Chereads / Biarkan Cinta Memilih / Chapter 30 - Dua Puluh Sembilan

Chapter 30 - Dua Puluh Sembilan

"Lo ada hubungan apa sama Salsha?"

Kening Aldi berkerut. Tidak mengerti apa maksud ucapan Bella. "Teman sekelas," jawabnya canggung. "Emang apaan lagi?"

Bella menarik nafasnya, sudah yakin jika Aldi pasti tidak akan jujur. Pasti ada sesuatu hal yang Aldi sembunyikan darinya. Tapi Bella tidak bisa menerka apa itu.

"Lo nggak usah bohong lagi sama gue. Ada hubungan apa lo sama Salsha?" desak Bella.

Aldi semakin menatap heran Bella. "Gue nggak punya hubungan apa-apa sama Salsha. Cuma sebatas teman sekelas."

Sepertinya cukup basa basi Bella. Aldi juga pasti tidak akan jujur secepat itu. Bella merogoh saku roknya dan mengambil gantungan kunci yang ia simpan dari dapur rumah Salsha waktu itu. Bella memperlihatkan gantungan kunci itu di hadapan Aldi.

"Punya lo 'kan?" tanya Bella dengan senyum sinisnya. "Udah jelas ini punya lo. Ada foto lo sama cewek. Pacar lo pasti 'kan?"

Aldi ingin mengambil gantungan kunci itu dari Bella tetapi Bella segera menjauhkannya. "Lo dapat darimana?"

Aldi baru sadar jika gantungannya kunci itu sudah tidak bersamanya lagi. Biasanya gantungan kunci itu selalu berada di tasnya. Aldi mulai gelagapan. Ia takut Bella mengetaui tentang hubungannya dan Salsha.

"Di dapur Salsha," jawab Bella. "Gue nemuin ini di dapur. Padahal sebelumnya lo sama sekali nggak pergi ke dapur. Berarti sebelum kejadian kerja kelompok di rumah Salsha, lo udah pernah kesana sebelumnya."

Aldi terdiam. Perkataan Bella tepat sasaran. Gadis itu sangat cerdik. Kini Aldi bingung harus berterus terang atau memberi alasan kepada Bella. Aldi ingin jujur, tetapi ia juga tak mau mengingkari janjinya kepada Salsha.

Melihat Aldi yang hanya diam membuat Bella kembali bersuara. "Mending lo jujur. Ada hubungan apa lo sama Salsha."

Aldi berpikir sejenak. Selama beberapa hari berteman dengan Bella, menurutnya gadis itu adalah gadis yang baik dan bertanggung jawab. Bella juga sepertinya bisa di percaya. Sekarang Aldi menimbang-nimbang apakah harus memberitahu Bella atau tidak.

"Aldi?" panggil Salsha karena Aldi sama sekali tak membuka suaranya.

Aldi menatap Bella lekat. "Gue bakal cerita sama lo, asal lo janji jaga rahasia ini dan jangan ngasih tau siapapun."

Dan tebakan Bella benar. Pasti ada sesuatu antara Bella dan Aldi. Tidak mungkin Aldi meminta Bella menyimpan rahasia jika Aldi dan Salsha tidak ada hubungan. Tetapi Bella tidak bisa menebak apa hubungan keduanya.

"Oke, gue janji," jawab Bella.

Aldi menatap kedepan. Dengan satu tarikan nafas, Aldi berkata. "Gue di jodohin sama Salsha."

Bella tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. "Di jodohin? Lo serius?"

Aldi mengangguk mantap. "Lebih parahnya gue harus tinggal serumah sama dia."

Bella semakin terkejut mendengar ucapan Aldi. Ia masih tidak menyangka hubungan Salsha dan Aldi sejauh itu.

"Gilaa! Gue nggak nyangka," kata Bella tak percaya. "Pantasan aja gue ngerasa lo sama Salsha kayak udah saling kenal gitu. Salsha kelihatan benci juga sama lo. Trus lo mau di jodohin?"

Aldi mengalihkan pandangannya menatap Bella. "Yakali, gue udah punya Tania."

"Tapi kan kalian di jodohin."

"Cuma disuruh buat tinggal serumah selama tiga bulan. Selanjutnya kita yang nentuin mau di jodohin atau nggak. Gue sama Salsha udah sepakat mau nolak perjodohan konyol itu."

Bella manggut-manggut tanda mengerti. Pantas saja ia menemukan gantungan kunci itu di dapur rumah Salsha. Bella menyerahkan gantungan kunci itu kepada Aldi. "Tapi nggak ada salahnya lo coba dulu kenal lebih dalam sama Salsha. Bisa jadi lo suka sama dia dan nerima perjodohan itu."

