Pria itu memegang pegangan cincin di atas kepalanya dengan satu tangan, sedangkan tangannya yang lain memegang ponsel.
Dia sangat tinggi, setidaknya lebih dari 185 cm, mungkin satu kepala lebih tinggi dari Jiang Lingzhi.
Dia mengenakan kaus putih lengan pendek yang memperlihatkan tulang selangkanya yang mulus dan jakun yang menonjol. Rambut hitam pendeknya tampak segar dan bersih.
Tiba-tiba Jiang Lingzhi terasa seolah membeku. Mata bulatnya menatap lurus ke arah laki-laki itu.
Laki-laki itu seperti menyadari tatapan Jiang Lingzhi. Dia menoleh ke samping dan menangkap basah Jiang Lingzhi, yang sedang memandanginya.
Raut wajahnya masih tampak sangat acuh tak acuh sama seperti kemarin. Bahkan ada perasaan dingin di antara alisnya. Dia memang tidak menunjukkan ekspresi apapun, tetapi seluruh tubuhnya memancarkan aura yang tidak menyenangkan.
Ekspresi matanya juga sama seperti kemarin, dengan ekor mata yang sedikit terangkat. Terlihat emosional namun juga dingin. Pupilnya berwarna cokelat muda dan menunjukkan rasa acuh tak acuh. Secara keseluruhan, sorot matanya tampak jelas sedang melihat orang asing.
Tampaknya dia tidak ingat dengan Jiang Lingzhi.
Hari ini dia naik bus seorang diri, tidak ada teman-temannya yang lain.
Karena tidak ada siswa-siswa nakal itu lagi, Jiang Lingzhi jadi sedikit lebih berani.
"Emm, kamu..." Jiang Lingzhi mencoba memulai obrolan, namun kemudian terdiam kembali.
Siswa laki-laki itu menatap Jiang Lingzhi. Sorot matanya tidak menunjukkan ekspresi apapun, namun tatapannya tidak beranjak dari Tang Li.
Jiang Lingzhi menurunkan pandangannya dan melirik kaki si siswa laki-laki itu, yang tidak mengenakan sepatu putih yang kemarin. Dia pun bertanya, "Emm, berapa harga sepatumu?"
Pertanyaan yang aneh dan terlalu tiba-tiba.
Siswa laki-laki itu terlihat tidak menyangka bahwa Jiang Lingzhi akan menanyakan hal ini. Dia mengangkat alisnya dan menatap Jiang Lingzhi sebentar, tetapi pada akhirnya tidak menanggapi pertanyaan Jiang Lingzhi. Dia memalingkan muka dan menatap ponselnya lagi.
Jiang Lingzhi terdiam
Apa artinya ini?
Apa laki-laki ini tidak perlu uang ganti rugi darinya?
Atau mungkinkah dia sudah tidak ingat dengan kejadian kemarin?
Sebelum Jiang Lingzhi sempat berbicara lagi, mulai terdengar suara pemberitahuan untuk pemberhentian selanjutnya, yaitu di halte distrik kota tua.
Kerumunan penumpang keluar dari bus dan saling mendorong. Siswa laki-laki itu melirik ke luar jendela, lalu menyimpan kembali ponselnya dan berbalik untuk turun dari bus.
Jiang Lingzhi sendiri juga tidak tahu dari mana ia mendapatkan keberanian ini. Saat melihat siswa laki-laki itu berbalik, dia segera mengikuti laki-laki itu turun dari bus tanpa ragu sedikit pun.
Tempat ini berjarak dua halte dari rumahnya.
Jiang Lingzhi adalah gadis yang patuh dan selalu pulang tepat waktu. Dia tidak pernah berkeliaran tidak jelas hanya untuk mengikuti orang asing seperti ini.
Setelah turun dari bus, dia baru menyadari apa yang telah dilakukannya.
Jiang Lingzhi meremas tas sekolahnya, lalu kembali mengikuti pria itu selangkah demi selangkah. Dia bahkan tidak tahu namanya. Dia hanya ingin membayar ganti rugi sepatu yang sudah dikotorinya.
Setelah berjalan agak jauh, sepertinya siswa laki-laki itu menyadari kalau Jiang Lingzhi terus mengikutinya.
Sudut bibir laki-laki bernama Li Shunan itu terangkat menunjukkan senyuman mengejek. Dia menghentikan langkahnya dan berbalik. Sosoknya yang tinggi berdiri di sana dengan tenang.
Dia berujar dengan suara yang terdengar unik dan identik dengan anak muda, namun juga memiliki daya tarik seperti anak nakal. "Aku tidak menjual sepatu ini."
Jiang Lingzhi juga ikut menghentikan langkahnya. Karena mendapat pertanyaan yang tiba-tiba seperti itu, dia tertegun sesaat. "Apa?"
Dia mengingat kembali apa yang sudah dikatakannya saat di bus tadi.
Berapa harga sepatumu?
Aku tidak menjual sepatu ini.
"..."
Jiang Lingzhi terdiam.
Laki-laki ini sepertinya mengira bahwa dia mengikutinya karena ingin membeli sepatunya.
Telinga Jiang Lingzhi seketika memerah karena malu. Dia pun buru-buru menjelaskan, "Tidak, kamu sudah salah paham. Kemarin kan aku tidak sengaja menginjak sepatumu di bus, jadi aku akan memberimu uang ganti rugi."
Li Shunan memasukkan satu tangan ke dalam saku celananya sambil memperhatikan mata gadis itu.
Gadis itu berdiri sejauh dua meter darinya, seolah-olah tidak berani terlalu dekat dengannya. Dia memandang Li Shunan dengan tatapan tidak sabar untuk membayar uang ganti ruginya.
Apakah ini jenis pendekatan baru untuk dapat mengobrol di era sekarang?
Terlintas niat jahil di mata Li Shunan.
Dia mengeluarkan sebatang rokok dari bungkus rokoknya dan menggigitnya. Dia tersenyum penuh arti, lalu berujar dengan suara malas dan acuh tak acuh, "Harganya 360 yuan. Aku hanya mau menerima uang tunai, tidak menerima transfer lewat WeChat."