Chereads / Blood Sweat And Tears / Chapter 14 - 14

Chapter 14 - 14

Aku melihat semakin siang pelanggan mulai semakin banyak yang berdatangan. Semua orang nampak sangat sibuk dengan tugas nya masing-masing, karena terlalu banyak berdiri akhirnya membuat bahu ku terasa remuk dan tulang belakang ku terasa sakit dan hal itu yang langsung membuat mood ku menjadi buruk.  Walaupun demikian, aku harus tetap berusaha terlihat ramah di depan para pelanggan restaurant dan berusaha melayani mereka dengan baik. Lagi pula hari ini cuaca nya benar-benar cukup panas dan tidak seperti biasanya, keadaan seperti ini adalah keadaan yang langsung membuat insting ku berkata " jika saat seperti ini akan lebih enak jika minum air dingin ataupun es campur ".

Mungkin hari ini aku terlihat sedikit pendiam dan tidak banyak bicara dan ceria seperti kemarin, entah karena terbawa dengan suasana hati yang tidak sedang baik, atau mungkin karena nada bicara Radit yang masih teringat  dan menari di telinga ku. Saat aku tengah  duduk di dekat pintu dapur aku mendapati jika Radit melihat ke arah ku, Entah  dirinya akan mengomentari apa yang aku lakukan lagi atau hanya sekedar ingin mengganggu  diriku. 

" Din,  nanti jam istirahat bisa tolongin mbak enggak? ". Sahut mbak Arni yang langsung  membuat aku tersentak. 

" minta tolong apa mbak? " 

" tolong beliin mbak rujak ya, yang ada di pinggir jalan  dekat ruko warna biru sebelah kanan agen mbaking" 

" mbak kan baru mendingan mbak, jangan makan rujak dulu lah mbak " 

"Mbak lagi memayungi kayak nya Din, waktu sakit rasanya ingin  makan yang pedes, kamu bisa gak? "

" yaudah deh mbak nanti sekalian aja aku juga mau, kayak nya pas panas gini enak gitu makan rujak. "

Aku pun tersenyum pada Mbak Arni karena pada dasarnya aku sama sekali tidak bisa menolak permintaan mbak Arni, tapi sejak tadi aku perhatikan Radit memang tengah melirik ke arah ku dan Mbak Arni sejak aku bicara dengan mbak Arni tadi. Aku tidak mau berburuk sangka pada Radit, walaupun memang dirinya patut untuk di curigai. 

Melihat pelanggan sedang tidak terlalu banyak, an waktu pun sudah memasuki jam istirahat untuk kami maka dengan cepat aku pun keluar dari restaurant dan pergi ke tempat di mana ada penjual rujak yang tadi di tunjukkan oleh mbak Arni, aku pun berjalan dengan langkah yang aku ambil dengan sangat cepat karena aku memang tidak bisa bertahan terlalu lama di tempat panas, apalagi harus terlalu lama berada langsung di bawah sinar matahari. 

" pak rujak nya dua bungkus ya" 

"Siap"

Hari ini benar-benar sangat panas jika saja bukan karena mbak Arni yang sedang memayu dan ingin memakan rujak pastinya aku tidak akan pergi ke luar, apa nanti sore atau nanti malam akan turun hujan?.

" ini mbak rujak nya, dua puluh ribu " 

"Ini pak, terima kasih ya".

" iya sama-sama mbak. "

Aku pun langsung berlari menuju ke arah  restaurant dengan kantung plastik berisikan dua buah rujak di tangan ku, ketika aku memegang gagang pintu kaca restaurant dengan sangat jelas aku melihat Radit tengah melirik sinis ke arah ku. 

