Chereads / Blood Sweat And Tears / Chapter 16 - 16

Chapter 16 - 16

Burung-burung nampak berterbangan menyambut pagi hari yang cerah, seperti biasa aku menyiapkan diri ku untuk pergi bekerja di pagi hari yang sejuk ini. walau pun hari ini adalah hari libur dan aku tidak masuk perkuliahan tapi nyata nya diri ku masih harus masuk bekerja. ku lihat dan memandangi diri ku di cermin seraya menatap rambut ku yang sangat panjang dengan poni yang hampir menutupi mataku, mungkin jika aku memotong rambut ku pendek aku akan merasa semua nya rileks dan memberikan kesan yang berbeda untuk diriku, apalagi orang-orang bilang jika memotong rambut akan dapat membuang kesialan. 

aku pun melirik ke arah jam yang ada di atas meja ku, masih ada waktu untuk ku memotong rambut. Dengan cepat aku mengambil sebuah kain dan mengikat kan nya pada leher ku, aku pun mencoba mengukur rambut yang akan aku potong dengan sebuah ikat rambut yang sudah lama tidak aku pakai. 

Skretttt...

Rambut ku pun terpotong dengan cepat nya, aku pun hanya tinggal merapikan sisa-sisa rambut ku yang panjang sedikit di ujung pada rambut yang sudah terpotong, hanya tinggal memotong rambut poni ku saja yang sudah mencolok mata ku karena panjang nya. aku pun merapikan nya agar tidak terlalu panjang dan tidak terlalu memotong nya pendek, sejak kecil aku selalu suka dengan tampilan poni pada rambut depan ku.  

" ok juga ternyata.." sahut ku.

aku pun membersihkan rambut yang terpotong itu dan mengumpulkan nya di sebuah wadah kertas untuk aku buang di sebuah pembuangan air yang ada di depan kost an, sebelum pergi ke luar aku pun berhenti di depan cermin yang ada di dekat westafel yang ada di dapur dan membasahi rambut ku sedikit agar terlihat rapi dan tidak berantakan. setelah melakukan hal tersebut aku pun langsung melanjut kan langkah ku untuk bergegas keluar dengan membawa sebuah kantong plastik yang berisi potongan rambut ku, aku pun membuka kantong plastik tersebut dan menaburkan potongan rambut ku ke bawah pembuangan air agar aku merasa dingin karena potongan rambut ku di buang ke dalam air. 

setelah melakukan hal itu aku pun segera melanjut kan langkah ku dan berjalan ke luar gang menuju jalan raya, aku pun berdiri di pinggir jalan raya menunggu angkot yang akan pergi satu arah dengan ku menuju stasiun, tidak menunggu lama angkot yang aku tunggu pun langsung datang dan berhenti di depan ku. mungkini hari ini aku terlambat sedikit karena memotong rambut tadi, tapi mungkin saja aku tidak melewat kan saat-saat dimana bersih-bersih sebelum membuka restaurant. 

saat aku sampai di restaurant aku mendapati pintu restaurant sudah terbuka, seperti nya Mbak Arni sudah datang, aku pun melangkah masuk ke dalam dan berjalan dengan senyuman yang ada di wajah ku, aku kira orang yang ada di dalam adalah Mbak Arni tapi ternyata orang itu adalah Radit. kenapa Radit ada mengambil jadwal mbak Devi lagi ? padahal saat hari kamis lalu ia sudah bergantian jadwal dengan mbak Devi, apa hari ini ia bertukar jadwal lagi?.

" Diana ?" sahut radit sambil ternga-nga di depan ku.

" Ya, kenapa ?"

" enggak.." 

Radit pun langsung mengalihkan pandangan nya dari ku, aku yang masih berdiri di tempat ku itu pun berpikir apakah aku terlihat aneh dengan gaya rambut ku yang aku potong sendiri?. seperti nya memang terlihat aneh sampai aku mendapati sejak tadi Radit menoleh ke arah ku terus, aku mulai merasa tidak nyaman dengan keadaan saat ini apalagi pagi ini hanya ada aku dan Radit berdua saja di dalam Restaurant. Tidak beberapa lama mbak Arni pun datang dan menyapa ku yang akhir nya membuat aku sedikit lebih lega.

