'Kau dan wangimu berpadu utuh
Tabungan kelak rindu
Udara mana kini yang kau hirup?
Hujan di mana kini yang kau peluk?
Di mana pun kau kini, hmm
Rindu tentangmu tak pernah pergi'
~BGM { DERE — Kota} ~
"Agni, gue gak mau ya playlist hari ini dari lo" Fey dengan segala gerutuannya yang tak usai-usai membuat Agni berdecak sebal. Tak bisakah sehari saja Fey tidak membuat Agni naik darah, entah kenapa mereka bisa berteman selama ini. Itulah pertanyaan yang selalu Agni tanyakan pada dirinya sendiri.
Tak terima begitu saja, Agni maju selangkah mendekati Fey si kang protes yang terlihat sudah terlihat bersiap-siap mencuri start memasang handphonenya, "Masih mending punya gue lah, dari pada lo yang sok-sok'an anak senja, gak ngerti musik yang lagi hype apa?" Agni memprotes galak.
Setiap kali mereka pergi bersama Fey dan Agni tak pernah bisa satu paham dalam playlist musik yang akan diputar diperjalanan. Fey cenderung menyukai musik-musik indie juga old soul, sedangkan Agni jelas tak pernah lepas dari hot playlist spotify.
Masih tak ada yang mau mengalah, keduanya sibuk bedebat dan berebut playlist siapa yang harus dipasang nanti. Membuat Tia dan Alka yang sedari tadi berdiri memperhatikan menjadi cukup lelah.
"Lo berdua bener-bener ya.., " geram Tia tak tertahankan, "mending sini bantu gue ma Alka angkat-angkat ni barang ke mobil sebelum kesabaran gue abis, terus lo bedua gue lindes pake ban tubles! " Tia berujar pedas, jelas hal ini menghentikan perdebatan sengit antar dua kubu yang sepertinya belum mencapai kesepakatan, ketika hendak melayangkan protes—lagi-lagi mereka kalah cepat dengan Tia yang langsung berujar,
"FYI nona-nona, Ni mobil—mobil gue, gue yang nyetir, jadi gue juga yang nentuin playlistnya. Lo bedua dilarang protes dalam bentuk apapun" putusnya mutlak dan final sembari berlalu meninggalkan keduanya yang tampak tak puas. Masih dengan mulut menganga yang dipaksa diam.
Alka hanya berdiri diam menjadi penonton setia, sejak tadi dirinya hanya bisa terkikik geli melihat dua orang yang mulutnya seakan tidak pernah diam itu, tercengang membatu karena ucapan Tia yang tergolong sadis dan tak terbantahkan.
"Ceh" keduanya berujar kompak, namun memilih berjalan berlainan arah, sepertinya kondisi kepala mereka sama-sama belum dingin, jadi lebih baik dibiarkan saja. Namun baru hendak melangkah sedikit menjauh, suara seseorang membuat keduanya kembali diharuskan melangkah ke arah yang sama—
"Buruan bantuin angkat!! Malah niat kabur lo bedua hah? " Tia kembali berteriak, ketika perintahnya masih belum diindahkan oleh Agni dan Fey.
"Siap ibu tiri." pada akhirnya Agni dan Fey meng-IYAKAN dengan terpaksa, kemudian berlari secepat mungkin menghampiri Fey yang sibuk dengan barang-barang di depannya. Jangan sampai macan yang udah tobat kembali jadi liar.
****
"Akhirnya...! Pergi berempat bukan lagi wacana ya?" Tia membuka percakapan basa-basi, karena sudah lima menit berlalu sejak sienta putih miliknya melaju namun belum ada tanda seseorang memulai percakapan. Ini adalah hal yang tak wajar mengingat di mobil ini ada dua orang gadis dengan frekuensi berbicara lebih banyak di banding orang normal pada umumnya jelas duduk bersanding di jok belakang. Kalau Alka yang hening itu jelas normal, tapi kalau dua orang lagi yang masih memasang wajah memberengut hingga sekarang, jelas Tia merasa seperti berada di universe yang berbeda.
"....."
"Hellawwww...Spada... YUHU... lo pada kok ngacangin gue si?" Tia melayangkan protes karena pernyataannya barusan tidak ditanggapi.
"....."
Wajahnya sesekali melirik dari spion depan ke bangku belakang melihat dua orang yang masih saling menunggungi satu sama lain—sepertinya mereka benar-benar tengah kesal. Lihat saja mulut mereka yang masih bisu.
