***
Setelah pembagian kelompok selesai, mereka semua berkumpul dengan kelompok masing-masing dan mengerjakan 3 tugas sekaligus untuk 3 mata pelajar terakhir. Semua orang tampak focus mengerjakan tugas yang sudah dibagian oleh Fathan yang memimpin kelompok tiga ini.
Arin dan Mina ditugaskan untuk mengerjakan tugas sejarah. Arin sibuk mengerjakan PPT sedangkan Mina sibuk mencari materi. Tapi focusnya mulai terpecah saat melihat kedekatan Brian dengan Anisa, siswi yang juga terkenal pintar dikelas. Mereka sedang mengerjakan tugas Bahasa Inggris, karena mereka berdua yang pandai dalam pelajaran tersebut.
Entah mengapa, hal itu membuat Arin sedikit terganggu. Tidak seperti biasanya, Brian terlihat sangat ramah pada Anisa yang bahkan ini pertama kalinya mereka dekat seperti itu. Yang membuat Arin kesal adalah Brian yang selalu bersikap dingin kepadanya tapi pada temannya yang satu itu dia sangat ramah.
" Hya ..!!" saut Mina dengan bisikan sambil menyengol Arin yang sentak tersadar dan langsung menengok kearah Mina.
" kenapa ..?" bisik Arin.
" sejak kapan Brian sama Nisa deket kaya gitu ?? apa cuman pikiran gua dong ?" tanya Mina yang menyadari kedekatan dua orang yang ada dihadapannya. Arin kembali merasa sangat kesal mendengar ucapan Mina yang bahkan menyadari hal itu.
Saat Arin melihat kearah Brian yang sedang mendengarkan Anisa berbicara. Secara tiba-tiba Brian melihat kearahnya dengan tatapan datar, sentak membuat Arin terkejut. Tapi dalam sekejap Brian langsung mengalihkan pandangan seperti orang yang menyabaikan sesuatu hal yang tidak penting. Rasa nyeri dada seperti tertusuk jarum kecil yang Arin rasakan saat Brian mengalihkan matanya dengan sinis.
" kenapa dia bersikap dingin lagi sih ?" tanya Arin dalam pikirannya sendiri, merasa sedih menyadari dirinya diperlakukan begitu berbeda oleh Brian. Hanya bisa menghela nafas sambil melanjutkan tugasnya.
" Ahkkkk ... Akhirnya selesai juga !!" ucap Elvina sambil mengangkat kedua tangannya keatas untuk merenggangkan tubuhnya yang terasa pegal.
" Kekantin yukk .. jajan !" ajak Yena.
" ayokk ..." ucap Mina dengan penuh semangat. " tapi Arin belom selesai .." ucap Mia yang menyadari Arin yang masih mengerjakan PTT sejarah.
" udah nggak apa-apa, gue nitip aja, tanggung tinggal sedikit lagi " ucap Arin yang focus pada leptopnya.
" nggak apa-apa nih .." Mina yang merasa tidak enak menginggalkan temannya, karena mereka berdua memang ditugaskan untuk menyelesaikan tugas bersama tapi dirinya malah meninggalkan Arin.
" iyaa gak apa-apa, udah sana ! gua nitip cola yaa ! " ucap Arin.
" okke siap !! Nisa ikut yukk .. udah kelar kan ?" ajak Mina.
" ohh ... ayokk atuh .." ucapnya dengan logat sunda yang pekat itu, karena memang Anisa keturunan orang sunda.
Kemudian mereka pun pergi bersama-sama, meninggalkan Arin dengan Brian yang sedang tertidur setelah selesai mengerjakan tugasnya.
Arin belum menyadari dirinya hanya tinggal berdua dikelas dengan Brian karena terlalu focus pada leptopnya. Tiba-tiba ponsel Arin bergetar diatas meja tertutup oleh buku miliknya. Arin melihat ada pesan masuk dari Mina yang berisi.
" Arin, tolong bilangin Brian, dia mau titip apa ? biar kita yang beliin ..!"
Sentak membuat Arin tersadar saat melihat disekitarnya sudah tidak ada siapa-siapa, hanya ada Brian yang kini sedang tertidur pulas didepannya. Ia binggung bagaimana caranya membangunkan Brian, dirinya khawatir Brian akan marah jika dibanggunkan.
" gimana ini .." gerutu Arin sambil menggarukkan kepalanya yang entah kenapa terasa gatal sesaat.
Perlahan Arin mulai medekatkan dirinya, mengulurkan tangannya untuk menyentuh tangan Brian. Jarak dari tempatnya hanya sekitar 100 cm, tubuhnya pun ikut mendekat kearah Brian, berusaha menggapai dengan tangan pedeknya.
Tiba-tiba Brian terbangun dan menampakkan wajahnya hingga mereka saling bertatapan satu sama lain. Wajahnya mereka sangat dekat. Dengan Mata yang setengah mengantuk Brian menatap wajah Arin yang terlihat kebinggungan.
Arin yang sentak langsung menjauhkan dirinya dengan cepat. Jantung berdebar sangat cepat karena terkejut. Ia bahkan tidak berani melihat kearah Brian yang sudah terbangun.
" kenapa ?" tanya Brian.
" ahh .. itu .. Mina bilang, mau titip apa dia lagi dikantin " jelas Arin dengan suara yang sedikit terbata-bata dan salah tingkah.
