Chereads / Berawal dari Satu Malam / Chapter 28 - 28 Crazy Party

Chapter 28 - 28 Crazy Party

"Rein, sekarang kita gimana?"

Yang cemas tersebut adalah Meri.

Kenapa cemas, dengar penjelasannya tak lama setelah yang satu ini.

"Tenang, tarik napas, buang secara perlahan. Ingat, jangan dari bawah. Aku serius."

Perlu diingat, Meri itu perempuan jorok. Makanya Rein bilang jangan sampai dari bawah.

Oke, sekarang kita lanjut.

"Kita cuman di pesta biasa kok, so, rileks. Gak bakal terjadi sesuatu yang buruk. trust me," lanjut Rein, mengambil asal minuman yang disodorkan oleh seorang pelayan.

Singkat cerita, Rein dan Meri jadi tamu undangan semi VVIP. Pasangan dua orang yang tak bertanggung jawab. Party dadakan tanpa perencanaan.

Salahkan Redis yang gak kasih kabar atau setidaknya tanda-tanda. Harusnya kasih tahu sejam atau dua sebelum pergi, agar baik Rein maupun Meri siap-siap.

Kok, memangnya bencana alam, harus ada tanda-tanda segala?

Abaikan.

Yang penting kasih kabar, gak mendadak begini.

"Lah, minuman apaan nih?" Rein spontan bertanya lihat cairan bening yang sangat mencurigakan tersebut.

Otak Rein berputar, entah karena apa ia teringat kejadian buruk dan mengerikan yang menimpanya belum lama ini.

Ah Rein ingat, minuman ditangannya adalah penyebab kejadian tragis!

Rein ingat kronologi kejadian naas yang menimpanya.

"Aku tahu, ini vodka."

"Apa?"

Meri yang merasa kehausan meminum habis air yang ia dapat. Cepat, sekali teguk. Meski sempat menyeryit oleh rasa minuman, haus yang lebih mendominasi buat Meri meneguk habis cairan bening tersebut tepat setelah Rein menyelesaikan perkataannya.

Haus apa rakus...?

"Vod-vodka itu apa, heik."

Rein yang baru sadar refleks meringis dengar suara cegukan Meri. Dasar, baru satu gelas sudah tepar.

Ya..., walaupun Rein gak jauh beda sih, sama aja. Mirip malahan.

Akibat ceroboh dan rakus tuh.

"Hey Mer, jangan mabuk dulu. Kita malu tahu," ujar Rein. Ia sigap pegang tangan Meri. Habis kalau gak, bisa jatuh temannya.

Gak bisa dibiarin, kalau dilepas, Meri pasti berbuat onar. Ujung-ujungnya mempermalukan diri sendiri. Atau lebih parah, Rein dan para biang keladi crazy party dadakannya.

Antara orang-orang itu, siapa yang lebih banyak nanggung malu?

Ah gak tahu deh.

"Aku kepengen Rein, heik. Mana ya air bening tadi, rasanya kayak buah rasberi."

Dalam hati yang paling dalam Rein berpikir, apanya yang rasa rasberi?

Memangnya rasa minuman 'beracun' itu, gitu ya?

Habis Rein gak ingat juga sih. Kan sudah tepar alias mabuk berat.

"Gak ada rasa buah Mer, sudah, ayo."

Ada yang bertanya keberadaan Redis dan Rey?

Jawabannya adalah, orang tak bertanggung jawab tersebut bicara dengan seorang klien luar negeri. Rey yang wajahnya sedikit membiru tak risih.

Berkat langsung dikompres, warna biru tersebut tersamarkan. Toh ada tukang make over kok, jadi ya Rey santai kayak di pantai.

Dengan alat make up, simsalabim, luka robek pun jadi tersamarkan.

Gak percaya, coba perhatikan mayat orang yang setelah meninggal didandan. Pasti terlihat lebih baik. Kurang lebih penggambarannya begitu.

Tidak bermaksud menjelekkan pihak manapun, ini hanya analogi semata. Berpikirlah lebih luas.

"Mer...!"

Teriakan cempreng Rein buat Redis dan Rey langsung melihat ke sumber suara. Rein yang aslinya punya suara lembut berubah cempreng saat berteriak.

Seperti Tarzan teriak di hutan belantara.

Gawat, Redis langsung ambil langkah. Begitupun Rey yang menyusul. Mereka harus menghentikan aksi bar-bar Rein dan Meri.

Kedua orang itu berebutan segelas vodka sampai sudah dekat kolam. Dasar aneh.

Dekat kolam, gawat!

"Rein, Meri."

Byur!

Terlambat, belum sempat Redis ingin marah-marah yang merangkap jadi ceramah pencerah hati, eh bukan, maksudnya ngomong. Dua sahabat tersebut sudah lebih dulu jatuh ke kolam.

Detik itu juga tanpa pikir panjang Redis menceburkan diri ke kolam untuk selamatkan Rein. Ini gerakan spontanitas ya, bukan karena peduli atau sesuatu sejenis.

Camkan!

Sementara itu Rey tak ingin kalah, ia juga menceburkan diri.

Harus cepat, kalau tidak Rein dan Meri bisa mati tenggelam. Sedikit lagi, eeh...?

Ternyata Rein sudah lebih dulu narik Meri. Percuma sok jadi pahlawan, kenyataannya Rein adalah perenang yang cukup baik.

Oleh sebab Meri mabuk, Rein mengalami kesulitan mengendalikan orang yang berusaha berontak tersebut.