Terkadang Tia sendiri heran dengan dua orang ini, mereka selalu saja bertengkar karena hal-hal sepele, hei seseorang tolong beritau kalau mereka sudah bukan balita lagi.
Tia menggulirkan bola matanya jengah, sesekali dia menoleh ke arah Alka sejenak, sebelum keduanya tersenyum misterius. Rupanya Alka baru saja membisikan sesuatu yang bisa memancing kedua gadis 'ambekan' itu bereaksi, "Lo bedua mau sampe kapan kayak gitu? OKAY FINE!! Gue mau puter balik aja?" ancamnya dengan seringai kejam.
"No f** way" teriak Agni memprotes, badannya kini sudah lurus menghadap ke depan, bahkan sudah akan maju ke arah Tia, sebelum aksinya dihentikan oleh seseorang disebelahnya.
"Mau ngapain lo? Gue tau apa yang ada dipikirkan lo ya..! " Fey yang masih mencengkram lengan Agni jelas curiga dengan kelakuan sohibnya—pasti dia akan melakukan aksi gak penting dan cringe seperti biasanya.
"Mau kasih aegyo dan puppy eyes biar Tia gak galak lagi" jawabnya sok imut dengan jari telunjuk di taruhnya dibibir.
Di hempasnya tangan Agni keras,"Iyuhhhh... LO KURANG-KURANGIN BERGAUL SAMA ANYA DIKELAS MAKIN-MAKIN YA KELAKUAN LO! "
Anya adalah salah satu teman di fakultas mereka yang memiliki cara bicara unik. Kalau kata Fey seperti tikus kejepit, sok imut dan suka memainkan gerak-gerik yang agak menggelikan, kalau Teringat Anya—rasanya Agni juga jadi agak merinding. Tapi tetap aksinya menggoda Fey tidak akan berhenti sampai di situ. Anggap saja ini adalah balas dendamnya karena Fey yang ngotot menolak playlistnya untuk dimainkan. Awalnya dia hanya berusaha mengembalikan suasana yang agak beku karena pertengkarannya yang sangat-sangat tidak bermutu. Jujur saja Agni sadar akan hal itu. Tapi melihat respon ekspresif plus berlebihan dari Fey, tentu saja alam bawah sadarnya memilih untuk menggoda Fey, sampai gadis itu trauma kalau macam-macam lagi dengannya.
"Hahaha... Mau juga lo gue kasih aegyo gue.. Uluh-uluh sini sayang.." Agni semakin memajukan badannya ke arah Fey dengan semangat, sedangkan Fey jelas menghindar cepat sampai kepintu, wajahnya terhimpit ke jendela, karena Agni yang tak menyerah mendekati.
"Jauh-jauh lu Agni..." Fey masih berusaha mendorong tubuh Agni menjauh, tapi ntah kenapa rasanya Agni jauh lebih kuat darinya, padahal gadis itu nomer terakhir yang akan setuju kala diajak berolahraga.
"cini aku cium.." Agni masih asik menggoda Fey sembari memajukan bibirnya seakan benar-benar hendak mencium Fey.
"Najisun!! GAK, gak sudi gue disentuh bibir perawan kayak lo..!!"
"Cih gue juga gak sudi first kiss direbut gue sama cucu nenek gayung." Ujar Agni seraya menjauhkan badannya. Mereka tak sadar bahwa aksi gila keduanya telah membuat tawa Alka dan Tia meledak tak tertahan.
"sinting lo berdua." Tia menoleh sebentar memberi komentar disela-sela tawanya yang masih belum reda.
"dihh... Temen lo aja ni yang sinting, gue mah seratus persen waras" protes Fey tak terima.
Agni ikut terkikik geli melihat raut wajah Fey yang sepertinya masih syok berat karena kelakuannya barusan.
"to be honest, orang waras gak perlu koar-koar untuk diakui kewarasannya sih Fey"
"Berisik lo babi.!"
Bukannya marah Agni justru menaruh jempolnya di ujung hidungnya dan menariknya ke atas, "oik..oik" lihatlah gayanya yang justru membalas ejekan Fey dengan pura-pura bertransformasi menjadi 'The real babi' . Tak pelak aksinya ini mengundang tawa membuncah bukan hanya dari Tia dan Alka, namun juga Fey yang tak mampu lagi menahannya.
Fey membuka jendela mobil dan berteriak kencang, "Hahahaha.. AGNI SINTING!!"
"Ya.. Ya.. Ya makasih" bukan marah Agni justru melambai-lambaikan tangannya bak aktris yang melenggang di red carpet.
