berpikir tentang hidup mu dan bagaimana kau akan melangkah atas apa yang akan berpengaruh dalam pola hidup dan keluarga mu, tidak akan merasa kan bagaimana bahu mu terasa sangat sakit dan remuk karena begitu banyak beban yang harus kau pikul seorang diri. 

Sejak semua nya terlihat berbeda di depan mata ku, aku harus berusaha melepaskan semua mimpi-mimpi ku yang orang lain katakan itu adalah sebuah kegilaan. Ya, memang benar itu adalah sebuah kegilaan dimana aku hanya bermimpi jika aku bisa menjadi seorang Idol di korea selatan dan debut di sana menjadi seorang bintang. Aku memang tidak bisa memungkiri jika orang-orang di sini memang tidak bisa menghargai dan mengapresiasikan seseorang, semakin aku melihat dari pertumbuhan zaman adalah hilang nya rasa sopan santun dan attitude pada anak-anak di sini.  

Ya, semua sudah berubah karena perkembangan teknologi dan kita semua masih belum berubah dan masih tetap pada tempat kita, mungkin saja kita mundur sedikit akibat beberapa hal yang telah merubah identitas kita. Aku tidak bisa membayang kan bagaimana kehidupan ku setelah tiga puluh tahun nanti, apakah aku akan sangat berubah menjadi seorang yang sangat bijaksana dan sembuh dari semua mental illness ku, atau umur ku tidak akan sampai pada umur tiga puluh tahun?. Walau pun aku berusaha untuk membuat diri ku sibuk agar tidar berpikir yang aneh. Tapi rasa nya jika di dalam ke sendirian aku merasa jika diriku sama saja dan terjebak di sebuah ruangan gelap yang bahkan sudah sangat tidak asing bagiku.

Seperti saat ini, aku berada di dalam kamar ku dan sendirian tanpa kehadiran teman-teman ku yang langsung membuat aku tengah berada di dunia lain. Setiap kali aku berada di kamar ku, yang aku lakukan pertama kali nya hanya duduk terdiam di dalam kamar ku yang sepi dan sunyi yang langsung membuat diri ku bertanya-tanya pada diriku sendiri. 

Aku lemah...

Dan aku menyadari akan hal itu, aku sangat kuat pada emosi dan sikap di depan semua orang tapi secara di dalam aku sangat lemah pada mental ku, tidak semua penilaian orang bisa aku terima dengan baik, karena beberapa dari komentar tersebut sangat melukai hati dan mental ku. Aku sudah berusaha untuk tetap kuat saat aku sudah memiliki kesibukan, dan itu semua sudah aku lakukan dengan sekuat hati ku dan aku melakukan semua yang aku lakukan saat ini hanya lah untuk keluarga ku sendiri. Aku  tidak tahu bagaimana penilaian mereka kepada diri ku, tapi aku benar-benar tidak ingin tahu akan semua hal yang buruk tentang diriku, tugas ku hanya membuat keluarga ku tersenyum bahagia dan hanya itu yang seperti nya membuat diriku bisa bernafas dengan