Happy reading!
"Aku mohon, sekali ini aja. Ikhlasin Aro sama aku Ra," ucap Aruka dengan mata berkaca-kaca.
"Gue cinta sama Aro!" tegas Sierra yang tak memedulikan kembarannya itu.
"Iya aku tau, aku juga cinta sama Aro."
"Gue gak akan ngalah," ucap Sierra keukeuh.
"Tapi Aro gak cinta sama kamu Ra! Dia cinta sama aku." Penuturan Aruka barusan membuat Sierra tercengang. Jadi selama ini dia menjadi penghalang di antara dua insan yang saling mencintai?
"Ra kamu udah punya segalanya, kamu bisa dapetin apa aja. Sedangkan gue enggak Ra."
Sierra memejamkan matanya, tangannya mengepal kuat.
"Lo bilang gue punya segalanya? Gue bisa dapetin apa aja?" tanya Sierra dengan tersenyum miris.
"Ka, lo gak tau selama ini gue menderita! Gue gak dapet kasih sayang dari mama papa, mereka ngasih kasih sayangnya ke elo semua! Dan sewaktu mereka cerai, lo ikut papa. Lo dimanja sama papa, disayang. Sedangkan gue enggak! Mama bahkan gak ada waktu buat gue," ucap Sierra dengan emosi yang menggebu-gebu.
"Oke gue akan ngalah buat lo. Semoga bahagia sama Aro."
Sierra meninggalkan rumahnya dan mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Emosinya sudah tak bisa terbendung lagi, ia sudah lelah dengan semuanya.
Sierra mengernyit bingung saat tiba-tiba ban mobilnya bocor. Apalagi saat ini dia sedang berada di wilayah yang cukup sepi.
"Ck pasti ada begal nih," ucap Sierra dan benar saja. Tak lama setelah itu ada 4 orang berpenampilan seperti preman mendatangi mobil Sierra.
"Woy turun lo!"
Sierra mendecak malas sebelum akhirnya keluar dari mobil. Tanpa aba-aba Sierra langsung memukul para preman tersebut dengan penuh emosi.
"Apa hah?! Lo mau ngambil mobil gue?!"
Sierra memukul para preman tersebut secara membabi buta. Seolah melampiaskan segala emosinya.
"Setelah orang yang gue cintai diambil sekarang mobil gue juga mau diambil?! Anjing lo."
"Gue capek kayak gini terus."
"Gue capek ngalah terus."
Sierra terus memukul tanpa ampun, ia bahkan mengeluarkan semua unek-uneknya. Bahkan para preman tersebut hanya dijadikan pelampiasan emosi untuknya.
"Lo mau mobil gue? Noh ambil," ucap Sierra yang sudah berhasil mengalahkan 4 preman tersebut.
Namun tak lama setelahnya datang teman-teman dari preman yang sudah dikalahkan oleh Sierra.
"Lah kok tambah banyak sih, lo manggil temen? Yah cupu banget," ucap Sierra yang sudah kesal mencapai ubun-ubun.
"Atau gini deh, kita buat kesepakatan."
Para preman tersebut mengernyit bingung, kenapa gadis ini terlihat santai sekali? Kesepakatan? Dia kira preman bisa dipercaya?
"Bisu ya lo semua kagak ada yang jawab," ucap Sierra yang muak tak kunjung mendapat balasan.
"Gimana kesepakatannya?" tanya salah satu preman yang berbadan besar dan penuh tato di lengannya.
"Simple aja kalau lo menang lawan gue, mobil ini gue kasih buat kalian. Kalau gue menang, kalian ikut gue ke kantor polisi."
Para preman tersebut lagi-lagi mengernyit bingung. Apa gadis ini sama sekali tidak takut?
"Lo gak akan bisa ngalahin mereka semua sendirian," ucap seorang cowok yang tiba-tiba menghampiri Sierra.
"Rizky?" ucap Sierra yang terkejut dengan kehadiran Rizky, teman masa kecilnya.
"Hai Ra, long time no see ya." Rizky tersenyum kecil menatap Sierra.
Sierra menggeleng-gelengkan kepalanya, "Lo beneran Rizky kan? Eh maksudnya lo kok bisa ada di sini?"
"Kita bahas itu nanti, lo gak lihat preman di depan kita udah siap baku hantam?" bisik Rizky kepada Sierra. Sierra hanya mengangguk-anggukkan kepalanya sebelum akhirnya menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Enggak lo jangan bantuin gue. Gue udah bikin kesepakatan, jadi lo diem aja." Rizky mengernyit mendengar perkataan Sierra barusan, bahkan rasanya ia ingin tertawa saat itu juga. Namun ia percaya kepada Sierra.
"Oke girl."
Rizky berjalan menuju mobil Sierra dan bersandar di kap mobil. Ia mengamati Sierra yang sudah memasang raut wajah serius.
Sierra mulai memukul para preman tersebut seperti orang kesetanan. Rizky pun sudah menelpon polisi apabila nantinya terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Sierra terus menyerang tanpa memberi celah para preman tersebut bisa melayangkan pukulan kepadanya. Namun satu pukulan berhasil mendarat di pipi Sierra. Hal itu berhasil membuat Rizky mulai khawatir.
"Wah nyari masalah lo ya?! Besok gue ada pemotretan, gimana kalau ini kelihatan?!" ucap Sierra sembali memegangi pipinya yang terasa berdenyut.
Rizky hanya tersenyum heran mendengar penuturan Sierra. Namun senyum itu tak bertahan lama, tiba-tiba ada seorang preman yang menyerang Sierra dari belakang dan Sierra tak menyadari hal itu.
Rizky langsung berlari dan melayangkan pukulan kepada preman tersebut. Sierra nampak terkejut melihat hal itu.
"Loh Ky lo ko-"
"Lo fokus aja sama yang di depan lo, gue bakal ngelindungin lo dari belakang." Penuturan Rizky barusan membuat Sierra menganggukkan kepalanya.
Setelah pertarungan sengit, akhirnya mereka berdua berhasil mengalahkan para preman tersebut. Ya kisah klise, yang baik akan selalu menang dan yang jahat akan kalah.
"Haduh capek gue," ucap Sierra dan mendudukkan dirinya di jalanan. Sementara Rizky hanya terkekeh melihat Sierra.
Tak lama setelah itu Sierra beranjak dari duduknya dan berkacak pinggang di hadapan para preman tersebut.
"Gila ya malam minggu gue malah dihabisin sama lo pada," ucap Sierra menunjuk para preman tersebut dan berjalan menghampiri Rizky.
"Ra lo mau gak jadi pacar gue?"
"Hm okay, kontraknya satu tahun ya."
To be continued...