" nggak usah !" tolak Brian.
" ahh .. okke " ucap Arin yang langsung mengambil ponselnya dan membalas pesan dari Mina dengan panik hingga ia selalu salah saat mengetiknya.
" waoh, tadi itu deket banget .. hampir aja, ahh jantung gue .." gerutu Arin dalam hatinya yang saat ini tidak karuan.
" udah selesai ?" tanya Brian dengan nada datar sambil melipat kedua tangannya.
" eung ? ohh ..! ini .. sedikit lagi kok " ucap Arin sambil meletakkan ponselnya dan mencoba kembali melanjutkan tugasnya, walau pikirannya saat ini tidak bisa focus lagi.
" sini biar gue bantuin " ucap Brian sentak membuat Arin terkejut saat melihat Brian yang mulai beranjak mendekati Arin, hingga duduk disamping Arin yang sentak terdiam kaku.
Dan Brian mulai mengambil alih leptop tersebut dan mulai mengerjakan tugas miliknya. Arin terdiam memperhatikan Brian yang begitu focus menyelesaikannya. Beberapa kali Brian bertanya pada Arin untuk menyesuaikan keinginannya.
Tiba-tiba seseorang memangil nama Arin dari belakang.
" Arin !!"
Sentak membuat Arin dan Brian menengok kebelakang, ternyata Fathan yang sedang berjalan mendekati mereka sambil tersenyum pada Arin tapi tidak pada Brian yang menatap tajam kearah Brian yang langsung mengalihkan padangan pada leptop mengabaikan Fathan yang terlihat jelas sekali tidak menyukai dirinya berdekatan dengan Arin.
Fathan yang langsung duduk disamping Arin berusaha mengalihkan padangannya. Kembali membuat suasana menjadi tegang dan canggung membuat Arin menjadi tidak nyaman dan serba salah.
" ahh .. ini sedikit lagi " ucap Arin.
" udah selesai !" ucap Brian sambil kembali mengeserkan leptop tersebut pada Arin yang sentak sedikit terkejut.
" ohh .. makasih" ucap Arin.
" coba sini biar aku cek lagi !" ucap Fathan sambil mengambil leptop tersebut dari Arin lalu mengecek tugasnya.
Sambil menyeringai sinis " ehfk .. nggak percayaan banget sih !! itu juga udah gue cek kali .. pake dicek lagi .." ucap Brian yang kesal dengan sikap Fathan yang terlalu berlebihan.
" bukan gitu ? kan kalau dicek dua kali lebih baik " jawab Fathan mencoba untuk menahan emosinya pada Brian yang tampak memulai berdebatan, apalagi masalahnya dengan Brian kemarin belum selesai. Dimana dirinya memukul Brian dengan tiba-tiba karena salah paham.
" ahh .. gitu yaa, kenapa tadi pergi bukannya bantuin dia kalau lu ngeraguin hasil kerja dia !" ucap Brian yang semakin mencoba memojoki Fathan.
Fathan melihat kearah Arin yang kini sedang merundukkan kepalanya setelah mendengar ucapan Brian.
Sambil mengela nafas dalam, menenangkan dirinya dan mengalah dari ucapan Brian yang kekanak-kanankan itu. " maaf, tapi hasilnya bagus kok .." ucap Fathan dengan suara lembutnya sambil mengelus pelas kepala Arin yang setak mendengakkan kepalanya melihat kearah Fathan yang tersenyum padanya.
Brian yang melihat hal itu membuatnya semakin tidak tahan dan sangat ingin menjauhkan Arin dari Fathan yang terus saja melakukan kontak fisik pada Arin.
" kalian itu pacaran yaa ??" tanya Brian yang tiba-tiba karena begitu kesal, tapi ia langsung menyesali perkataannya saat melihat kearah Arin.
Arin dan Fathan yang terkejut mendengar pekataan yang tidak begitu masuk akal.
" Bukan gitu kok .. kami sama sekali nggak pacaran ! kenapa lu terus ngomong kaya gitu ?? " ucap Arin mencoba menyanggah perkataan Brian yang membuat merasa diposisi yang berat. Disisi lain ia merasa kecewa mendengar ucapan itu kembali keluar dari mulut Brian dihadapan Fathan. Dan juga ia merasa tidak enak pada Fathan yang mungkin saja merasa risih jika harus mendengar ucapan itu.
Fathan yang mendengar penolakan Arin, membuat dadanya terasa sangat perih dan sakit. Kenap Fathan merasa perkataan itu terdengar seperti mencoba menyakinkan Brian agar tidak salah paham. Disisi lain ia juga kesal, kenapa harus Brian mengatakan hal yang membuat Arin menjadi tidak nyaman berada didekatnya.
" udah jangan didengerin ucapan dia ..!" ucap Fathan yang kembali mengalah karena tidak ingin membuat perasaanya semakin terluka karena ucapan Arin.
Akhirnya Brian memutuskan untuk beranjak dari tempatnya karena merasa tidak tahan keberadan Fathan. Terdengar suara kursi yang bergeser dengan sangat keras dan kasar, membuat Arin terkejut mendengarnya dan melihat Brian yang pergi meninggalkan kelas dengan wajah yang tampak sangat kesal.
***