Ingat, Meri itu tenaganya gak bisa dianggap main-main. Super duper kuat. Rein yang hanya tahu sedikit soal tekhnik beladiri mana bisa menang.

Ibaratnya, Meri jagung besar sedangkan Rein hanya sebiji doang.

Oke, tak sepenuhnya percuma. Redis ambil tindakan untuk membantu Rein. Rey sendiri menarik Meri untuk ikut bersamanya.

Alhasil, setelah perjuangan yang tak sedikit, mereka pun berhasil keluar.

Nasib, nasib, ngajak perempuan polos tanpa pengawasan mah memang gak jauh-jauh dari kekacauan.

Kalaupun tidak diawasin, setidaknya kasih tahu mana yang tidak dan boleh mereka lakukan.

"Aku mau air bening tadi. Pokoknya mau."

Ha, wajah Rey yang terkena air buat warna biru terlihat. Orang tersebut natap aneh Meri.

Rey gak sadar kalau memarnya terekspos, yang ia pikirkan hanyalah mengendalikan Meri.

"Pulang. Aku mohon, sebelum Meri buat kekacauan yang lebih buruk," ujar Rein, saking khawatirnya ia sudah menelengkupkan tangan. Mohon-mohon biar pergi dari tempat tersebut.

"Rey, ayo."

Tak masalah, meski harus meninggalkan obrolan penting antara sesama presdir, yang penting Meri tak boleh buat kekacauan.

Rey adalah seorang sekretaris yang profesional lho. Kalau soal hal mendesak plus penting, dialah jagonya.

"Gak mau, aku pengen air yang tadi," racau Meri.

Pusing, kalau tahu gini Rein tak akan lengah sedetikpun. Harus pakai taktik, kalau gak, mana mau Meri ikut.

"Iya ada kok, tapi kita harus pergi dulu ya," ujar Rein.

Ini orang bikin pusing. Rasanya ingin ngamuk. Ternyata kalau mabuk, Meri sebelas dua belas sama anak gorila.

Sulit dikendalikan.

Bersyukurlah setelah semua yang terjadi, akhirnya mereka keluar dari tempat tersebut. Syukurlah, awalnya Rein pikir gak bisa.

Hah...

Habis Meri udah kayak orang kesurupan.

"Mana..., Rein..., heik, air yang namanya vodka tadi. Oh..., air perisa bluberi itu vodka. Rasanya aneh, but i like it."

Pusing dengan ocehen tak berkualitas Meri, Rey pun mendorong orang itu ke kursi mobil. Terdengar suara yang buat Rein natap tajam Rey. Orang itu sih cuman cengengesan. Ia sedang usaha, tolong hargai.

Rey masuk. Meri kembali ngoceh gak jelas, kurang kuat apa berbentur ke kursi?

Ceritanya Rey lagi kesal ya, bukan modus. Oleh sebab itu yang terjadi adalah, tanpa pikir panjang Rey pun langsung mencium bibir Meri. Secara live, depan Rein dan Redis.

Posisi mereka Rey dan Meri di kursi penumpang sedangkan Rein dan Redis di depan.

Sial, dua kali lihat mereka ciuman panas...?

Really, very-very hot.

Terlebih saat Meri–yang entah sadar atau tidak mengeluarkan surat lenguhan. Ngeri, Rein yang polos pun merinding seketika.

Rein yang sebelumnya syok pun tersadar, wait, Meri dilecehkan Rey!

Orang itu memanfaatkan situasi dan keadaan Meri, teman Rein sedang mabuk!

Licik!

Gak bisa dibiarin, sahabat dilecehkan tepat depan mata orang sendiri?

Rein harus melakukan sesuatu!

"Rey lepasin Meri..."

"Mmppffth."

Dasar Redis gila!

Rein ingin menyelamatkan Meri, kenapa sekarang malah dicium!?

Tadi Rein dan Meri galau sama-sama, sekarang pun kena cium berjemaah. Ada yang lebih lucu?

Bugh!

Rein yang masih steril dari pengaruh alkohol sadar benar. Sekali bergerak perempuan tersebut mendorong Redis terjungkal. Kurang!

Rein pun juga pukul kepala Redis kuat.

Rein memencet tombol kunci mobil. Pintu mobilnya pasti dikunci juga.

Habis dari pesta, gak mungkin kan mereka diperkosa Rey dan Redis?

Gila, Rey bahkan sudah menindih Meri. Sudah jelas kan!?

Penasaran yang terjadi terhadap Rey, sekretaris tersebut harus rela wajah tampannya kena pukulan tambahan.

Enak aja cabul ke Meri yang gak sadar. Kalau orang itu tahu, bisa patah itu little angry bird.

Secepat yang Rein bisa, dia bawa Meri menyingkir. Mereka persis menyelamatkan diri dari om-om mesum yang mengincar anak belia.

Sebenarnya Rein gak tahu harus kemana, dia kan anak rumahan.

Hua...!!!

Rasanya Rein ingin nangis!

Mereka pergi udah jauh lho. Ngurus Meri yang meracau gak jelas, tanpa arah dan tujuan dan semua kemungkinan terburuk.

Sebuah mobil tiba-tiba berhenti samping Rein den Meri.

Apa tuh, orang baik atau penculik?

Jangan-jangan om-om cabul!

***

Halo kakak-kakak semua. Terima kasih berkunjung ke Berawal dari Satu Malam. Author lagi belajar lho, makanya kaku. Untuk mempererat relasi, silahkan follow Ig rinia_reain23. Nanti di follow back. Kita diskusi soal naskah dan spoiler bab. Hehehe, lagi belajar. Terima kasih banyak. I love you!

*****