***
Didepan halte bus sembari meminum sekotak susu cokelat Arin sedang berdiri menunggu bus bersama dengan beberapa pekerja kantor ataupun anak sekolah disana yang juga menunggu bus.
" kayanya suka banget sama susu coklat ..?" tanya Brian yang tiba-tiba muncul dari belakang, mengejutkan Arin hingga tersedak.
" huff .. kaget nyaaa .." gerutu Arin sambil mengelus dadanya yang berdebar karena terkejut.
" .." Brian melihat Arin dengan tatapan tatapan sinis dan aneh, melihat gadis ini benar-benar gampang sekali terkejut, walau sebenarnya ia merasa bersalah karena membuat Arin tersedak tapi juga ia merasa Arin terlihat imut saat sedang batuk karena tersedak.
Tak lama Bus pun tiba dan berhenti dihalte bus, Arin pun berjalan memasuki bus dan diikuti Brian dibelakangnnya. Arin akhirnya mendapatkan tempat duduk didekat jendela, sedangkan Brian berdiri didekat supir karena bus terlihat cukup penuh.
Wajah Arin terlihat tegang dan kebinggungan karena sejak turun daru bus Brian terus saja berjalan disampingnya tidak seperti biasanya. Wajahnya terlihat santai sekali sambil memainkan game diponselnya.
Tanpa sadar Arin pun memadangi wajah Brian dari samping. Wajahnya yang tampak sangat serius memainkan game diponsel dan entah kenapa wajah dingin itu terlihat tidak menakutkan jika dilihat dengan seksama. Mungkin hanya karena matanya yang sipit dan rahang wajahnya yang sedikit lancip. Tubuhnya yang tinggi dan kulitnya yang putih bersih, jika dipikir-pikir Brian benar-benar sangat tampan.
Arin langsung menghilangkan pikiran tentang Brian diotaknya karean merasa apa yang ia pikirkan tadi sungguh tidak masuk diakal. Sejak kapan ia begitu banyak memikirkan tentang Brian, pikir Arin yang terus mengelak pikirannya sendiri.
" Arin ..!!" saut seseorang dari belakang dan sentak membuat Arin langsung menengok kesampaing kanannya. Terlihat Fathan sudah berada disampingnya sambil tersenyum cerah kearahnya membuat pikiran Arin tentang Brian sekejap menghilang.
" ohh .. Fathan !" saut Arin.
Kemudian Arin baru menyadari saat ia merasa suasana tiba-tiba menjadi dingin dan entah kenapa merasa canggung berada ditengah-tengah kedua orang yang sepertinya sedang perang dingin sejak awal masuk sekolah. Beberapa saat Arin melihat kearah Brian yang terlihat biasanya saja, tapi ia juga merasa bahwa Brian tidak menyukai keberadaan Fathan dan begitu juga sebaliknya. Hal ini membuatnya serba salah dengan suasana yang menjadi canggung, berharap waktu berjalan dengan cepat hingga ia sampai kelas.
" Sekali lagi aku minta maaf karena nggak bisa anter kamu pulang .." ucap Fathan dengan wajah murung karena bersalah tentang kejadian semalam.
" nggak kok, buktinya aku pulang dengan selamat'kan .. hehe " ucap Arin dengan senyum canggung. Ia merasa seperti tidak bisa mengelurkan semua ekspresinya saat Brian ada disampingnya.
" gimana kalau hari ini sepulang sekolah kita main ?" tanya Fathan.
Yang sentak membuat Arin sedikit cemas dengan keberadan Brian yang mendengarkan perkataan Fathan yang terdengar akan menimbulkan kesalah pahaman. Ia cemas Brian tidak akan percaya dengan ucapannya semalam.
" emm ... emm .. ".
Arin terus memikirkan jawaban apa yang akan ia berikan. Jika ia menolak ajakan Fathan, ia akan merasa bersalah tapi disisi lain ia tidak ingin Brian salahpaham atas hubungannya dengan Fathan.
Tiba-tiba terdengar suara nada dering ponsel milik Brian yang langsung menjawabnya sambil berjalan lebih dulu didepannya, Arin terdiam melihat Brian yang berbicara ditelepon dengan wajah serius dan penasaran dengan siapa Brian berbicara.
Entah kenapa perasaan menjadi tidak enak, antara sedih dan tidak sedih, antara kecewa dan juga tidak kecewa. Tiba-tiba yang lebih mengejutkan dirinya saat Brian berbalik dengan wajah datar hingga menghentikan langkanya dan juga Fathan.
