Chereads / Biarkan Cinta Memilih / Chapter 24 - Dua Puluh Tiga

Chapter 24 - Dua Puluh Tiga

"Jadi sekarang kita kerja kelompoknya dimana?" tanya Bella.

"Di rumah Salsha aja, gimana?" usul Dinda. "Kan sekarang tugas kita lebih berat. Harus bikin makalah, hapal gerakan tarian juga. Nggak mungkin dong kita ngerjainnya di cafe."

"Gue setuju!" jawab Aldi. Dinda tersenyum senang karna Aldi menyetujui idenya.

"Nggak mau," tolak Salsha. "Kenapa harus dirumah gue? Dirumah Dinda aja."

"Dirumah gue ada adek gue yang nanti ganggu. Di rumah lo kan nggak ada anak kecil lagi," kata Dinda.

"Tapi gue nggak sudi ada cewek munafik yang masuk kerumah gue." Salsha menatap tajam Bella. "Nanti rumah gue kena najis."

Bella menghela nafasnya. Salsha masih belum bisa menerima keadaan. "Dirumah gue aja kalo Salsha nggak mau."

"Dirumah lo juga gue nggak sudi. Nanti badan gue gatal-gatal," jawab Salsha

"Trus lo maunya dimana?" Bella mulai kesal. "Di cafe bakalan ribet lah. Nanti kita nggak bisa latihan narinya."

Aldi menghela nafasnya. Salsha dan Bella selalu saja tidak bisa akur. Selalu saja ada kesempatan untuk mereka mulai berdebat.

"Bisa nggak sih sekali aja nggak usah nurutin ego kalian." Kini Aldi mulai jengah. Ia menatap Salsha dan Bella bergantian. "Ini tugas kelompok, nggak usah bawa-bawa masalah pribadi."

"Siapa yang bawa-bawa masalah pribadi," ketus Salsha.

"Gue nggak peduli ya kalian punya masalah apa. Mau kalian saling sindir atau apapun itu gue nggak peduli. Tapi tolong, gue minta tolong dengan sangat, jangan bawa-bawa masalah pribadi kesini. Kalian udah sama-sama dewasa. Udah bisa bedain mana masalah pribadi mana tugas sekolah."

"Betul kata Aldi. Kalian dua ribut mulu," kata Dinda ikut-ikutan.

Salsha menatap tajam Dinda agar gadis itu diam saja. Salsha melirik Aldi dengan pelan. Lelaki itu kalau marah seram juga.

"Gue minta maaf." Bella mengalah. "Tapi ya gimana, Salsha nggak mau dirumah dia, di rumah gue juga dia nggak mau."

Salsha menghela nafasnya. Mungkin kali ini ia harus mengalah dan membiarkan Bella untuk masuk ke dalam rumahnya 'lagi'.

"Yaudah dirumah gue aja," putus Salsha akhirnya.

*****

Salsha masuk kerumahnya dan mempersilahkan Bella, Dinda dan juga tentunya Aldi untuk masuk kedalam. Sampai saat ini, akting Salsha dan Aldi masih berhasil. Belum ada yang mengetahui apa hubungan Aldi dan juga Salsha.

"Kita ngerjainnya disini aja." Salsha membawa mereka ke ruang tamu. "Bentar gue ambilin laptop dikamar."

Salsha pun mengambil laptopnya dan beberapa peralatan tulis yang sekiranya mereka perlukan. Setelah mengambilnya, Salsha kembali keruang tamu dan bergabung dengan yang lainnya.

"Tante Helen kemana, Sha?" tanya Dinda. Biasanya jika Dinda kerumah Salsha, pasti ada Helen disana.

Salsha melirik Aldi sedangkan yang dilirik tampak acuh, seperti tidak terganggu dengan pertanyaan Dinda.

"Mama gue lagi main kerumah saudara. Nanti sore pulang, kok," jawab Salsha asal.

"Kita mulai darimana?" tanya Aldi. Ia berperan seperti Ketua yang aktif.

"Gimana kalo kita bagi kelompok lagi?" usul Bella. "Ada yang bikin makalah dan ada juga yang nyari atau adat sama tarian daerahnya."

"Gue setuju," jawab Dinda. Memang di antara mereka hanya Dinda yang sekiranya tidak ikut mengeluarkan pendapat. Ia hanya mengikuti apa yang temannya katakan.

"Di bagi dua kelompok?" tanya Aldi.

Bella mengangguk. "Gimana kalo Lo sama Salsha, trus gue sama Dinda."

"Ogah!" ralat Salsha cepat. "Mending gue sama Dinda aja."

"Gue pengen sama Aldi aja," kata Dinda polos. Lagi-lagi tatapan membunuh ia terima dari Salsha.

