Rico pun juga menjadi ikut tersenyum melihat ibunya tersenyum dengan begitu manis kepada dirinya.
"Nah, gitu dong, Mih. Mamih sangat cantik," puji Rico.
"Heleh ... tak usah kamu mencoba untuk merayu, Mamih. Semua itu ga akan berhasil," cuek Mamih.
"Siapa yang merayu coba? Orang Rico bicara langsung dari hati kok. Itu adalah kejujuran dari Rico, Mamih," cicit Rico.
"Hm ... udah sana, katanya mau pergi. Cepat pergi saja. Nanti keburu kemalaman. Kekasih kamu nanti ada yang ambil orang lagi," ucap Mamih.
"Astaga, jangan gitu dong, Mih. Ish ... Rico jadi was-was nih," aku Rico.
"Ya makanya, udah sana pergi," titah Mamih.
"Iya deh, Mih. Kalau gitu Rico akan pergi. Mamih jangan lupa do'akan Rico ya, Mih. Rico ingin meminta do'a dari Mamih," tutur Rico.
"Iya, Sayang, itu pasti kok. Pasti Mamih akan selalu mendo'akanmu. Mendo'akan hal yang terbaik untukmu, Sayang," terang Mamih.
"Terimakasih banyak ya, Mih. Terimakasih. Rico sayang Mamih," aku Rico.
"Hm ... ya Mamih juga sayang kamu," lanjut Mamih.
"Rico pergi ya, Mih. Assalamualaikum," salam Rico yang langsung menyalami tangan ibunya itu.
"Waalaikumsalam," jawab Mamih.
Lalu setelah itu, Rico pun segera pergi dan meninggalkan rumah.
Rico langsung mengendarai sepeda motornya. Rico lumayan kencang saat mengendarainya. Rico sudah tak sabaran lagi ingin segera sampai ke jembatan cinta itu untuk bertemu dengan Cinta sang pujaan hati.
Setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh, kini Rico pun akhirnya sampai juga di jembatan cinta. Rico langsung saja memarkirkan sepeda motor miliknya. Sementara dirinya memutuskan untuk duduk di tengah jembatan cinta saja.
"Ternyata dugaanku itu sangat benar sekali. Cinta pasti belum datang. Tapi ini sudah setengah delapan, lalu kenapa Cinta belum datang juga? Akh ... mungkin sebentar lagi juga dia datang kok. Aku akan tungguin saja dia di sini," celoteh Rico.
Waktu pun perlahan berlalu, kini tak terasa sudah tepat pukul sepuluh malam Rico berada di jembatan cinta tersebut, namun Cinta tak kunjung datang juga.
"Ini sebenarnya Cinta ke mana sih? Dia kok ga datang-datang ya?" bingung Rico. "Apa dia memang tidak akan datang? Aku harap dia tetap datang. Dia harus datang. Aku sudah menunggunya di sini. Aku sangat ingin bertemu dengannya," cicit Rico.
Rico pun akhirnya memutuskan untuk menunggu Cinta kembali di sana. Rico kembali terduduk dan menunggu kedatangan Cinta dengan begitu cemasnya.
"Astaga ... ini Cinta sebenarnya ke mana sih? Tidak seperti biasanya dia seperti ini. Aku menjadi begitu khawatir terhadapnya. Semoga dia baik-baik saja. Ini udah jam tengah sebelas loh, tapi dia ga datang juga," ujar Rico.
Sementara di tempat lain, saat ini Cinta tengah termenung di dalam kamar miliknya yang berukuran sangat kecil. Cinta masih kepikiran dengan kejadian yang menimpanya tadi siang.
"Akh ... laki-laki bajingan! Brengsek kalian semua! Aku benci kalian!" marah Cinta.
Cinta pun kembali menangis tersedu karena mengingat hal itu.
"Hiks ... hiks," tangis Cinta yang terdengar begitu memilukan. Lalu Cinta pun tanpa sadar menatap jam dinding yang terletak di balik dinding bambu kamar miliknya.
"Astaga ... ini sudah hampir jam sebelas ternyata. Mas Rico ... astaga Mas Rico. Apa dia sekarang berada di jembatan cinta itu ya? Jika benar begitu, maka saat ini juga aku harus segera datang ke jembatan cinta itu dan menemui Mas Rico. Aku tidak ingin kalau sampai Mas Rico kebingungan," ujar Cinta.
