Jiang Lingzhi tidak langsung merespon. Apa maksud ucapan pria ini?
Li Shunan tiba-tiba menghentikan langkahnya dan berbalik. Dia menunduk dan menatap Jiang Lingzhi, lalu berujar dengan santai. "Sekarang, kamu berhutang padaku 380 yuan."
"..."
Yang benar saja!
Sepatu 360 yuan dan ditambah sekarang 20 yuan.
Jiang Lingzhi mendongak membalas tatapan Li Shunan. Dia terdiam sejenak, kemudian mengangguk kecil dan mengurungkan kembali rencananya untuk menyerahkan permen kapas pada pria itu. "Kamu tidak perlu khawatir, aku akan mengembalikannya."
380 yuan.
3 dan 8.
Namun, Jiang Lingzhi tidak puas dengan nominal ini. Setelah memikirkannya, dia kembali menawar pada Li Shunan. "Kawan, maukah kamu meminjamkanku 20 yuan lagi, supaya aku bisa mengembalikan 400 yuan sekalian?"
Setelah Jiang Lingzhi mengutarakan penawarannya, suasana di sekitar mereka terasa sunyi dan aneh.
Sebenarnya Jiang Lingzhi tidak punya maksud macam-macam. Dia hanya berpikir kalau jumlahnya digenapkan sekalian, nanti dia bisa membayar dengan lebih mudah. Namun begitu selesai mengatakannya, detik berikutnya dia sendiri baru sadar kalau ada yang salah dengan kata-kata yang dilontarkannya.
Tatapan Li Shunan pada Jiang Lingzhi berangsur-angsur semakin dalam dan terlihat penuh arti. Dia tersenyum aneh. "Masih mau bilang kalau kau bukan penipu untuk mendapatkan uang?"
Sekarang usahanya dalam menipu untuk mendapatkan uang jadi sangat pintar. Selangkah demi selangkah, kemampuannya dalam berakting pun semakin berkembang.
"..."
Sambil memegang permen kapas, sekarang Jiang Lingzhi terlihat seperti orang bodoh. Mendadak, dia kehabisan kata-kata, tidak tahu harus bicara apa.
Di saat seperti ini, tampaknya menjelaskan seperti apapun juga tidak akan ada gunanya.
"Kak Nan!!" seru seseorang dari kejauhan. Suaranya terdengar serak.
Kemudian, angin berhembus di sana. Seorang pria berambut kuning mengaitkan bahu Li Shunan. "Kak Nan, mengapa kamu masih di sini? Para kakak-kakak sudah menunggumu!"
Setelah menyerocos sendiri, si pria berambut kuning itu baru menyadari kalau ada orang lain selain mereka di sini.
Dia memandangi Jiang Lingzhi selama beberapa saat, dan tatapan matanya tampak berbinar-binar. "Hai!"
Jiang Lingzhi sedikit memiliki kesan pada pria ini. Tepatnya, dia ingat pria ini karena rambutnya yang berwarna kuning mencolok. Sepertinya dia juga yang bersiul menggoda Jiang Lingzhi di dalam bus kemarin.
Diam-diam, Jiang Lingzhi mundur dua langkah untuk menjaga jarak dengannya. Jelas, ini sama seperti pertahanan secara terang-terangan.
Si rambut kuning tidak memperhatikan tindakan kecil yang dilakukan Jiang Lingzhi ini.
Setelah menyapa, dia mengalihkan pandangannya dan menanyai Li Shunan dengan ekspresi iri. "Kak Nan, siapa gadis ini? Kamu baru saja kembali dan sudah mendapatkan seorang gadis?!"
Padahal baru berselang beberapa hari saja...
Sungguh, Li Shunan ini sangat luar biasa!
Oh, pasti berkat pesona ketampanannya yang terkutuk itu.
Si rambut kuning ingin bertanya, siapa… lagi... korbannya!
Li Shunan berdiri dengan santai di sana sambil menatap Jiang Lingzhi dengan tatapan merendahkan. Bibirnya melengkung menunjukkan senyuman mengejek. "Bukan siapa-siapa. Hanya sejenis… penipu yang mencari mangsa."
Jiang Lingzhi terdiam. Penipu yang mencari mangsa? Apa yang dimaksud pria ini adalah dirinya?
Si rambut kuning kembali memandangi Jiang Lingzhi beberapa kali. "Oh… adik ini terlihat tidak asing. Bukankah dia yang kemarin…?"
"Ayo." Li Shunan membuang muka tanpa menunggu si rambut kuning menyelesaikan ucapannya. Dia memasukkan satu tangan ke dalam saku celananya, lalu berbalik badan. Sosok rampingnya berjalan melintasi persimpangan menuju ke seberang jalan.
Awalnya si rambut kuning berencana untuk menggoda adik cantik itu sebentar, tetapi sekarang dia sudah kehilangan kesempatan. Dia hanya bisa mengaitkan bahu Li Shunan dan mulai bergosip.
"Sejenis penipu? Apa penipu itu begitu bodoh? Berani-beraninya dia menipumu. Apa dia tidak takut dipukuli?"
Si rambut kuning berbicara sambil membungkuk dan tertawa merendahkan.
"Sudah, biarkan saja! Bukankah gadis itu adalah adik cantik yang terjatuh dan menimpamu kemarin? Kak Nan, ayolah, ini bukan permulaan takdir kalian, kan?!"
Jiang Lingzhi masih bisa mendengar percakapan mereka dari kejauhan. Dia menghela napas dan berujar dengan lirih dan kesal. "Aku bukan penipu."
Saat melihat permen kapas di tangannya, Jiang Lingzhi semakin merasa sebal. Dia mencoba mencicipi permen kapas itu dalam satu gigitan besar.
Permen kapas yang lembut itu sangat cepat meleleh di mulut setelah digigit.
Manisnya…
Sejarah permen kapas dikatakan awalnya terbuat dari gula putih. Ternyata benar-benar berbeda dari yang selama ini dibayangkannya.
Dia mengira bahwa setidaknya ini adalah makanan kelas atas.