Mendengar suara bel, Mo Heng segera mengembalikan Tangtang ke dalam air. Ia bergegas keluar dari kolam renang untuk menemui Chen Qiong.
Chen Qiong yang pulang ke vila dengan kecepatan penuh karena panggilan telepon Mo Heng, kini sedang mengipasi dirinya dengan topi matahari. Saat melihat artisnya, ia bertanya, "Ada apa?"
Mo Heng dengan berat hati duduk di sofa dan berusaha mengatur napasnya.
"Kak Qiong, kamu harus berjanji akan tetap tenang setelah aku mengatakannya."
Chen Qiong meletakkan topinya di meja, mengambil segelas sampanye yang belum sempat diminum Mo Heng sebelumnya dan meneguknya sampai habis.
"Bilang saja. Badai seperti apa yang belum pernah kakak alami?!" kata Chen Qiong cuek.
"Aku telah memungut seekor putri duyung!" kata Mo Heng menjelaskan situasinya.
Mendengar perkataan Mo Heng, Chen Qiong pun tertawa. Namun matanya mengungkapkan emosi yang sebenarnya, "What the-?"
Detik selanjutnya, Chen Qiong mendorong kacamata yang ada di pangkal hidungnya sembari berkata, "Aku memberimu satu kesempatan lagi, one more time-"
"Aku benar-benar memungut seekor putri duyung, untuk apa aku bohong?!" Mo Heng memotong ucapan Chen Qiong. Ia berdiri dan berusaha meyakinkan manajernya itu dengan intonasi tinggi.
Wajar saja, Mo Heng adalah anak laki-laki berumur dua puluh yang sifatnya masih emosional dan mudah panik.
Begitu Mo Heng selesai berbicara, ia melihat gadis kecil berkulit putih bersih yang telanjang berlari keluar dari kamar tidur. Bagaikan anak kecil yang baru belajar berjalan, badannya bergoyang-goyang sedikit tidak seimbang. Gadis kecil itu mengulurkan kedua tangan pendeknya dan memeluk betis kaki Mo Heng.
Mo Heng terdiam. 'Dimana ekornya?' pikirnya.
Chen Qiong tidak pernah melihat anak secantik itu. Gadis dengan rambut coklat tua dengan keriting gelombang kecil yang halus, kulit yang putih dan bersih, wajah bulat dan mata besar itu kini sedang menatap kepadanya. Matanya penuh dengan kewaspadaan rasa khawatir.
Rasa keibuan Chen Qiong tiba-tiba muncul. Ia pun berseru, "Aaa, anak dari mana ini? Sini, biar aku memelukmu." Namun sedetik kemudian, kesadaran sebagai seorang manajer menghentikan tindakannya.
Chen Qiong meletakkan kedua tangan di pinggangnya dan dengan suara keras ia berkata, "Kamu, Mo Heng, astaga! Demi membohongiku kamu benar-benar telah membuat kebohongan konyol seperti ini!"
Ia menunjuk ke arah Tangtang dan bertanya kepada Mo Heng. "Jujurlah kepadaku, apakah gadis kecil ini adalah anakmu?"
Mo Heng yang masih menatap kaki pendek Tangtang dengan linglung karena tiba-tiba dituduh oleh Chen Qiong. Sambil berdiri kaku, ia menunjuk ke hidungnya, "Anakku?"
Sebagai tanggapan, Chen Qiong mengangguk-anggukan kepalanya.
Mo Heng adalah idola yang telah dipilih oleh Chen Qiong dari beribu-ribu calon bintang. Ia memiliki wajah tampan level dunia! Begitu pula dengan gadis kecil itu. Ia terlahir begitu cantik dan imut. Selain Mo Heng, siapa yang bisa memberikan gen sebagus itu?
Mo Heng merasa lemas karena kata-kata Chen Qiong. Kesalahpahaman ini sangat buruk!
Apa dia harus melemparkan anak ini ke kolam renang saja? Agar Chen Qiong melihatnya sendiri. Pikiran Mo Heng belum sempat terungkap, tetapi gadis kecil yang memeluk betisnya tiba-tiba menangis dengan keras.
"..." Mo Heng pun hanya bisa terdiam sambil memandanginya bingung.
Tangtang memeluk erat betis Mo Heng, ia memanggilnya dengan tidak jelas, "Ka, ka, kakak..."
Pemilik suara yang imut bagaikan bayi itu dengan gelisah memanggil Mo Heng, seolah takut kalau ia akan ditinggalkan. Penampilan gadis kecil itu saat ini begitu menyedihkan, belum lagi matanya yang merah.
Bahkan Chen Qiong pun ingin memarahi Mo Heng saat melihat adegan itu.
"Kak Qiong, anak ini benar-benar tidak ada hubungannya denganku!" katanya putus asa.
"Sekarang aku percaya kalau dia bukan anakmu!"
"..." Mo Heng heran, bukankah sebelumnya Chen Qiong bersikeras bahwa duyung kecil itu adalah anaknya? Kenapa pikirannya bisa berubah begitu cepat?
"Kamu tidak pantas!" kata Chen Qiong dengan nada marah.
Mendengar hal tersebut, Mo Heng pun merasa tertampar.
"Anak baik, sini-sini, biar tante saja yang memelukmu ya?" Chen Qiong membujuk gadis kecil itu. "Kakak ini tidak mau kamu, tapi tante mau kok."
Namun tanpa diduga, Tangtang sama sekali tidak ingin melepaskan Mo Heng. Ia tidak mengijinkan Chen Qiong menyentuhnya. Kedua kaki kecilnya justru mulai memanjat dari betis Mo Heng dan memeluk erat paha laki-laki itu.
Mo Heng hanya bisa terdiam di tempat.