****
Taman Hutan Raya Juanda selalu tampak lebih ramai saat weekend, tapi tetap saja pemandangan yang disuguhkan tak pernah membuat orang berhenti berdecak kagum dengan keindahan alam yang ada. Berbagai macam objek wisata juga ada di sini, mulai dari kuliner kopi yang cukup terkenal, wisata goa, hiking, penangkaran rusa dan juga yang terkenal bagi pengguna instagram adalah tebing keraton.
Meski tujuan mereka bertempat disini bukan satu diantaranya, mereka hanya ingin berpiknik, mengobrol ringan, sambil menikmati udara segar di salah satu paru-paru kota Bandung ini.
Agni merentangkan tanganya, menghirup dalam aroma alam yang tak bisa setiap hari ia jumpai, "hmmm... Selalu menyenangkan ya disini" matanya masih menatap pohon-pohon tinggi dan kokoh dsekitarnya, jelas bukan pemandangan yang bisa dia nikmati setiap hari, karena itulah Agni akan menyimpan setiap momen dan perasaan yang dirasakannya saat ini dalam hatinya.
"Its been a while right" Tia akhirnya ikut memerhatikan sekitar, tak banyak yang berubah, tapi bukan berarti semuanya masih sama, seperti kunjungan terakhir mereka kesini, mungkin sekitar satu tahun yang lalu. Dulu ketika mereka masih SMA mereka pernah berkunjung kesini sekali, walau belum bertaun berlalu, tapi rasanya sudah sangat lama. Rasanya mereka seperti di bawa kembali ke masa lampau.
Alka yang meski baru pertama kali ke sini ikut berdecak kagum, rasanya untuk merelaksasikan otak, tak melulu soal hiburan yang mahal, yang seperti ini justru cepat membuatnya lupa pada penat dan beban yang akhir-akhir ini hinggap diotaknya.
"enak yaa kayaknya kalau bisa tinggal di sini setiap hari." Agni mulai menyuarakan pikirannya dengan mata berbinar-binar. Desir angin yang berhembus disertai beberapa kicau burung seakan bersenandung— sungguh membuat Agni betah berada di sini. Fey yang memerhatikannya mendecih kasar, 'dasar Agni si bocah sentimentil',batinnya mengejek.
"Gak usah ngaco, orang kesini nyari ketenangan. Lah kalo lo ada di sini yang ada mereka gak akan pernah hidup tenang." canda Fey acuh dengan into nasi kelewat datar, seolah benar serius dengan ucapannya. Agni yang sudah hapal diluar kepala tentang tata cara Fey mencibir menjadi semakin bodo amat, lihatlah aksinya yang langsung melengos tak peduli— justru lompat dan berjongkok di sebelah Alka yang tengah sibuk meracik sandwich untuk sarapan mereka pagi ini.
" Al gue no sayur-sayur club." kata Agni berseru riang, saat tau sandwich yang sedang diracik oleh Alka saat ini adalah miliknya. Alka hanya menggangguk meng-IYAKAN, sudah paham—sudah hapal, Fey dan Tia memilih diam dan tidak memgungkapkan protes, biar saja untuk hari ini mereka akan membiarkan Agni sesukanya. Memang Agni dan sayur bukanlah perpaduan yang pas sejak dulu.
"ihh.. Alka kan udah dibilang gak pake sayur!"
Alka yang mendapati protes dari Agni hanya bisa mengkerut, dengan tatapan tanya yang ketara? Seingatnya dia jelas tidak memasukkan jenis sesayuran apapun dalam sandwich Agni.
"Aku gak ada masukin sayur Agni, mana sayur?" tanyanya memastikan.
"inih.." Agni mengangkat tomat cherry dari dalam sandwich miliknya dengan tatapan polos. Dan Alka hanya bisa terbengong melihat satu tomat kecil yang sudah ada dalam telapak tangan Agni.
"Astaga Agni itukan tomat bukan sayur."
"Lah emang tomat bukan sayur?" tanya Agni santai.
"setau aku tomat itu buah," suara Alka serupa bisikan, kalau seperti ini—rasanya Alka juga ragu dengan pengetahuannya tentang tomat.
"Sayur Ah.. Me think.." Fey yang sedari tadi menjadi pengamat, ikut masuk dalam percakapan, "Buah tau..!" Tia berseru tak mau kalah.
"udah-udah gak penting kok! Mau dia buah kek, sayur kek, gue tetep gak suka" Agni final menyingkirkan tomat yang ada di sadwich nya.
