Michella tengah sibuk memoles blush on di kedua pipinya, sementara Kate membantu menata rambut Michella dengan sangat anggun. Michella tersenyum melihat perubahan dirinya yang begitu cantik, bahkan ia masih tidak percaya jika ia terlihat begitu cantik dengan sedikit polesan make up di wajahnya.
"Selesai, kau terlihat begitu cantik." seru Kate antusias.
Michella tersenyum. "Terima kasih, Kate. Ini semua berkat bantuanmu."
"Kau tidak perlu berterima kasih, kau ini sudah ku anggap seperti adikku sendiri. Jadi apapun itu yang bersangkutan dengan mu, harus ada campur tangan aku di dalamnya."
Michella terkikik pelan, ia sangat beruntung memiliki sahabat seperti Kate. Bagi Michella, Kate sangatlah berharga bagi hidupnya. Karena Kate selalu ada untuknya di kala susah ataupun senang.
"Kate, kau memang yang terbaik untukku! Sudah banyak sekali kebaikan yang kau lakukan untukku." gumam Michella sambil memeluk Kate dengan erat.
"Ah, kau bisa saja. Sudah lah jangan rusak mascara mu, aku tidak mau itu luntur. Pergilah sekarang Mic, nanti kau terlambat. Jangan sampai kau mengecewakan pangeran tampan mu."
Michella tertawa kecil. "Baiklah, do'akan aku ya Kate. Semoga pangeran ku ini benar-benar tampan dan baik." seru Michella yang langsung melepas pelukannya pada Kate.
Kate mengantar Michella sampai ke depan lift, setelah Michella masuk lift. Kate segera kembali ke kamarnya, sementara Michella merasa berdebar-debar ketika menuju lobby.
Ketika Michella sedang memesan taksi online di depan lobby, tak lama kemudian ada seorang pria paruh baya datang menghampiri nya. Ia langsung menyapa Michella dengan lembut dan meminta Michella untuk ikut bersamanya.
"Nona Michella?." tanya pria tersebut.
"Iya benar, anda siapa ya? Kenapa anda tau nama saya?" Michella merasa bingung dan penasaran dengan pria tersebut.
"Saya di utus oleh seseorang untuk menjemput anda dan mengantar anda ke Cafe Lumiere."
Michella mengerutkan keningnya. "Benar kah?"
"Iya benar, mari Nona ikut saya." ajak pria tersebut, Michella tampak ragu.
Namun mengingat pria tersebut mengatakan tentang Cafe Lumiere, hal itu membuat Michella yakin jika pria tersebut memang utusan pengangum rahasianya.
Pria tersebut langsung membukakan pintu untuk Michella, setelah itu mobil melaju menuju lokasi restoran. Perasaan Michella makin berdebar, ia sangat penasaran dengan sosok laki-laki tersebut.
Sesampainya di restoran, sang supir langsung membukakan pintu untuk Michella. Jantung Michella semakin berdebar, karena rasanya ia semakin dekat dengan pria tersebut.
"Silahkan ikuti saya, Nona! Saya akan menunjukkan pada anda di mana Tuan X berada." gumam pria tersebut dan langsung memandu Michella.
Kini mereka berdua telah tiba di meja Tuan X, namun posisi duduk Tuan X membelakangi mereka berdua. Sehingga Michella tidak bisa melihat dengan jelas siapa pria tersebut.
"Itu Tuan X, Nona! Kalau gitu saya permisi dulu." seru sang supir yang langsung beranjak dari hadapan Michella.
Sementara Michella menghela nafas sebelum menghampiri Tuan X, ia memejamkan matanya sejenak dan kembali menghela nafas. Setelah itu barulah ia melangkahkan kakinya untuk menghampiri Tuan X.
Kini Michella sudah berada di hadapan Tuan X, namun sayangnya, Tuan X menggunakan topeng yang menutupi matanya. Michella kesulitan untuk menebak siapa orang itu sebenarnya, Tuan X langsung mempersilahkan Michella untuk duduk.
Michella pun mengiyakan ucapan Tuan X, Michella masih penasaran dengan sosok di balik topeng tersebut.
