Gadis kecil itu mengepakkan ekornya di udara sambil melihat bibir Mo Heng. Ia terlihat sangat penasaran, matanya yang bulat seperti anggur terus menatap ke arah bibir itu.
Mo Heng mendengus dengan bangga. Dalam hati ia berkata, "Bibir ini memang terpilih sebagai salah satu dari tiga bibir pria paling seksi di dunia. Duyung kecil ini memiliki selera yang bagus."
Namun detik selanjutnya, Mo Heng mendengar gadis kecil ini mulai meniru apa yang ia ucapkan. Susah payah, duyung kecil itu mengucapkan kata demi kata, "Shi, a, pa, na, ma, mu..."
Saat mengucapkan kata demi kata, kepala gadis mungil itu ikut mengangguk-angguk, membuat daging yang dibawah dagu kecilnya terlipat. Adegan itu sungguh menggemaskan! Mo Heng tidak bisa menahan diri untuk tak mencubit pipinya yang seperti jeli itu.
"Aku sedang bertanya padamu, kenapa kamu malah meniruku?" katanya gemas.
Gadis kecil itu sekali lagi memiringkan kepalanya dan melihat ke arah bibir Mo Heng. "A, ku, ta, nia, pa, da, mu, na, pa, ka, mu, me, ni, lu, ku..." Setelah selesai meniru kata-kata Mo Heng, matanya terlihat berbinar, seakan sedang menantikan pujian dari pria di depannya.
Akhirnya Mo Heng sadar, putri duyung kecil ini sama sekali tidak mengerti apa yang ia katakan, berbicara pun tidak pandai. Ia hanya meniru apa yang dilakukan oleh Mo Heng. Perilaku gadis kecil itu bagaikan istilah pandangan pertama seekor anak ayam, siapapun yang pertama kali dilihat, maka akan dianggap sebagai ibunya.
Sepanjang hidupnya, Mo Heng tidak pernah memelihara ikan. Apalagi seekor putri duyung!
Dengan tidak sabar, Mo Heng mengangkat tinggi si putri duyung kecil. Kolam renang yang ada di vila itu adalah tipe infinity pool sehingga pemandangan pantai dan laut luas bisa langsung terlihat. Mo Heng menunjuk ke arah Timur, Barat, Selatan dan Utara secara bergantian sambil bertanya, "Kamu datang dari arah mana? Tunjukkan kepadaku..."
Gadis kecil yang terangkat tinggi itu tertawa dengan senang, mengira Mo Heng sedang bermain dengannya. Namun ketika ia menyadari bahwa Mo Heng terus menunjuk ke arah laut, kebahagiaanya sirna. Ia segera menundukkan kepalanya, menggoyangkannya ke kiri dan ke kanan seperti mainan drum pelet. Kemudian, menekankan kepalanya ke dalam pelukan Mo Heng. Kelakuan gadis kecil itu membuat Mo Heng merasa aneh.
Putri duyung itu dipungut oleh Mo Heng dari dekat pantai. Seharusnya ia sedang berenang di dekat lautan atau terhanyut ke pinggir pantai. Tetapi kenapa ia tidak ingin kembali ke laut? Atau jangan-jangan ia tersesat?
Selama ini, Mo Heng sudah jarang memiliki waktu untuk beristirahat, apalagi liburan. Ia pun akan segera kembali ke negaranya. Tidak mungkin ia kembali dengan membawa seekor putri duyung, kan?
Mo Heng terus memikirkan hal-hal seperti itu. Tanpa ia ketahui, si putri duyung bisa mendengar isi hatinya.
Putri duyung ini bernama Tangtang. Ia adalah satu-satunya Putri dari kerajaan putri duyung yang mulia dan memiliki kemampuan membaca isi hati manusia.
Meskipun si putri duyung tidak mengerti bahasa manusia, tetapi ia sangat pintar dan cilik. Jadi, ia bisa memahami apa yang dikatakan oleh Mo Heng.
Sebenarnya, Tangtang telah bersusah payah melarikan diri dari laut untuk bermain di daratan. Jika ia kembali ke laut sekarang, maka Ayahanda dan Ibunda pasti akan segera mengetahui posisinya dan menyeretnya pulang.
Itulah mengapa gadis kecil itu tidak ingin kembali ke laut. Jika ia bisa ikut dengan Mo Heng naik pesawat dan pergi jauh dari lautan ini, maka ia tidak perlu takut akan ditemukan oleh orang-orang dari kerajaannya lagi!
Sambil memikirkan strategi untuk kedepannya, Tangtang memeluk erat leher Mo Heng. Ia menekankan badan ke pelukannya dan tidak ingin melepaskannya.
Saat itu, si gadis kecil menyadari bahwa putri duyung dan manusia begitu berbeda. Putri duyung hidup di dalam air sepanjang waktu dan memiliki tulang rawan. Sedangkan manusia memiliki dada yang keras dan terasa seperti potongan demi potongan. Hal itu membuat hidung kecilnya terasa sakit tertabrak dada Mo Heng.
Mo Heng pernah mengalami trauma terhadap anak kecil gara-gara keponakan nakalnya. Maka dari itu, saat Tangtang memeluknya, badannya pun menegang seolah melawan karena tidak ingin didekati oleh anak itu.
Sudah sangat muak dengan anak kecil, sekarang ini Mo Heng hanya ingin segera mengirim putri duyung itu kembali ke laut.
Jika tidak berhasil, maka ia akan mencari lembaga ilmiah dan mengirim gadis kecil itu ke sana. Tetapi… para ilmuwan itu, apa mereka akan membedah gadis kecil yang cantik ini untuk eksperimen?
Mendengar isi hati Mo Heng, Tangtang yang di dalam pelukannya langsung menggigil ketakutan. Pada saat ini, bel vila berbunyi. Chen Qiong telah datang.