"Yok makannn!!!" Agni berseru nyaring, baru saja giginya menyentuh ujung dari sandwich yang ada digenggamannya, Tia lebih cepat selangkah menghentikan–
"Doa dulu Agni, blegug sia! "
"siap bundadari"
Setelahnya mereka sibuk berebut snack yang sebenarnya bisa dibagi bersama tapi justru menjadi ajang kompetisi yang menengangkan. Sesekali saling melempar ejekan terutama Fey dan Agni, Tia masih setia menjadi ibu tiri yang siap melerai, dan Alka layaknya penonton setia yang tak pernah absen memerhatikan. Tia sang model juga memaksa ketiganya untuk mengambil beberapa, sebenarnya bukan beberapa tapi banyak sekali foto aesthetic yang siap upload. Hal ini jelas penting bagi Tia demi mempertahankan eksistensi yang ada di social media miliknya.
Tia terlihat masih bersemangat melakukan photoshoot ala-ala disaat, Agni dan Alka rasanya sudah ingin berbaring, melelahkan ketika model mu meminta dipotret di setiap sudut tempat hingga tak boleh ada yang terlewat.
Mereka juga terlalu banyak berbincang sembari bergosip. Sesekali Fey dan Tia juga terlihat kepo mengenai Aurora, walau sebenarnya niat mereka hanya untuk membujuk Alka untuk pindah ke ukm musik atau bersama Tia di masuk agency model.
Fey menceritakan kesibukannya bersama rekan-rekan band nya yang kini semakin solid, dan beberapa waktu lagi mereka akan tampil dalam sebuah festival, Tentu saja hal ini membuat ketiganya bangga, mengingat perjuangan Fey yang tidak mudah untuk bisa sampai disini.
Lalu cerita Tia tak jauh dari social media, tapi yang hebat Tia saat ini menjadi satu-satunya dari mereka bertempat yang memiliki instagram terverifikasi, sudah tentu saat ini dirinya banjir endorsement dari berbagai produk.
"Eh.. Eh..foto di situ yok.. Bagus buat feed instagram" Tia menarik-narik lengan kawan-kawanya agar setuju foto dispot yang sudah diperhatikannya sejak tadi.
"gak cukup emangnya? foto kita dari tadi udah banyak banget loh Tia.." Alka memprotes lelah.
"pweese pweese sekali ini aja, okay.. Please..." bujuk nya dengan wajah melas, mau tak mau ketiganya setuju dengan hati berat setengah lantaran fisik sudah lelah karena sejak tadi Tia tak berhenti mengajak mereka untuk berforo ria. Mungkin jumlah foto hari ini udh lebih dari 1000jepretan terhitung solo foto dan foto grup, dan 700 diantaranya pastilah terdapat wajah ayu Tia, sang model dan selebgram eksis.
"Where's you're Phone?" Fey megulurkan tangannya meminta Agni mengeluarkan ponsel miliknya,
"Gantian sih, jebol kali memori gue"
"dih pelit banget sih lo, masalahnya paling cans kita kalo fotonya pake hp lo, udah siniin kagaa..!" Fey Menggeledah paksa badan Agni, mencari di kantung sebelah mana ponselnya disembunyikan. Baru beberapa langkah mereka berjalan, nada dering ponsel Agni berdering, tanpa harus melihat nama si penelepon, Agni sudah tau siapa orangnya.
" Ag, nyokap lo nelpon." Fey menoleh ke arah ya dengan wajah tak nyaman yang ketara, Agni hanya membalas Fey dengan senyum samar, "biarin aja Fey."
"Lo yakin Ag" Tia yang ikut khawatir masuk dalam pembicaraan. Agni yang melihat raut cemas dari ketiganya kembali tersenyum tipis, meski tangannya sedikit bergetar dan ritme jantungnya berjalan tidak normal Agni berusaha tenang, tak ingin melihat raut panik bercampur kasihan dari wajah sahabat-sahabatnya.
"Ehem.." ujarnya berusaha menormalkan kondisi tubuhnya yang tak pernah baik tiap kali bundanya menelepon.
"It's okay guys, hari ini aku mau rehat, mau istirahat.. Jadi please ijinin aku durhaka sebentar dengan gak angkat telepon dari bunda ya..."ucapan lirih Agni membawa langkah Fey cepat memeluk sahabatnya erat, lalu mengangguk berulang kali, disusul Tia dan Alka yang juga memeluk—seolah mengatakan 'semua akan baik-baik saja'.