" woi ! tali sepatulu ! dasar bodoh !" ucap sinis Brian yang setak membuat Arin merundukkan kepalanya, tersadar bahwa kedua tali sepatunya terlepas. Saat Arin kembali menenggakkan kepalanya, ia melihat Brian sudah jauh didepan karena langkah kakinya yang cepat.
" biar aku yang ikat ..!" ucap Fathan yang langsung mencegah Arin yang ia mengingat tali sepatunya. Fathan yang terjongkok dihadapan Arin dengan perasaan kesal akan ucapan Brian.
" ahh .. Fathan nggak usah ..! biar aku aja ! " Arin berusaha menolaknya karena tidak nyaman dirinya dipandangi oleh siswa siswi disekolah yang sedang berjalan menuju sekolah, Arin mencoba merundukkan kepalanya sambil menutupinya dengan salah satu tanganya karena tidak ingin ada yang mengenali wajahnya, jiak ada mungkin dirinya akan mengalami masalah besar.
Fathan terdiam tidak mendengarkan ucapan Arin karena merasa kesal. Sikap dingin Brian yang ia tunjukan pada Arin dan tiba-tiba selalu muncul disekitar Arin membuat semua kecurigaanya selama ini ternyata benar. Fathan merasa yakin bahwa Brian menyukai Arin diam-diam. Tetapi dirinya tidak akan tinggal diam, didalam pikirannya, Fathan bertekad tidak akan membiarkan Brian mengambil kesempatan untuk mengambil hati Arin.
Hingga akhirnya Fathan sudah selesai mengikat sepatu milik Arin, ia tersenyum tenang sambil berdiri menghadap Arin. " udah selesai, ayo !" ajak Fathan.
Arin hanya bisa terdiam melihat sikap Fathan yang sedikit aneh, saat berjalan bersama, Arin menyadari bahwa sepertinya Fathan yang saat ini yang wajahnya tiba-tiba menjadi serius seakan sedang menyembunyikan sesuatu darinya.
Setelah jam pelajaran kedua sudah selesai, kelas kembali menjadi ricuh. Ini memang masih jam belajar, tapi ada jeda sekitar 10 menit untuk setiap pelajaran. Waktu masih menunjukkan pukul 11 siang, hanya tinggal 1 jam lagi jam istirahat datang.
" BRAK BRAK BRAKK !!"
Seseorang yang mengebrak papan tulis dengan kencang.
" mohon perhatiannya sebentar !!!"
Setak semua murid kelas terdiam dan tertuju pada Josua yang adalah ketua kelas dan Amelia yang adalah seorang serkertaris. Wajahnya terlihat sangat serius seakan akan memberi tahu hal yang sangat penting menyangkut tentang kelas.
" Jangan lupa hari minggu depan kita foto untuk buku tahunan .. kalian udah tahukan alamatnya .. kalau ada yang belum minta barengan aja sama yang udah tahu tempat ! jangan lupa ! dana jangan sampai ada yang telat ..!!" ucap Amelia dengan suaranya yang sedikit cempreng itu tapi dia sangatlah galak hingga banyak yang segan dengannya.
" ada lagi satu info ! karena abis ini para guru bakak ada rapat hingga jam terakhir ...!!" ucap Josua sentak membuat semua murid dikelas berteriak kegirangan hingga ada yang naik keatas meja mendengar kabar yang sangat membahagia bagi mereka yang sudah tidak kuat dengan belajar.
" TAPIIIII ..!!!!!!! ada tapinya ..!!" ucap Josua yang langsung membuatnya mereka murung dan kesal mendengar hal itu.
" Guru-guru udah kasih tambahan pelajaran ! jadi selesaikan tugasnya dulu baru setelah itu terserah kalian mau ngapain .. tugasnya berkelompoknya !! satu kelompok 10 orang biar lebih efesien ! dan yang memilih kelompoknya kalian sendiri saja .. okke ...!!" ucap Josua.
" SIAPPPPP ...!!!"
Semua menjadi ricuh saat mereka sibuk mencari teman kelompok mereka dan menggeser meja saat sudah mendapatkan teman kelompok. Butuh waktu 10 menit hingga akhirnya mereka semua sudah mendapatkan teman kelompok masing-masing.
Tidak disangka Arin kembali satu kelompok dengan dua orang yang sedang perang dingin, Fathan dan Brian. Ini untuk pertama kalinya ia satu kelompok dengan dua orang itu. Arin yang terlihat mencuri-curi pandangan dengan Brian dengan wajah khawatir karena Brian tampaknya tidak memperdulikan keberadaanya. Ia hanya sibuk memainkan ponsel saat Fathan sedang menjelaskan dan membagikan tugas.
Entah apa yang saat ini Brian pikirkan terhadapanya, membuat Arin tidak nyaman dengan perasaannya sendiri.
***