Chereads / Blood Sweat And Tears / Chapter 12 - 12

Chapter 12 - 12

Diana POV

malam perlahan semakin larut dan saat itu tengah turun hujan, aku dan teman-temanku lain nya terhenti di depan lobi kampus menunggu hujan reda. padahal ini sudah pukul 10 malam, dan hujan mulai turun pada pukul 6 sore tapi hujan masih saja tidak reda dan malah terus turun dengan lebat nya dengan di iringi angin yang cukup kencang yang membuat suasana menjadi terasa sangat dingin menusuk ke tulang. aku belum mengirim kan pesan kepada kakak ku tentang kabar baik mengenai diriku, biasa nya kakak ku akan tidur larut malam karena bermain game atau pun sekedar mempelajari pelajaran untuk tugas jurnal nya nanti. yang aku rasakan saat ini hanya lapar dan kedinginan, padahal aku menggunakan hoodie tambahan yang menutupi kos putih ku yang berlengan pendek tapi angin nya terlalu dingin sampai membuatku ingin tidur. 

aku melihat ke arah sekeliling ku yang lain sudah siap menerobos hujan karena lokasi rumah nya memang cukup jauh, dan jika menunggu hujan sampai benar-benar berhenti pasti akan sangat larut saat sampai di rumah.

" Kita terobos aja yuk " ajak ku pada yang lain nya.

mereka semua langsung menoleh ke arah ku dan mengangguk setuju, aku pun berusaha melindungi tas ku agar buku-buku tidak basah dan menuntup nya dengan kaos putih ku. aku kemudian menutup kepala ku dengan cupluk hoodie yang aku kenakan, sedang kan teman-teman ku yang lain seperti Bella, Sarah, Dinda, dan Nadia menutup kepala mereka dengan tas mereka yang memang tidak mudah basah.

" satu,dua,....tiga"

kami pun berlari keluar dari lobi dan melewati tempat parkir kampus, dengan cepat kami keluar dari gerbang kampus dan melanjutkan berlalri setelah menyebrangi jalan raya, aku lebih dulu berlari meninggalkan beberapa langkah dari teman-teman ku yang lain nya. aku tidak bisa terkena air hujan walaupun hanya sedikit, entah kenapa semakin besar imun ku malah semakin lemah dan mudah sakit. teman-teman ku pun menyusul ku dan dengan cepat Bella yang sudah memegang kunci gerbang kost itu pun membuka gerbang nya dan langsung menyuruh kami semua segera masuk, aku pun berhenti dan langsung membantu Bella untuk mengunci gembok pada gerbang tersebut. kami pun sampai di kost dalam keadaan setengah basah akibat hujan yang turun di bantu oleh angin, aku segera menuju ke kamar ku dan tak lupa pula aku menyapa kucing-kucing yang tengah bersandar di sebuah kasur yang ada di dekat pintu masuk dimana kasur tersebut adalah milik dari penjaga kost. satu demi satu aku membuka pakaian ku dan mengganti nya dengan pakaian yang kering, aku langsung mengeluarkan buku dan semua barang yang ada di dalam tas ku yang sudah mulai basah ke dalam akibat air yang mengenai kaos ku tadi. selanjut nya aku bergegas ke dapur untuk membuat teh hangat dan akan aku minum di kamar ku sambil mengetik pesan untuk kakak ku di kampung, ibu selalu memberikan satu kotak teh untuk ku yang niat nya agar aku tidak kekurangan cairan dan darah, aku sangat jarang sarapan pagi dan rutin meminum air putih. hal itu seperti hal buruk yang selalu saja aku lakukan sesering mungkin, setiap di rumah ibu akan sangat marah padaku dan aku malah sering mengabaikan nya , aku malah suka meminum air yang berwarna dan es kopi setiap hari bahkan setiap waktu. 

Sekarang aktivitas ku sudah mulai bertambah dan pasti nya akan sangat padat sampai akhirnya aku harus bisa mengontrol hidup sehat untuk diri ku sendiri, jika aku sampai jatuh sakit ini akan sangat merepotkan untuk orang lain, apalagi aku dan keluarga begitu jauh.

" kak, tolong bilang ke Ibu dan Ayah kalau aku udah dapet kerja. aku udah masuk kerja tadi pagi, semoga aku betah di tempat kerja nya dan kerjain kerjaan dengan lapang dada "

mungkin kakak ku akan membuka pesan nya pagi nanti karena dirinya sama sekali tidak merespon pesan ku, akan lebih baik setelah aku menghabiskan teh ini aku langsung pergi untuk tidur. Hujan saat malam hari ini adalah waktu yang sangat enak untuk tertidur, aku selalu merasa sangat nyaman dengan suara hujan yang turun di malam hari dengan ke heningan malam yang hanya mempersembahkan suara hujan sebagai metode untuk meditasi di dalam malam. akhir-akhir ini hujan memang sudah sering turun di jakarta, bahkan setiap pagi saja sudah di sambut dengan rintikan gerimis dengan awan yang mendung yang membuat orang-orang malas untuk melakukan aktivitas. karena sudah merasa sangat ngantuk, aku pun langsung mematikan lampu kamar ku dan hanya menyisakan lampu tidur berwarna kuning yang menggantung di setiap sudut kamar ku, aku mulai mengatur jam pada alarm handphone ku untuk bangun lebih awal, walau pun begitu aku jauh lebih takut jika saat tidur lebih awal karena akan sangat berefek pada siang hari nya. 

Alarm pun berdering sangat keras, kenapa aku tidak bisa mendengar nya lebih awal sehingga penghuni kost yang ada di depan kamar ku lah yang membangun kan ku. untung saja aku mengatur nya sangat awal dan tidak mepet untuk bersiap-siap, aku hanya duduk mengumpul kan sisa-sisa nyawa ku yang serasa hilang entah kemana, melamun dan merasa ngantuk sambil bersandar di depan pintu kamarku. aku langsung mengambil handuk dan alat mandi ku, dengan lambat aku berjalan menuju kamar mandi yang jarak nya bahkan tidak terlalu jauh dari kamar ku. Di dalam hati ku aku berbicara pada diri ku sendiri " apakah ini yang di lakukan orang-orang yang sibuk?" tapi  tidak apa jika selagi diriku tidak lagi overthinking setiap malam dan memikirkan hal ynag tidak seharus nya aku pikir kan. 

seperti biasa nya aku membawa handphone ke dalam kamar mandi dan meletak nya di atas, dengan memutar lagu dengan volume besar yang beradu dengan suara keran yang ada di dalam membuat orang-orang di luar sudah hafal dengan hal itu. sejenak aku juga berpikir kenapa aku melakukan hal seperti itu padahal itu hanya akan membuat ku menjadi berlama-lama di dalam kamar mandi, entah apa manfaat nya tapi hal itu malah membuat ku seperti bersemangat untuk memulai hari-hari ku yang semula sangat tidak berwarna ini. mungkin mulai hari ini semua nya akan berubah, warna nya satu persatu akan datang dan merubah semua hdiup ku dan di mulai dengan pekerjaan ini, walau sesekali aku tiba-tiba mengingat Fahri dan bertanya-tanya apakah ia baik-baik saja. aku tidak tahu tentang hal itu, aku sudah mengikhlas kan Fahri tapi mengapa hati aku selalu berkata lain ?.