Chereads / Kisah Cinta Tak Biasa / Chapter 26 - Melawan

Chapter 26 - Melawan

Cinta mulai merasa ketakutan saat posisinya kini sudah mulai terpojokan. Cinta begitu sangat berharap akan datang seseorang yang membantu dirinya terlepas dari ketiga pemburu brengsek itu.

Tapi di sisi lain, Cinta juga sudah mulai menyerah. Cinta bahkan memiliki pikiran, jika ketiga pemburu itu berhasil menodai dirinya, maka Cinta memilih untuk mengakhiri hidupnya saja.

'Hiks ... tolong! Siapa pun tolong aku! Aku mohon tolong lah aku. Jangan biarkan hal buruk dan menjijikan itu aku alami kembali. Aku tidak mau hal itu terjadi. Jika hal itu sampai terjadi lagi padaku, maka apa gunanya aku hidup di dunia yang begitu kejam ini? Aku akan memilih untuk mengakhiri hidupku saja. Aku ingin mati saja! Mbok ... tolong aku, Mbok. Mbok di mana sekarang? Saat ini aku berada dalam kesulitan, Mbok. Aku takut'. Batin Cinta.

"Haha ... bagaimana cantik? Apa kamu sudah siap? Kamu siap untuk bermain-main dengan kita? Hm ... kamu tidak usah khawatir, kami pastikan kamu pasti akan sangat merasa puas dengan pelayanan dari kami bertiga," sungut pemburu itu.

"Cuih ... jangan berani kalian mendekati diriku!" tegas Cinta.

Kemudian dengan segera Cinta pun berusaha untuk berdiri kembali. Tapi sialnya si pemburu itu langsung mendorong tubuh Cinta kembali membuat Cinta terjatuh.

"Jangan mencoba untuk kabur dari kami ya, Sayang. Percuma saja kamu melakukan hal itu, sampai mati pun kamu tidak akan pernah bisa lari dari kami. Haha ... apa susahnya sih hanya tinggal melayani kami saja? Ga usah jual mahal lagi. Hm ... atau kamu mau kami membayar jasamu itu? Baiklah, kami akan membayarnya," celetuknya.

Sontak saja kedua temannya yang lain menjadi tertawa mendengar ucapan salah satu temannya tersebut.

"Ahaha ... haha," tawa ketiga pemburu tersebut.

"Ya sepertinya kamu memang benar. Dia memang ingin sekali kita membayar jasanya itu. Kita harus membayarnya," ujarnya.

"Ya sudah, cepat keluarkan uangnya," titahnya.

"Hm ... baiklah," turutnya.

Lalu salah satu dari pemburu itu pun langsung saja merogoh kantong celananya. Dia mengambil dompet miliknya dari dalam kantong celananya tersebut. Kemudian dia pun segera mengeluarkan uang seribuan rupiah sebanyak sepuluh lembar, dan dia pun langsung saja melempar uang itu ke wajah Cinta.

"Itu ... itu uangnya. Ambillah! Kembaliannya, buat kamu saja. Simpan ya," hina pemburu tersebut.

"Ahaha ..." tawanya serempak.

"Kurang ajar kalian! Berani sekali kalian menghina diriku. Kalian akan merasakan akibatnya sendiri!" murka Cinta.

"Ck, ck, ck ... simpan saja ancamanmu itu untuk dirimu sendiri. Kami tidak butuh hal itu. Yang kami butuhkan saat ini adalah pelayanan darimu," sungutnya.

"Lalu sekarang kita tunggu apa lagi? Bukankah kita sudah membayarnya? Maka sebaiknya ayo kita menikmatinya. Kita lihat bagaimana cara kerja dirinya. Apakah memuaskan, atau tidak? Haha," tawanya.

"Ayo, daripada kita di sini penasaran, maka sebaiknya sekarang kita mencobanya secara langsung saja."

Kemudian saat itu juga, Cinta pun semakin terpojokan saja. Rasanya saat ini Cinta tidak mungkin lagi bisa untuk menghindar.

"Tidak! Tidak! Jangan mendekat! Menyingkirlah kalian semua! Jangan dekati aku! Mbok ... Mbok, tolong aku, Mbok!" teriak Cinta.

"Berhenti berharap akan ada orang yang menolongmu!"

"Ayo lah cepat. Langsung saja. Ga usah bicara lagi. Abaikan saja jika gadis itu terus berbicara. Yang terpenting saat ini adalah kita menikmati saja dirinya!"

