Chereads / Siswi Baru Yang Misterius / Chapter 4 - Hanya Tujuh Pemberhentian

Chapter 4 - Hanya Tujuh Pemberhentian

Jiang Lingzhi akhirnya menutup penutup piano setelah bermain selama satu jam. Dia menggosok beberapa jarinya yang terasa sakit, lalu duduk di depan meja belajar dan membuka tasnya. Gadis itu mengeluarkan kertas ujian matematika yang akan dia kerjakan hari ini.

Ketika akan mulai mengerjakan, tiba-tiba Jiang Lingzhi teringat sesuatu.

Dia mengeluarkan buku catatannya, lalu mengingat-ingat sebentar sambil menggigit penutup pena. Kemudian dia menulis beberapa kata di buku catatannya

Tadi siswa laki-laki itu dipanggil apa oleh teman-temannya? 

Kak Lán?

Kak Lán?

Kak Lán?

Kak Nán?

Kak Nán?

(Nama-nama di atas disebutkan dalam bahasa Mandarin. Kedengarannya sama, namun penulisannya berbeda)

Tiba-tiba Jiang Lingzhi mendengar suara ketukan pintu, diikuti dengan suara Lu Yuping dari luar sana. "Zhi Zhi, turunlah dan makan dulu. Nanti lanjut kerjakan PR lagi setelah selesai makan."

Jiang Lingzhi segera menutup buku catatannya dan memasukkannya ke dalam laci. "Baiklah, aku akan segera turun."

——

SMP 1 Nanyang berbeda dengan sekolah-sekolah lain.

Di sekolah-sekolah menengah lain pada umumnya, setelah ujian akhir semester selesai dan semester baru dimulai, para siswa akan dibagi menjadi dua kelas, yaitu kelas seni dan kelas ilmu pengetahuan.

Saat ini siswa-siswa SMP 1 Nanyang telah memasuki tahun kedua sekolah menengah selama hampir sebulan, namun mereka masih belum juga menerima pemberitahuan tentang pembagian kelas seni maupun ilmu pengetahuan.

Meskipun SMP 1 Nanyang merupakan sekolah unggulan, namun tekanan ujian masuk perguruan tinggi tampaknya masih jauh dari mereka

Bel sekolah berbunyi.

Suasana kelas 2-7 di SMP itu dipenuhi suara sorak sorai seperti biasanya.

Setelah mengatakan bahwa kelas sudah selesai, seorang guru yang tadi mengajar di kelas itu merapikan buku teks miliknya, lalu segera meninggalkan kelas.

Jiang Lingzhi adalah siswa harian (jenis siswa yang datang ke sekolah untuk menghadiri kelas dan berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler lainnya, tetapi tidak tinggal di asrama sekolah). Dia tidak perlu belajar sendiri di malam hari nanti. Setelah selesai mencatat hal-hal yang penting, dia memasukkan PR-nya ke dalam tas sekolah dan bersiap untuk pulang ke rumah.

Tiba-tiba, ada seseorang yang lewat dan berdiri di depan meja Jiang Lingzhi.

Jiang Lingzhi pun mendongak dan menatap orang itu dengan tatapan bingung. "Ada apa, Ketua Kelas?"

Rambut hitam panjang Jiang Lingzhi diikat dengan model ekor kuda, sehingga memperlihatkan wajahnya yang selalu cerah dan bersih. Dia memiliki mata bulat yang sangat indah, dengan ujung mata yang sedikit naik serta hidung mungil yang cukup mancung. Wajahnya tampak imut, tetapi setiap fitur wajahnya begitu halus dan cantik.

Saat ini, gadis cantik itu sedang mendongak menatap ketua kelas.

Dilihat dari ekspresinya, He Dixian jelas sedang gugup, bahkan sampai hampir tidak bisa berbicara. "Ehm, kudengar sopir pribadimu tidak bisa menjemputmu selama beberapa hari ini. Kebetulan, jalan rumah kita searah, jadi aku bisa sekalian mengantarmu pulang."

Jiang Lingzhi mengedip-ngedipkan matanya, menunjukkan raut muka bingung. Dia sedang berpikir bagaimana Ketua Kelas bisa tahu kalau dirinya akan pulang sendirian. Tanpa sadar, dia melihat ke arah Wen Yujing di seberang mejanya.

Gadis itu jelas terlihat salah tingkah karena merasa bersalah padanya. Wen Yujing berpura-pura sedang merapikan buku teksnya, tetapi matanya mencoba curi-curi pandang ke arah Jiang Lingzhi dengan penasaran. Jiang Lingzhi bisa melihatnya.

Jiang Lingzhi terdiam sebentar, lalu menolak tawaran Ketua Kelas dengan sopan. "Tidak perlu, Ketua Kelas. Lagi pula, aku justru bisa sampai di rumah lebih cepat jika naik bus. Hanya melewati tujuh pemberhentian."

"Emmm..." He Dixian mengusap bagian belakang kepalanya. "Aku mengkhawatirkanmu. Seorang gadis naik bus sendirian sangat tidak aman."

Sekolah mereka bersebelahan dengan SMP 36.

Jiang Lingzhi harus melewati distrik kota tua untuk sampai ke rumah, dan tempat itu terkenal sangat kacau. Oleh karena itu, Ketua Kelas menawarkan diri untuk mengantarnya.

Jika dia pulang bersama Jiang Lingzhi, ada baiknya juga kalau mereka bisa saling mengobrol santai di sepanjang perjalanan. 

He Dixian merasa bahwa kata-katanya barusan sepertinya terlalu frontal dan menunjukkan kekhawatirannya pada Jiang Lingzhi. Dia pun cepat-cepat meralat kata-katanya, dan telinganya memerah malu. "Aku tidak memiliki maksud lain. Lagi pula, guru kita kan pernah bilang kalau para siswa harus saling membantu satu sama lain."

"..."

Tidak ada sahutan dari Jiang Lingzhi.

Suasana di sekitar sangatlah sunyi. Dari kejauhan, Wen Yujing ikut merasa malu dan canggung karena sikap Ketua Kelas itu.

"Terima kasih, Ketua Kelas. Jangan khawatir, aku bisa menjaga diriku sendiri dengan baik." Jiang Lingzhi menurunkan pandangannya sambil tersenyum manis pada Ketua Kelas. 

Wajah He Dixian seketika tampak memerah saat melihat senyuman Jiang Lingzhi barusan. Tiba-tiba, dia lupa tujuan awalnya. "Oh, kalau begitu hati-hati di jalan. Aku pergi dulu."

"Sampai… sampai jumpa."

Sebelum Jiang Lingzhi sempat membalasnya, Ketua Kelas buru-buru meninggalkan kelas dengan panik.

Sebagian besar siswa kelas ini sudah pulang, dan hanya beberapa siswa yang masih bermain di kelas.