" Apa?! " 

Kalimat itulah yang aku lontarkan saat aku berjalan di depan nya,  bisa bisa nya ia mencari masalah dengan ku yang bahkan tidak tahu apa kesalahan ku pada dirinya. Radit memang tampa, tapi kalau sifatnya yang suka membuat orang lain tidak nyaman dan merasa langsung terintimidasi oleh tatapan mata nya, aku rasa semua orang pun akan merasa tidak nyaman  sama dengan apa yang aku rasakan saat ini. Aku pun memberikan satu bungkus mika berisi rujak kepada mbak Arni yang tengah duduk di dapur dengan beberapa gelas minuman cappuccino yang ada di depan nya, dengan cepat mbak Arni menyuruh ku untuk duduk di dekat nya. 

Aku pun melihat mas Dimas tengah berlari kecil menuju depan, dan kata mbak Arni mas Dimas mau menutup restaurant sejenak saat jam istirahat karyawan. Aku pun hanya terdiam karena tidak terbiasa berbaur dengan orang-orang yang jauh lebih tua dari ku dan apalagi itu adalah senior ku dalam pekerjaan,  aku hanya terdiam sambil mengaduk sambal rujak di dalam mika.  Mas Dimas juga sudah kembali dan tentu nya dengan Radit yang ikut berjalan di belakang nya, tapi saat itu aku melihat dirinya malah tengah tertawa kecil dengan mas Dimas. 

Dengan cepat aku langsung menunduk kan kepala  ku dan melihat ke arah rujak yang ada di depan ku, di dalam hati aku sangat mengumpat karena sialnya Radit duduk di sebelah ku. 

" apa enggak ada kursi yang lain " guman ku pelan. 

Mbak kArni dan mas Dimas nampak terlihat sangat akrab dengan Radit, dan Radit pun terlihat demikian karena melihat cara bagaimana mereka berkomunikasi dengan sangat baik, di dalam hati aku berpikir apa karena aku anak baru di tempat ini, jadi Radit merasa dirinya sebagai senior untuk ku?.Lihat saja nanti jika aku menemukan cara yang tepat aku akan membalas semua yang telah Radit lakukan kepada ku, dengan membuat diriku merasa down mendadak tidak akan langsung membuat nya menjadi senior di mataku, tapi melainkan musuh untuk ku.  

" Din, kok kamu diem aja? " tanya mbak Arni. 

" gak tau mbak mau nimbrung gimana, aku gak tau pokok pembahasan nya gimana "

" makanya jadi orang jangan introvert " sahut Radit yang langsung membuat aku menoleh ke arah nya. 

Benar-benar ingin aku jambak anak ini, berani nya memberikan opini mengenai diriku seperti itu. 

" kalau aku langsung nimbrung omongan orang lain yang aku tidak tahu arah pembicaraan nya, apa aku  tidak di katakan kurang sopan dan sok akrab?  Lagi pula kan gak baik jadi orang yang sok tau apalagi itu bukan di ranah saya yang notabene nya gak tau apa-apa kalian bicara tentang apa ".

" dalam banget kamu Din ngomong nya, mas suka cara berpikir kamu " 

Akhirnya Radit terdiam setelah aku membalas nya dengan kata-kata yang aku lontar kan dengan tegas untuk mematahkan opini nya yang menilai jika orang introvert hanya bisa diam saja saat tengah di sindir. Setelah ini pun aku akan selalu menjawab semua hal yang akan di katakan oleh Radit yang terdengar mengintimidasi itu dengan kata-kata yang pasti nya sedikit tajam dan di tegaskan garis besar nya untuk dirinya. 

Radit pun langsung melirik me arah ku dengan wajah datar nya, Mbak Arni yang melihat hal tersebut dan langsung berusaha untuk mencair kan suasana agar Radit tidak merasa tengah di pojokkan oleh diriku, seperti nya mbak Arni akan menilai jika diriku adalah pribadi yang akan menikam balik jika di tikam dengan sengaja,  terlebih diriku adalah yang pertama kali nya mengimbangi sifat Radit yang irit bicara dan suka bicara pedas pada orang lain.