" Diana?"

" Iya mbak ini aku, kenapa mbak? aneh ya ?"

" enggak, kamu cantik tau kalau rambut pendek sebahu kayak gini, lebih terlihat fress dan lebih seger di lihat nya "

" emang kalau aku rambut panjang jelek ya?"

" enggak kok Din, cuman kamu kan wajah nya kecil terus kalau rambut kamu panjang kamu serem gitu lebih tepat nya misterius kayak anak indigo" 

" Mbak Arni bisa aja " 

mendengar hal itu, aku pun hanya tersenyum sejenak dan merasa percaya diri jika tampilan diri ku hari ini adalah pilihan yang tepat untuk diri ku agar menjadi lebih baik lagi, mungkin setelah ini hariku dan warna nya akan perlahan berubah menjadi lebih baik dan aku akan perlahan benar-benar bisa melepaskan Fahri seutuh nya dan mencoba mengikhlas kan nya. seharus nya aku lebih merasa bersyukur karena di sekeliling ku banyak orang-orang yang sayang pada ku dan menganggap nya sebagai keluarga, bahkan ada yang menganggap ku sebagai adik nya. 

aku yang sudah membersih kan beberapa meja itu pun langsung bergegas ke belakang untuk menaruh kain lap yang kotor dan ember yang berisikan air yang sudah kotor tersebut, saat aku memasuki dapur aku melihat jika Radit ada di dapur juga tengah mencuci kain lap yang kotor. aku pun berjalan menghampiri nya hanya sekedar mencuci kain lap yang aku bawa di tangan ku, Radit nampak berhenti mencuci kain lap yang ada di tangan nya dan itu pun aku tidak tahu apa alasan nya, apa mungkin karena aku ikut mencuci kain lap di sana atau memang ia membenci ku karena waktu itu aku menyindir nya saat mengatakan jika aku orang yang introvert. 

" Lu pake parfum ya? " Tanya Radit tiba-tiba.

" emm.. kenapa?"

" gak apa-apa, gw suka wangi nya " 

Mendengar hal itu aku pun langsung terdiam dan menengok ke arah Radit yang berjalan keluar dari dapur, biasa nya ia mencari gara-gara atau pun mengomentari diriku dengan mulut cabai nya itu tapi kenapa hari ini sikap nya perlahan berubah tiba-tiba pada ku. tidak berapa lama aku melihat Mbak Arni yang berjalan masuk ke dapur dan menuju ke arah ku, dengan senyuman jahil nya ia membisikan sesuatu pada ku.

" kamu kok tahu sih selera nya Radit?"

" maksud mbak apa ya?"

" Radit kan suka cewek rambut sebahu tau, mbak perhatiin kalian loh dari tadi dan emang Radit liatin kamu terus, kayak nya dia tertarik deh sama kamu "

" mbak ngomong apaan sih, aku potong rambut kan biar gak gerah mbak, lagian aku juga gak tau kalau Radit tuker jadwal lagi sama mbak Devi "

" kamu belum tau ya kalau Radit bakal di pagi hari terus jadwal nya?"

" ehh, serius? kenapa emang ?"

" gak tau sih alasan nya apa, tapi karena mungkin dia lelah kali ya kuliah sambil kerja gitukan, apalagi dia pulang malem terus. tapi mbak liat emang kalian berdua cocok sih,Radit yang ngomomg suka ceplas ceplos, terus kamu kalau ngomong langsung to the point."

mendengar hal itu aku pun hanya tersenyum sedikit dan berjalan ke luar dapur untuk memeriksa apakah ada pelanggan yang datang di pagi hari ini, tapi memang aku pun tidak bisa memungkiri jika Radit memang tampan dan dingin, tapi aku pun tidak bisa menilai seperti apa Radit sebenar nya karena aku pun tidak terlalu kenal dengan nya, hanya mengenal nama nya dan satu tempat kerja tidak bisa membuat seorang dikatakan dekat bukan?.