"Meskipun niat awalku hanya untuk pedang ini, tapi kini aku benar-benar mencintaimu, Mahila. Kita hanya perlu membawa pedang ini keluar dan menyerahkannya pada pemimpin Kerajaan Singamaruna, Raja Wira. Setelah itu, kita bisa hidup hanya berdua. Di tempat yang sangat jauh, yang bahkan tak ada yang mengenali kita."
Mahila menepis tangan Tirta. Dilihatnya pemuda yang berhasil mengoyahkan hatinya itu dengan tatapan tajam. Tak ada yang terucap hanya air mata yang tak dapat terbendung sebagai jawaban atas ajakan konyol Tirta.
Andai saja sesederhana itu. Namun, Mahila besar di lingkungan makam Raja Waroka. Ia memiliki sumpah yang harus ia jalani. Bagaimana bisa ia lupa akan sumpahnya itu? Sumpah, bahwa tidak akan memberitahukan tempat ini pada siapa pun. Jika memang seperti ini akhirnya, tak ada pilihan lain.
Mahila merebut paksa pedang langit dari tangan Tirta.