***
Juli 2020 ~
Disebuah café dengar dekorasi bergaya modern retro, barang-barang antic dan warna-warna yang soft menghiasi café tersebut. Terlihat beberapa orang berada disana. Kebanyakan dari mereka adalah sepasang anak muda sedang menikmati malam sabtu mereka. Ini adalah café milik Mina yang baru beberapa bulan ini beroperasi.
Mina yang terlihat berjalan menghampiri Arin yang sudah menunggunya sejak tadi. Arin yang menunggu didekat jendela, sambil melihat orang berlalu lalang dijalan, dengan segelas latte hangat sesukaannya.
" Sorry .. udah lama yaa ..." ucap Mina sambil duduk dihadapan Arin.
" nggak apa-apa kok ..? Arfa gimana ? udah tidur ? " tanya Arin.
" dia udah tidur .. hufff .. belakangan ini dia susah banget buat tidur " eluh Mina meningat anaknya yang mulai susah tidur karena terlalu menyukai main.
" dia sekarang udah 7 tahunkan ?" tanya Arin.
" emm .. tahun depan kayanya gue bakal bawa dia kesekolah " ucap Mina.
" lu baru sampai malah langsung kesini ?? emangnya nggak cape ?" tanya Mina yang mengkhawatirkan Arin yang etrlihat kelelahan setelah beberapa jam berada dipesawat.
" nggak apa-apa ? abis bosen aja, tiba-tiba pengen kesini " ucap Arin kembali menenguk kopi latte-nya.
" kenapa wajah lu murung ? kenapa ? apa di Bali nggak seru ? terjadi sesuatu yaa ..??" tanya Mina.
Arin menghela nafas pajang saat dirinya kembali mengingat semua kejadian saat dirinya di Bali.
" apa ini … ?? kalau diliat dari raut mukanya, kayanya terjadi sesuatu .. " tebak Mina yang begitu peka melihat raut wajah temannya. Tentu saja ia tahu semua tentang Arin, sudah 10 tahun dia berteman dengan Arin, hanya dari hembusan nafas saja dia tahu apa yang terjadi.
" ahhfff .." sambil menghela nafas panjang, Arin merasa berat untuk menceritakan semua yang terjadi padanya di Bali.
" sebenernya ...."
Kemudian dengan perlahan Arin menceritakan semua. Mulai ia berangkat ke bandara, lalu pekerjaannya disana, dan saat ia berjalan-jalan dipantai kemudian ia bertemu dengan Brian hingga dirinya berpisah dengan Brian. Yang sentak membuat Mina terkejut sekaligus dan merasa heran.
" waohh … dia benar-benar jahat yaa .." ucap Mina yang kesal setelah mendengarkan cerita dari Arin. " tapi kenapa dia ada dia Bali ...?? bukannya dia Kanada ?".
" Gue juga nggak tau .. dia nggak bilang apapun " ucap Arin. " ahhhh .. kenapa gua harus nangis ... bener-bener nyebelin banget .." kesal Arin pada dirinya sendiri, mengingat dirinya yang menangis didepan Brian seperti orang bodoh.
Perkataan Mina membuat Arin tiba-tiba teringat hal yang ia lupakan selama berada disana, ingatakan yang samar-samar berusaha keras ia mencoba mengingatnya.
" ahh .. tunggu sebentar !! hari itu tanggal berapa yaa …? gua pergi ke Bali tanggal berapa Min ..?" Tanya Arin dengan panik, karena ia merasa ada hal yang sudah ia lupakan dan ini terasa sedikit tidak menyakinkan.
" tanggal 18 ? kenapa ? ada apa ?" tanya Mina yang ikut panik karena Arin yang panik entah kenapa.
" Bener juga !! pantas saja ..!!! "
" kenapa ?".
" kemarin itu peringatan kematian Ibunya .." ucap Arin. " kenapa aku baru ingat yaa …" ucap Arin yang menyalahkan dirinya karena melupakan hal itu.
" ahh ... ! nggak usah merasa bersalah gitu ? toh itu bukan urusanlu !! dia juga nggak ingat kapan ulang tahunmu .. sudahlah ..". kesal Mina yang masih saja memperdulikan Brian yang bahkan seperti sudah tidak memperhatikan temannya.
" benar juga .. hufff .." ucap Arin kembali menghela nafas karena perkataan Mina ada benarnya juga.
" besok lu langsung pergi kerja ?" tanya Mina.
" nggak masih libur sampe gue pindahan .." ucap Arin sambil melihat ponselnya hanya sekedar mengeceknya saja.
" lu beneran nggak dateng ke reunian ?" tanya Mina yang masih berharap Arin akan dateng keacara reunian tahun ini, karena ditahun sebelumnya Arin tidak pernah sekalipun datang.
" lain kali aja ..." tolak Arin. " udah jam 11 .. gue balik dulu yaa .." ucap Arin sambil mengenakan tas tote bag putih kesuakaannya.
" udah malem juga .. hati-hati dijalan yaa, jangan lupa chat gue kalau udah sampe .." ucap Mina dengan wajah khawatir melihat Arin yang berjalan keluar cafe.
Arin sudah berada didalam taksi yang sedang melaju menuju rumahnya. Ia termenung larut dalam pikirannya. Memikirkan semua perkataan Mina yang perlahan membuatnya berpihak pada ucapan itu. Jika dipikir-pikir ucapan Mina itu ada benarnya juga. Ini bahkan sudah 10 tahun berlalu, itu adalah waktu yang panjang untuk melupakan dan meninggalkan semuanya dimasa lalu.
Bahkan saat ini hidupnya sangat melelahkan kenapa harus ditambah pemikiran yang tidak berguna yang hanya menambah beban saja. Arin yang terus menyalahkan dirinya sendiri dan bertarung dengan pemikiranya.
***
Jam menunjukkan pukul 12 tengah malam. Disebuah hotel yang mewah, dimana ia bisa langsung menghadap hamparan laut Bali yang terlihat indah bahkan saat malam hari. Satu hari ini dirinya yang sibuk mengerus sebuah pertemuan dengan seseorang yang mengajaknya bekerja sama untuk sebuah projek besar.
Brian berdiri didepan kaca besar, terlihat sebuah pemandangan laut Bali. Sedang segelas kopi hangat Brian memikirkan semua pertimbangan yang harus ia pilih dan pikirannya tersorot pada kejadian hari itu, dimana ia bertemu dengan Arin membuatnya tak bisa melupakan raut wajah Arin. Sepanjang hari ini ia tak bisa focus karena selalu memikirkan Arin.
Sebuah keyakinan dan keraguan menjadi membuatnya tidak bisa memilih salah satunya.
Apakah ia harus menerima tawaran untuk menetap di Jakarta atau memilih harga dirinya yang sudah bersumpah untuk tidak lagi menginjakkan kaki untuk kembali di Indonesia.
***