Alexa tampak bingung karena ternyata kunci kontrakannya sudah diganti oleh pemilik kontrakan itu, karena mungkin dia telat membayar beberapa kali dan selalu mangkir saat ditagih. Kopernya yang sudah berada di luar seolah pertanda bahwa dia sudah diusir. Dia tidak tahu harus berbuat apa, terlebih saat ini dia juga merasa canggung berada di dekat Melvin yang entah kenapa tidak juga segera pergi setelah mengantarnya.
Alexa kebingungan. Dia duduk di kursi sambil membuka dompetnya yang hanya berisi uang senilai Rp.200.000. 'ini tidak mungkin cukup untuk membayar DP kontrakan baru, apalagi gajian masih harus menunggu 5 hari lagi. Aku juga butuh uang untuk makan. Ya Tuhan aku harus bagaimana?'
Melvin yang sejak tadi memperhatikan Alexa, mendadak mengambil koper itu dan berkata, "kamu diusir dari kontrakan ini, kan? Sekarang ayo ikut saya ... saya akan mencarikan kontrakan baru untukmu."
"Oh .. itu tidak perlu. Saya tidak ingin membuat Anda kerepotan. Bahkan anda juga sudah menyelamatkan saya saat di kolam hingga badan anda basah kuyup," sahut Alexa tidak tenang.
"Lalu Kamu akan kemana sekarang?" tanya Melvin, lelah dengan bahasa formalnya. "Tolong berbicaralah dengan santai. Ini di luar jam kerja."
"Mungkin untuk sementara saya ...eh aku! Aku akan ke apartemen temanku saja," jawab Alexa canggung disertai gugup kemudian mencoba menghubungi Gea. Hanya sahabatnya itu yang bisa dia andalkan untuk membantunya, karena dia tidak ingin semakin merasa tidak nyaman pada Melvin.
"Halo, Gea. Apa aku boleh minta tolong padamu?" tanya Alexa saat sudah terhubung dengan Gea.
"Ya, kebetulan aku masih santai di apartemen bersama pacarku," jawab Gea dari telpon.
"Emm ... Sepertinya aku sudah tidak diperbolehkan untuk tinggal di kontrakan ku lagi. Aku sudah diusir secara tidak jelas .... entahlah aku harus bagaimana menyebutnya. Aku mohon ijinkan aku tinggal di apartemen mu untuk sementara. Setelah gajian, aku akan menyewa kontrakan baru," jelas Alexa dengan sendu, mencoba menahan diri untuk tidak menangis karena nasibnya begitu malang. Dia memalingkan wajahnya saat Melvin menatapnya dengan serius.
"Astaga, malang sekali nasibmu! Yasudah, kamu ke sini sekarang."
"Baiklah. Aku matikan dulu telponnya."
"Oke, stay strong ..."
Alexa memutuskan sambungan telpon itu dan kembali menatap Melvin yang menunggunya. "Sekarang aku akan ke apartemen temanku."
"Dengan keadaan seperti ini?" Melvin menatapi tubuh Alexa yang masih mengenakan pakaian basah.
"Biarlah ... nanti aku akan ganti baju di sana sekalian. Aku harus pergi sekarang," ucap Alexa dengan lesu kemudian menarik kopernya berjalan menuju keluar dari area kontrakan itu.
Melvin menghela napas, menatap iba pada Alexa yang perlahan pergi menjauh. Dia pun berlari-lari kecil untuk mengejar kemudian merebut kopernya. Dia mengangkat koper itu, meletakkan ke pundaknya dengan mudah seakan tidak ada beban, membuat Alexa tercengang hingga berhenti berjalan.
"Sudahlah ayo ... aku akan mengantar mu," seru Melvin sambil berjalan menuju mobil.
"Apa kamu tidak akan sibuk?" tanya Alexa sambil mengikuti Melvin.
"Sibuk atau tidak, jika aku tidak ingin ke kantor, tidak akan ada yang berani menghukum ku," jawab Melvin dengan santai.
Alexa terdiam dan mengikuti Melvin yang perlahan tiba di mobil. Pria itu segera memasukan koper miliknya di bagasi, kemudian membukakan pintu untuknya masuk.
"Terima kasih," ucapnya.
Melvin hanya diam dan kembali menutup pintu mobil sport itu, kemudian dia masuk dan segera mengemudi menuju apartemen Gea.
Selama dalam perjalanan, Alexa hanya terdiam menatap pemandangan luar dari kaca mobil. Dia diam dalam rasa lelah dan juga bingung untuk mengatasi segala masalah yang menerpanya.
