Mata gelap Li Shunan hanya meliriknya sekilas, kemudian dia mendengus kesal. Laki-laki itu menjentikkan puntung rokok dari ujung jarinya ke tempat sampah di sisi jalan, lalu berdiri tegak dan berbalik mengabaikan Jiang Lingzhi.
Jiang Lingzhi tetap berdiri di sana sambil membawa tas sekolahnya. Dia hanya melihat punggung pria itu berjalan menjauh tanpa berkata apa-apa. Dia sudah tidak mau bermuka tebal dan bersikeras mengikuti siswa itu seperti tadi.
Dia juga tidak mau lagi dikira sebagai tukang tipu demi mendapatkan uang.
Jiang Lingzhi masih mengenakan seragam sekolah menengah unggulan dengan rapi. Dia memiliki tubuh yang kurus dan ramping. Rambutnya yang diikat gaya ekor kuda sudah sedikit longgar. Beberapa helai rambut menyapu pipinya. Rok lipit biru yang ia kenakan terangkat karena terkena hembusan angin. Dia terlihat seperti gadis cantik yang ditinggalkan dan kesepian.
Orang-orang berlalu lalang di jalan. Tercium aroma manis di sekitar sana.
Jiang Lingzhi menoleh ke samping dan baru menyadari bahwa ada toko permen kapas di sebelahnya.
Di depan stan jualan terbuka, tersedia beberapa permen kapas yang dibuat dengan bentuk-bentuk yang lucu. Beberapa anak-anak mengantri untuk membelinya.
Jiang Lingzhi adalah anak yang sangat patuh sedari kecil. Orang tuanya tidak pernah memperbolehkannya membeli makanan apapun di luar. Mereka mengatakan kalau makanan yang dijual di luar itu tidak higienis.
Dia hanya pernah melihat permen kapas di televisi, makanan yang terlihat seperti awan dan bertekstur lembut
Setelah mendapatkan permen kapas, anak-anak itu dibawa pergi oleh orang tua masing-masing, dengan senyuman puas menghiasi wajah mereka.
Sepertinya pemilik toko itu menyadari tatapan Jiang Lingzhi. Dia tersenyum padanya sambil menawarkan permen kapas dagangannya. "Gadis muda, apakah kamu mau? Ini rasanya sangat enak, dan harganya juga tidak mahal."
Jiang Lingzhi menggembungkan pipinya dan merasa kecewa saat ini. Dia sangat ingin membelinya.
Tidak peduli harganya mahal atau tidak, tetap saja dia tidak dapat membelinya untuk sekarang.
Dia menyesali salah satu kebiasaannya, yaitu membawa ponsel pemberian orang tuanya ke sekolah.
Lihat saja sekarang, dia tidak bisa berbuat apa-apa selain menelepon.
Jiang Lingzhi hendak menolak penjual permen kapas itu, namun ketika dia mendongak, suaranya tiba-tiba terhenti begitu melihat seseorang yang sedang bersandar di sana.
Entah sejak kapan, Li Shunan kembali ke sana lagi, padahal dia sudah pergi tadi. Dia berdiri dengan tangan bersedekap, kepala tertunduk, dan bersandar di dinding sebelah toko permen kapas itu dengan malas.
Li Shunan sedikit mengangkat dagunya, dan sorot matanya yang acuh tak acuh sedang tertuju pada Jiang Lingzhi, tanpa ekspresi. Kemudian dia mengeluarkan dompet dari sakunya. Jari-jarinya yang ramping dan putih mengambil selembar uang kertas 20 yuan dan menyerahkannya kepada penjaga toko.
Pemilik toko pun mengambil uang tersebut dan bertanya, "Mau membeli satu?"
"Em."
Li Shunan hanya membalasnya dengan gumaman yang sangat singkat, bahkan hanya satu suku kata.
Pemilik toko menambahkan gula ke mesin permen kapas, lalu mengambil sebatang tusuk panjang dan melilitkan permen kapas ke tusuk tersebut. Permen kapas yang empuk dan lembut pun sudah jadi.
"Silakan permen kapasnya. Kembaliannya 10 yuan." Pemilik toko menyerahkan permen kapas sambil tersenyum.
Li Shunan tidak menerima permen kapas itu. Dia justru menatap Jiang Lingzhi, yang berdiri tidak jauh darinya.
Pemilik toko mengikuti arah pandangan Li Shunan, yang tertuju pada gadis yang berdiri di depannya. "Gadis muda, lihatlah betapa baiknya pacarmu memperlakukanmu. Mari, terimalah permen kapas ini."
Jiang Lingzhi tertegun.
Dia tidak yakin apakah permen kapas ini benar dibelikan untuknya.
Terlebih lagi, laki-laki itu barusan mengatai dirinya seorang penipu untuk mendapatkan uang.
Sambil membawa tas sekolahnya, Jiang Lingzhi tampak ragu-ragu untuk melangkah ke depan dan mengambil permen kapas itu.
Li Shunan mendengus pelan melihatnya. Dia menegakkan tubuhnya dan berbalik pergi dengan santainya tanpa mengambil permen kapas itu.
"Eh… permen kapasmu anak muda..," Pemilik toko buru-buru memanggil Li Shunan. Dia belum pernah menemui pelanggan seaneh ini, membeli tapi tidak mau mengambilnya.
Jiang Lingzhi juga melihat ke arah kepergian Li Shunan, dan tiba-tiba baru bereaksi.
Dia bergegas mengambil permen kapas itu dan menerima uang kembalian 10 yuan. Jiang Lingzhi tidak lupa mengucapkan terima kasih pada pemilik toko, kemudian dia berjalan ke arah anak laki-laki itu pergi.
Li Shunan memiliki kaki yang panjang, tetapi dia tidak berjalan cepat.
Tak lama kemudian, Jiang Lingzhi sampai di sisi Li Shunan dan berkata dengan suara lirih, "Terima kasih."
"Terima kasih untuk apa?" Li Shunan tampak malas dan acuh tak acuh. Suara malasnya memiliki daya tarik tersendiri dan terdengar begitu lembut.