Dengan segera kemudian Cinta pun langsung saja mengganti pakaiannya.
Kali ini Cinta mengenakan dress selutut miliknya berwarna putih. Dres itu memiliki lengan pendek.
Cinta menyempatkan diri untuk berputar terlebih dahulu di depan cermin. Lalu setelah merasa dirinya sudah cukup rapih, dengan segera Cinta pun langsung saja bergegas pergi untuk menemui Rico segera.
Di jembatan cinta, Rico sudah semakin cemas dan tak sabaran saja saat menanti Cinta di sana.
"Cinta, kamu ke mana sih? Tolong jangan membuatku khawatir seperti ini. Segeralah datang padaku, Cinta. Aku mohon," ujar Rico.
Rico sudah hampir menyerah karena Cinta yang tak kunjung datang juga. Rico pun memutuskan untuk pulang ke rumah saja.
Saat Rico baru saja akan menaiki sepeda motornya, saat itu juga Cinta tiba di sana. Sesegera mungkin Cinta pun langsung memanggil Rico.
"Mas Rico," teriak Cinta. Seketika itu juga, Rico langsung dengan segera melirik ke arah sumber suara.
Mata Rico langsung berbinar saat melihat Cinta telah berada di hadapannya saat ini. Senyum pun langsung terpancar dengan begitu jelasnya di bibir Rico.
Rico pun langsung mengurungkan niatnya untuk pergi dari jembatan cinta. Secepat kilat Rico langsung saja berlari ke arah Cinta. Saat sudah berada di dekat Cinta, Rico pun langsung memeluk Cinta dengan begitu eratnya.
"Cinta ... Cinta kamu ke mana saja? Aku sudah menunggu sangat lama di sini. Aku khawatir karena kamu tak kunjung datang juga. Aku cemas, Cinta," aku Rico.
"Aku baik-baik saja kok, Mas. Mas Rico ga usah khawatir lagi ya," ucap Cinta.
"Jika kamu ada di hadapanku, kecemasanku menghilang Cinta. Tapi saat kamu jauh dari pandanganku, jujur saja aku pasti akan selalu mencemaskan dirimu," ungkap Rico.
"Tapi kita tidak bisa selalu bersama, Mas," celetuk Cinta.
"Mengapa? Mengapa kamu berbicara seperti itu, Cinta?" kesal Rico yang saat itu juga dia pun langsung melepaskan pelukannya dari Cinta.
"Mas, dunia kita itu berbeda, Mas. Banyak sekali hal yang jadi pemisah di antara kita," tutur Cinta.
"Dunia kita tidak berbeda sama sekali, Cinta. Kita berada di dunia yang sama!" tegas Rico.
"Mas Rico tidak tahu saja tentangku yang sebenarnya. Aku bukan ..." ucap Cinta menggantung.
"Bukan apa? Apa kamu bukan manusia? Kamu hantu?" kesal Rico.
"Jika aku hantu, apa kamu akan tetap mencintaiku, Mas?" tanya Cinta.
"Iya! Aku tak peduli kamu itu hantu atau bukan, yang jelas aku pasti akan tetap mencintaimu," yakin Rico.
'Tapi aku bukan hantu, Mas! Aku hanya manusia biasa yang ingin dicinta. Meski aku bukan hantu, tapi dunia kita tetap berbeda, Mas. Banyak sekali noda keburukan di dalam diriku ini. Aku hanyalah wanita kotor yang memiliki masa lalu yang begitu kelam, Mas. Aku takut setelah kamu mengetahui tentang hal itu, kamu pasti akan langsung meninggalkan diriku'. Batin Cinta.
"Lalu apa? Sekarang apa alasan untuk kita sehingga kita tidak bisa bersatu? Aku sudah siap menerima dirimu meskipun kamu itu hantu atau apapun juga. Aku tetap menerimamu, Cinta. Aku begitu sangat mencintaimu! Aku harap kamu bisa memahami cinta ini," celoteh Rico.
"Hiks ... aku hanya takut, Mas. Aku terlalu takut. Aku pun juga ingin mencintai Mas Rico tanpa adanya sesuatu yang aku takutkan, hanya saja aku tidak bisa," aku Cinta.