Aldi menaikkan sebelah sudut bibirnya. Rasanya mustahil menyukai dan menerima perjodohan itu. Daripada menerima perjodohan dan menikah dengan Salsha, Aldi lebih memilih perjaka seumur hidup.

"Kalo gue nerima Salsha sama aja gue ngelepasin berlian dan milih kerikil. Tania lebih segalanya dari Salsha."

Bella tertawa mendengar perumpaan Aldi. "Jangan gitu. Jangan terlalu benci sama orang. Nanti benci lo berubah jadi cinta baru tau rasa lo."

"Amit-amit." Aldi bergidik jijik. "Daripada sama dia mending gue nggak usah nikah."

Bella semakin tertawa. Sepertinya Aldi memang benar-benar membenci Salsha. Tapi perasaan seseorang bisa berubah 'kan. Dari yang awalnya benci menjadi cinta. Tidak ada yang tahu jika nantinya Aldi dan Salsha saling mencintainya. Hanya waktu yang bisa menjawab semuanya.

"Tapi lo harus janji jaga rahasia ini. Jangan sampai ada yang tau."

*****

Bel pulang sekolah berbunyi. Semua siswa-siswi bergegas merapikan barang-barangnya. Satu persatu dari mereka telah melangkahkan kakinya keluar termasuk Bella yang sudah di jemput oleh Farel langsung ke kelasnya. Kini di kelas itu hanya tinggal Dinda, Salsha, Aldi dan beberapa murid lainnya.

"Sha, gue kerumah lo, ya," kata Dinda tiba-tiba sembari memasukkan buku-bukunya kedalam tas.

Salsha melotot tajam. Untuk apa Dinda datang kerumahnya. "Ngapain?"

"Nggak ngapa-ngapain, sih," jawab Dinda. "Cuma lagi malas dirumah aja. Lagipula gue udah lama nggak main kerumah lo. Rindu masakan Tante Helen."

Salsha meneguk salivanya susah payah. Tidak mungkin ia membiarkan Dinda datang kerumahnya. Bagaimana jika Aldi ada dirumah. Bisa-bisa apa yang mereka sembunyikan selama ini akan terbongkar.

"Mama gue lagi nggak dirumah. Lagi pergi kerumah Tante gue," alibi Salsha. "Makanan dirumah gue pun nggak ada. Gimana kalo kita nongkrong diluar aja. Kan udah lama juga kita nggak nongkrong di luar."

Dinda menggeleng. "Gue pengennya dirumah lo," kata Dinda keras kepala. Dinda menarik tangan Salsha untuk pergi dari kelas itu. "Ayoo, pokoknya gue mau kerumah lo."

Salsha semakin gelagapan. Alasan apalagi yang akan ia katakan kepada Dinda untuk menolak keinginan sahabatnya itu. Tepat di depan Aldi, Salsha berhenti dan menghempaskan tangan Dinda.

"Dinda mau kerumah gue," adu Salsha kepada Aldi.

Aldi mengernyitkan keningnya heran. "Hah?"

"Iya, Dinda mau main kerumah gue sama sore," kata Salsha lagi.

"Trus?" tanya Aldi bingung.

Dinda juga mengernyitkan keningnya. "Sha, kok lo pake ngadu sama Aldi segala kalo gue mau kerumah lo."

Salsha makin gelagapan. Salsha mengutuk kebodohan Aldi yang tidak paham apa maksudnya. Maksud Salsha adalah agar Aldi tidak pulang kerumahnya sampai Dinda pulang. Tetapi sepertinya otak udang Aldi sedang tidak berfungsi.

"Lo mau ikut? Kebetulan Dinda mau kerumah gue." Salsha mengulangi kata-katanya lagi sembari memberikan kode kepada Aldi melalui matanya.

"Nggak, deh. Makasih," tolak Aldi. Aldi meraih tasnya dan melangkahkan kakinya meninggalkan Salsha dan juga Dinda.

Salsha mengepalkan tangannya dan memberi pergerakan memukul Aldi dari belakang. Coba aja jika Aldi tidak mengerti tentang kode yang ia berikan.

Dinda semakin mengernyitkan keningnya. "Lo kenapa nyuruh Aldi main kerumah lo? Apa jangan-jangan omongan gue tadi, benar. Lo emang mulai suka sama Aldi."

Salsha tertawa mendengar ucapan Dinda. Tawa yang aneh di telinga Dinda. "Lo kalo ngomong ngaco!" kata Salsha. "Gue nyuruh Aldi kerumah gue karena biar bisa ngedekatin lo sama dia. Lo sendiri kan yang minta gue buat comblangin kalian berdua. Dan ini cara gue."

Dinda menggaruk rambutnya yang tak gatal. "Serius?"

Salsha mengangguk mantap. "Emang buat apa lagi selain mau comblangin kalian berdua." Salsha menarik tangan Dinda. "Ayok, ahh."