Saat tengah bercanda tawa dengan Bella,Dinda, Nadia,dan Sarah tiba-tiba sebuah pesan masuk dari salah satu teman online Diana yang tinggal di salah satu daerah di Jakarta Selatan. Melihat notifikasi tersebut, Diana pun langsung bergegas untuk membuka handphone miliknya. Temannya memberitahukan jika dirinya akan mengunjungi nya dalam waktu dekat, sekedar ingin tahu langsung bagaimana keadan Diana dan dimana lokasi tempatnya menetap. Diana pun hanya membalas nya dengan mengetikkan kat " iya" tanpa melanjutkan kalimat nya lagi dan langsung mengirimkn pen tersebut pada temannya.
" temen-temen, hari minggu nanti kalian pulang gak ke rumah kalian ? "
Mendengarkan pertayaan dari Diana tersebut, mereka pun langsung menjawabnya dengan cepat terlebih Bella yang memang setiap minggu akan pulang dan kembali setelah perkuliahan masuk.
" aku biasa sih pulang "
" Kamu emang gak pulang lagi Diana ?"
" kayak nya sih enggak, soalnya aku mau cari lowongan kerja dulu ya di tambah lagi temen ku mau mampir ke kost "
" temen kamu itu cewek atau cowok?"
"cewek lah, kalau cowok mana bisa main ke kost an putri "
" iya juga sih, tapi Nadia sama Dinda kan gak pulang ya. Yang pulang hanya Sarah dan Bella "
" Iya "
Diana pun menunjukkan senyuman kecilnya, ia pun melihat pada jam dinding yang ada di ruang tengah, jam menunjukkan pukul 11:30 malam yang pertanda jika mereka semua harus kembali ke kamar masing-masing karena takut mengganggu waktu istirahat penghuni yang lain. Dengan membawa piring dan gelas kotor di tangan nya, Diana pun berjalan melalui dapur dan segera mencuci piring dan gelas yang tadi ia bawa agar tidak bau saat di taruh di kamarnya. Sebelum tidur Diana pun mencuci mukanya dan menggosok gigi, saat akan tidur ia pun tidak lupa untuk mengunci pintu nya karena takut ada orang yang akan masuk kedalam, karena sebelumnya pernah ada sebuah peristiwa dimana ada seseorang laki-laki yang masuk melalui lantai atas dari tempat kost sebelah nya dan masuk ke kamar yang dekat dengan kamar mandi yang ada di lantai atas, ia mencuri semua uang dan perhiasan yang di taruh di laci meja belajar sang pemilik kamar, hal itu lah yang membuat semuanya menjadi was was karena takut jika peristiwa seperti itu akan terulang lagi.
Saat di kamar Diana bukan nya langsung tidur, ia malah membuka laptop nya dan memilih film yang akan ia tonton mala mini. Biasanya ia akan menonton film yang sedih agar ia bisa tidur dengan lelap atau pun film yang bergenre komedi agar bisa menghilangkan sejenak rasa lelah nya. Terkadang ia pun menulis sebuah puisi di dalam buku diary nya dan bercerita tentang semua rasa yang selama ini ia rasakan. Entah tentang bagaimana ia harus berusaha terlihat kuat ataupun bagaimana perasaannya yang masih terjebak akan masa lalu cinta pertamanya. Sebelum sempat menonton film yang ada di laptonya, Diana pun tiba-tiba berhenti dan terdiam. Ia merasakan hatinya sangat sakit dan nafasnya terasa sesak, dengan cepat ia pun langsung menutup laptopnya dan melirik ke arah lain guna menahan air matanya yang akan jatuh tanpa alasan. Semakin ia berusaha untuk menahan nya, hatinya semakin terasa semakin sakit. Diana tiba-tiba mengingat persoalannya dengan salah satu temannya yang berani mempermainkan keadaan mentalnya yang memang sangat lemah bahkan akan hal kecil sekalipun, Diana pun meneteskan air matanya saat ia masih duduk di dekat meja belajarnya. Ia pun memegangi kepalanya dan mencoba menghentikan semua hal buruk yang berputar di kepalanya tersebut yang bahkan datang dengan sangat tiba-tiba dan di waktu yang tidak tepat. Ia sangat ingin berteriak sekeras kerasnya tapi ia tidak bisa, ia merasa dirinya sudah sangat gagal akan beberapa hal termasuk masalah pertemanan sekali pun. Bahkan untuk bercerita saja ia merasa seperti orang yang bisu, di tambah sikap orang-orang yang semakin minim akan pengetahuan tentang mental illness. Orang-orang menganggap hal itu adalah sebuah lelucon, orang yang mengidap depressi akan disamakan dengan orang yang sakit jiwa dan akan di bilang tidak beriman, jika mencoba berbicara akan di katakan sebagai sebuah pencitraan belaka demi mendapatkan simpati dari orang lain, maka tidak heran jika orang-orang yang memiliki gangguan mental illness lebih memilih mengakhiri hidup mereka demi menyudahi semua rasa sakit mereka. Namun bagi Diana yang memiliki sebuah riwayat bipolar hal itu sangat sulit unntuk dilakukan olehnya, beberapa kali ia mencoba mengakhiri hidupnya, dan hal tersebut hanya berakhir sia-sia.
Diana pun berusaha tersenyum di depan cermin yang ada di meja belajarnya, tapi senyuman nya malah membuat nya semakin meneteskan air mata dan membuatnya semakin sesak. Betapa indahnya senyuman palsu yang setiap hari ia perlihat kan di luaran sana yang sangat terlihat nyata dan menyenangkan untuk orang lain, tapi menyedihkan untuk dirinya sendiri.
" seandainya aku bisa tersenyum tanpa beban di bahuku … "
Diana pun menatap cermin dengan sangat sayu , ia pun mematikan lampu kamarnya dan hanya menyalakan lampu tidur yang ada di depan cermin. Ia pun kembali duduk di depan cermin dan menatap dirinya sendiri.
" apa aku bisa sampai di masa depan ku ? apa setelah semua yang aku lakukan berakhir apa aku boleh tidur nyenyak dan tersenyum lepas ?"
Wajah Diana pun terlihat sangat menyedihkan, ia sudah terlalu dalam jatuh ke dalam suasana hati nya yang buruk sampai ia tidak bisa lagi mengatur emosi nya untuk berhenti menangis di depan cermin. Kemudian terlintas lah wajah keluarga nya yang ada di rumah, terlebih sang ayah yang sudah bekerja keras demi pendidikannya. Ia pun langsung terdiam dan menatap ke arah cermin dengan dalam, perlahan ia pun mengusap air mata nya yang sudah jatuh di pipi nya. Ia pun mengingat wajah sang ibu yang penuh dengan keringat dan air mata saat dalam keadaan susah, bagaimana sang ibu selalu berdoa dengan air mata nya meminta agar anak-anak nya bisa tumbuh dengan baik dan membesarkan nama keluarga serta mengangkat derajat orang tua, saat ia melewati kamar sang ibu ia bahkan tidak sengaja melihat sangat ibu seperti itu yang selalu membuat hati nya terasa sesak karena masih belum bisa memberikan yang terbaik untuk Ibu dan Ayah nya di usia yang bahkan sudah bukan anak-anak lagi.
" Maaf Ibu, Maaf Ayah.. gak seharusnya Diana kayak gini lagi, mungkin karena Diana lelah makanya Diana jadi emosional "
Diana pun mengusap semua air mata nya dengan tissue yang ada di atas meja belajarnya dan tersenyum sebentar sebelum akhirnya ia pergi untuk tertidur.