"Kau terlihat sangat cantik dengan gaun itu." puji Tuan X dengan suara berat, Michella mencoba untuk mengetahui siapa pemilik suara itu. Namun ia tetap saja tidak mengetahuinya.
Michella tersipu malu sambil mengenyampingkan rambutnya di belakang telinga. "Terima kasih, Tuan! Karena kau telah memberikan gaun cantik dan sepatu yang tak kalah cantik."
"Kau memang pantas mendapatkannya, Michella."
"Mengapa tidak kau buka topengmu itu? Bagaimana bisa aku melihat wajahmu."
Tuan X tersenyum. "Apa kau begitu penasaran dengan ku?"
Michella menghela nafas. "Tentu saja! Karena aku ingin tau siapa pria yang sudah begitu baik padaku."
"Terima kasih, karena kau sudah penasaran. Aku ingin kita menikmati makan malam terlebih dahulu, apa kau bersedia?" tanya Tuan X penasaran.
Michella tersenyum simpul. "Tentu saja! Aku mau karena aku memang sudah lapar."
"Benarkah? Kalau begitu kau boleh memesan apapun yang kau suka."
Michella hanya tersenyum sambil membuka daftar menu yang ada di hadapannya. Rasanya, ia ingin cepat-cepat selesai makan malam. Agar rasa penasarannya bisa tertebus, Michella langsung mencatat pesanannya.
Entah kenapa kali ini ia ingin sekali makan banyak dan ingin mengetes apakah Tuan X masih mau menerimanya sebagai perempuan lainnya. Setelah selesai memesan, Michella langsung menyantap semua makanannya dalam satu suapan.
Ia ingin tau, apakah Tuan X akan merasa jijik dengan perilakunya yang makan seperti ini. Namun sayangnya Tuan X malah tertawa dan hal itu membuat Michella tampak malu.
"Kau ini sangat lucu, makanlah pelan-pelan nanti kau bisa tersedak. Kau boleh memesannya lagi nanti atau mau di bawa pulang juga boleh."
Michella tersenyum dengan isi mulutnya yang sangat penuh, wajahnya memerah. Ia tidak menyangka jika reaksi Tuan X sangatlah biasa saja, maka dari itu Michella memutuskan untuk bersikap normal dan makan secara perlahan.
Setelah menyelesaikan makanan utama, tak lama kemudian pelayan datang sambil membawakan makan penutup. Michella menghela nafas, ia tampak frustasi karena yang ada di pikirannya setelah selesai dengan menu utama ia dapat melihat wajah Tuan X.
Ternyata dugaannya salah, ia justru harus menikmati makanan penutup terlebih dahulu. Michella bergegas menghabiskan makanan miliknya, setelah itu Michella meminta Tuan X untuk membuka topengnya. Karena Michella sudah sangat di selimuti rasa penasaran yang tidak bisa di tahannya lagi.
"Bisa kau membuka topengmu sekarang? Aku sudah menyelesaikan makanan penutupku" tanya Michella lirih.
"Apa kau sudah tidak sabar ingin melihat wajahku?"
Michella menghela nafas dan menganggukkan kepalanya pelan. Tuan X langsung menundukkan kepalanya, lalu membuka topeng yang di kenakannya.
Sementara Michella merasa tidak sabar, setelah Tuan X mengangkat kepalanya dan menatap Michella dengan teduh. Michella terbelalak ketika melihat seseorang yang ada di hadapannya adalah orang yang seharusnya di hindari.
"Ben Stone..." seru Michella tak percaya.
Ben tersenyum. "Iya ini aku, Mic"
Michella berusaha beranjak dari duduknya, namun dengan cepat Ben menahan langkah Michella.
"Michella, tunggu. Izinkan aku untuk bicara denganmu."
Michella berusaha memberontak. "Lepaskan aku, Ben! Aku tidak mau di penjara, bukan aku yang membuat pertanyaan seperti itu."
"Michella tenang, dengarkan aku terlebih dahulu. Aku tidak akan memenjarakan kamu jika kamu mau mendengarkan kata-kataku." Bentak Ben, sementara Michella langsung terdiam.
Ia tidak menyangka jika Ben akan membentaknya seperti itu. Ben langsung minta maaf pada Michella, sementara Michella langsung kembali ke kursinya.