"Ayo dah," setuju yang lainnya.

"Mbok ... Mbok! Mbok! Mbok, cepat tolong aku, Mbok! Mbok!" teriak Cinta sekeras mungkin.

Dan kebetulan sekali, saat itu Mbok Lastri sudah lumayan dekat dengan posisi Cinta saat ini. Samar-samar Mbok Lastri dapat mendengar teriakan Cinta tersebut.

"Loh, kok itu kayak suaranya Cinta, ya? Tapi untuk apa dia teriak-teriak? Apa mungkin hanya pendengaranku saja yang salah," cicit Mbok Lastri.

"Mbok! Tolong! Tolong aku!" teriak Cinta yang sudah mulai terdengar dengan begitu jelasnya di telinga Mbok Lastri.

"Astaga ... iya benar. Itu suara Cinta. Dia meminta tolong padaku. Apa yang sebenarnya terjadi? Aku harus segera datang padanya," putus Mbok Lastri.

Karena terlalu panik dan juga cemas dengan keadaan Cinta, akhirnya Mbok Lastri pun sampai menjatuhkan ramuan-ramuan yang sebelumnya telah ia cari dan kumpulkan.

Dengan sekuat tenaga, Mbok Lastri pun langsung saja berlari dengan begitu cepatnya. Dia ingin segera menyelamatkan Cinta dari bahaya.

Sementara itu, Cinta saat ini sudah semakin terpojokan saja. Cinta sudah tidak dapat bergerak ke manapun lagi.

Salah satu pemburu itu mulai menyentuh tangan Cinta. Cinta langsung menepis tangan tersebut. Tapi karena kesal Cinta telah menepis tangannya, pemburu itu pun langsung saja merobek lengan baju Cinta hingga kini Cinta seperti orang yang tengah memakai baju tanpa lengan saja. Tak hanya sebelah saja yang ia robek, tapi kedua lengan baju Cinta telah ia robek semua.

Cinta mulai meneteskan air matanya. Dia kemudian menutupi lengannya tersebut menggunakan telapak tangannya itu.

"Tidak! Tidak!" teriak Cinta.

"Sssttt ... sudah diam, mari kita coba saja."

Cinta pun didorong kembali yang membuat dirinya menjadi tidur dengan posisi terlentang. Dengan segera salah satu pemburu itu pun langsung menindih tubuh Cinta.

Baru saja dia akan menyentuh wajah Cinta, seseorang telah memukul punggungnya dengan sangat keras sampai dia kesakitan dan meringis.

"Sssshhhh," desisnya.

Melihat temannya ada yang memukul, kedua temannya yang lain pun sontak saja langsung melirik ke belakang.

Pemburu yang tadi sempat menindih tubuh Cinta pun langsung berdiri kembali.

Bagi Cinta itu adalah kesempatan terbaiknya untuk melawan. Cinta pun langsung berdiri dan mencari-cari sesuatu yang bisa ia gunakan menjadi senjatanya.

"Mbok Lastri," ucap Cinta pelan.

"Berani kalian ingin menyentuh anakku ... maka kalian sudah berani juga untuk mati di tanganku," murka Mbok Lastri.

"Haha ... nenek-nenek sepertimu mana mungkin bisa membunuh kami. Ahaha," tawanya seolah dirinya sedang menyepelekan kemampuan Mbok Lastri.

Cinta yang sedari tadi terus mencari senjata, kini Cinta telah menemukan sebuah batu yang berukuran sedang. Langsung saja Cinta pun mengambil batu tersebut. Dan tanpa banyak bicara lagi, Cinta dengan cepat langsung saja memukulkan batu tersebut kepada salah satu pemburu itu tepat di bagian kepalanya dengan begitu kerasnya.

Mendapat pukulan yang begitu keras dari Cinta, sontak saja pemburu itu langsung mengeluarkan darah di kepalanya dan dia pun langsung tidak sadarkan diri.

Kedua temannya yang lain begitu syok melihat temannya sudah tidak sadarkan diri begitu.

Melihat kondisi temannya, membuat mereka berdua menjadi meleng. Hal itu dimanfaatkan Mbok Lastri untuk melumpuhkan mereka berdua. Dengan segera Mbok Lastri pun langsung saja memukul kepala salah satunya dengan sangat keras. Setelah orang yang dipukulnya melemas dan mulai tak sadarkan diri, Mbok Lastri pun kembali memukul temannya yang satunya lagi hingga ketiganya pun kini sama-sama sudah tidak sadarkan diri.