"Kalo misalnya lo sama Dinda, gue sama Aldi ya pasti nggak bakal siap, lah," kata Bella. "Pasti kebanyakan ngobrol. Tapi kalo di tukar kayak gini kan otomatis kerjanya jadi serius."

"Yaudah gue sama Aldi aja," kata Dinda lagi.

"Nggak mungkin, Dinda." Kali ini Aldi yang berbicara. "Sesuai sama usul Bella aja. Gue sama Salsha."

"Emang gue mau?" tanya Salsha dengan sombongnya.

"Mau gue coret dari nama kelompok?" ancam Aldi. Salsha pun tak berkutik.

Akhirnya seperti usul Bella tadi, Salsha dan Aldi kebagian untuk mengerjakan makalahnya sementara Bella dan Dinda di tugaskan untuk mencari adat dan tarian khas Sumatra Utara serta mengapalkan tariannya.

Aldi fokus mengetik sementara Salsha sibuk mencari bahan dan mendiktenya kepada Aldi. Keadaan menjadi sangat serius. Mereka semua sangat fokus mengerjakannya.

"Gue haus, nih," keluh Dinda. "Sha, lo nggak ada niat ngasih kita minum sama camilan."

"Ambil sendiri aja kalo mau," kata Salsha sembari fokus dengan buku di hadapannya. "Emang gue pembantu disuruh buatin minum."

Bella menghela nafasnya. "Biar gue aja yang buat minumannya. Kalian lanjutin kerja."

Bella pun pergi meninggalkan mereka ke dapur untuk membuatkan minum. Kepergian Bella membuat tanda tanya di kepala Aldi. Bukankah Salsha dan Bella bermusuhan, lantas kepada Bella tidak bertanya dimana letak dapur rumah Salsha. Apakah sebelumnya Bella pernah datang kerumah ini. Segala asumsi-asumsi aneh segera bergerumul di otak Aldi.

Sementara itu, Bella sedang membuatkan empat gelas jus jeruk untuk mereka. Bella mengambil gelas dari dalam rak dan meletakkannya di meja. Kemudian ia mengambil jus jeruk instan dari dalam kulkas dan menuangkannya ke dalam gelas. Bella juga mengambil beberapa macam roti untuk bisa mereka nikmati.

"Udah lama gue nggak kesini," lirih Bella. Ada rasa rindu yang hinggap di hatinya kala datang lagi kerumah yang dulu sering ia kunjungi ini.

Hingga mata Bella yang sengaja melihat benda yang tak asing baginya. Bella meraih benda itu dan memperhatikannya. Benda itu adalah gantungan kunci milik Aldi. Bella menelisiknya, dan ternyata benar. gantungan kunci itu milik Aldi. Bella bisa melihat jika di gantungan kunci itu ada foto Aldi dan Tania, pacarnya.

"Kenapa ada gantungan kunci Aldi disini?" tanya Bella pada dirinya sendiri. "Perasaan Aldi nggak ada pergi kesini."

Berbagai spekulasi memenuhi otak Bella. Tentang apa sebenarnya hubungan Aldi dan Salsha. Jika Bella pikir-pikir memang ada yang aneh dari Salsha dan Aldi. Mereka seperti sudah kenal sebelumnya. Salsha yang seperti membenci Aldi bahkan saat pertama kali lelaki itu sayang kesekolah. Padahal biasanya Salsha tidak bisa membenci orang tanpa sebab. Dan hal yang sama juga bisa ia rasakan kepada Aldi. Aldi kelihatan tidak menyukai Salsha. Sepertinya Aldi dan Salsha memang saling kenal sebelum bertemu di sekolah.

Tak ingin menimbulkan kecurigaan karena terlalu lama berada di dapur. Bella pun menyimpan gantungan kunci itu dan mengangkat nampan berisi minuman dan beberapa roti sebagai camilan. Kemudian ia melangkahkan kakinya kembali menuju ruang tamu.

"Kok lo lama banget. Haus nih gue," kata Dinda mengeluh.

Bella meletakkan nampak itu di atas meja dan kembali duduk di samping Dinda yang berhadapan langsung dengan Aldi dan Salsha. Bella memperhatikan Aldi dan Salsha bergantian. Dan rasa curiganya semakin membesar.

Sadar di perhatikan oleh Bella membuat Aldi mengernyitkan keningnya. "Kenapa, Bell?"

Bella tersadar dan langsung mengalihkan pandangannya. "Ahh, nggak papa, kok," katanya. "Minum dulu."

Aldi meraih gelas di atas meja dan menenguk isinya. Kemudian ia kembali fokus kepada laptop di hadapannya.

Bella menatap Aldi lagi. Secepatnya ia akan bertanya kepada Aldi tentang apa sebenarnya hubungannya dan Salsha.