"Apa kamu sudah sarapan?" tanya Melvin, karena saat meeting restoran tadi hanya minum kopi dan camilan.
Alexa menggeleng.
"Pantas saja kamu pusing. Sebaiknya kita mampir ke cafe atau restoran untuk makan," ucap Melvin dengan tatapan datarnya.
Alexa menunduk menatap pakaiannya sendiri yang masih basah. "Sebaiknya aku langsung ke apartemen saja. Aku jngin segera ganti pakaian dan mungkin aku akan makan di sana," ucapnya.
"Ya, baiklah kalau begitu."
Melvin mempercepat laju mobilnya supaya bisa tiba di apartemen Gea lebih cepat. Dia tampak mengkhawatirkan Alexa yang kini tampak pucat dan lesu. 'Entah kenapa, aku merasa nasibnya begitu malang,' batinnya.
___
Di apartemen, Gea sedang membereskan ranjang yang berantakan akibat ulahnya dengan kekasihnya yang jauh lebih tua darinya. Pria itu bernama Bastian Lee yang berusia sekitar 30 tahun dan berparas menawan dengan tubuhnya yang tidak terlalu tinggi, tidak memiliki brewok dan wajahnya terlihat seperti orang khas Indonesia.
"Apa kamu yakin temanmu bisa menjaga rahasia hubungan kita?" tanya Bastian sambil mengenakan pakaiannya. Ah, ternyata dia dan Gea baru saja melakukan ....
"Aku yakin. Dia dapat dipercaya dan sangat lugu," jawab Gea yang masih hanya mengenakan bathrobe berwarna putih dan rambutnya masih terlihat basah. Sepertinya dia habis mandi setelah melakukan ...
Bastian menghela napas, kemudian mendekati Gea yang sedang menata bantal, kemudian memeluknya dari belakang. "Kuharap kehadirannya tidak membuatku kesulitan untuk bercinta dengan mu."
"Itu tidak akan terjadi. Bas, karena dia akan menuruti semua peraturan yang aku buat daripada diusir," ucap Gea sambil berbalik menatap pria itu. "Aku harap kamu bersikap santai saat ada dia. Dan ..."
"Dan apa?" tanya Bastian menyatukan keningnya dengan kening Gea.
"Cepat nikahi aku," seru Gea dengan menekuk wajahnya.
Bastian menghela napasnya dan memalingkan wajah. Dia beralih berjalan menuju jendela dan menatap pemandangan luar apartemen.
"Kamu tidak bisa menikahiku, Kan? Baiklah ... Itu bukan masalah. Aku akan pergi dari sini dan cari kontrakan lain bersama temanku." Gea menggertak.
"Gea, jangan begitu. Aku perlu waktu dan alasan tepat untuk menceraikan istriku lalu menikahimu. Ini bukan hal yang mudah!"
"Ya aku tau. Kamu mencintai nya, makanya kamu sulit melepasnya. Aku akan mencari jodoh lain saja, yang masih bujangan dan pastinya lebih muda darimu. Di klub itu aku bisa menemukan pria yang lebih baik darimu. "ucap Gea santai sambil mengambil pakaiannya di lemari.
Bastian langsung menghampiri Gea dan mendorongnya hingga terjengkang di atas ranjang, kemudian menindihnya, menatap wajahnya begitu dekat. "Apa kamu sedang mengancam ku?" tanyanya dengan erangan rendah.
"Bastian lepaskan aku!" Gea merasa engap dan mencoba mendorong Bastian untuk menyingkir dari atas tubuhnya, namun sangat sulit karena Bastian malah akan kembali melepas bathrobe nya dengan emosi..
Ting .. tong ...
Tiba-tiba terdengar suara bel berbunyi dari arah pintu utama.
Seketika Gea terdiam bersamaan dengan Bastian. Mereka saling menatap seolah kebingungan.
"Itu pasti temanku!" Gea panik.
"Bagaimana jika istriku?" Bastian Ikut panik.
"Lebih baik kamu sembunyi!" seru Gea menyingkirkan Bastian dari atas tubuhnya. Dia beranjak dari ranjang dan terburu-buru memasangkan tali bathrobe nya. "Cepat sembunyi!"
Akhirnya Bastia memutuskan untuk bersembunyi di bawah kolong ranjang, sementara Gea bergegas keluar kamar untuk menemui tamu itu dengan perasaan was-was karena khawatir jika tamunya adalah istri dari kekasihnya. Ah, tenyata dia memang sedikit nakal karena menjadi kekasih suami orang.