Langit berwarna keruh dan jalanan yang sedikit menguarkan bau tanah adalah pemandangan yang menemani langkah Alka dan Hara sore ini. Hujan telah reda, namun sisa-sisanya tetap dapat dirasakan oleh sepasang insan yang sibuk menyiapkan kameranya untuk membidik objek di sekitar.
Hara sedikit kesal mengingat skenario yang telah ia susun kemarin jelas berantakan karena hujan mengguyur tanpa jeda sejak tengah hari tadi. Namun menatap sosok disebelahnya yang tampak tenang dan tidak keberatan Hara mengehela napas lega. Sepertinya Alka tetap menyukai suasana selepas hujan, satu hal yang tadinya sempat Hara lupakan.
Sejak tadi tidak terlalu banyak percakapan yang terjadi di antara mereka, keduanya seperti dekat secara fisik namun jauh dalam batin. Hara juga sedikitnya bingung karena sejak tadi obrolannya tidak pernah berakhir panjang dengan Alka. Setiap Hara memulai percakapan maka Alka menanggapinya dengan cuek, dan terkesan sangat pelit—seperti tidak berminat untuk bercakap-cakap dengannya.
Disisi lain, ketika Hara tengah disibukkan dengan pemikirannya sendiri, Alka diam-diam melirik lewat sudut matanya. Lelaki yang sedang berusaha dia lenyapkan dalam hatinya justru sejak tadi sukses membuatnya salah tingkah. Alka bahkan sudah bertekad untuk tidak mudah terbawa perasaan namun ada saja aksi dari laki-laki di sampingnya ini yang membuat dadanya tergelitik tidak nyaman.
Hara bersikap bak cowok romantis dalam novel atau serial drama Korea, sukses membuat Alka mati-matian menyembunyikan rona wajahnya yang bersemu. Membukakan pintu mobil, menyiapkan minuman favoritnya, dan yang paling fatal berhasil merobohkan keteguhan hatinya adalah aksi heroiknya melepaskan jaket yang melekat pada tubuhnya dan menyampirkan pada bahu Alka. Alka merasa bodoh sendiri karena pakaiannya yang memang minta dikasihani mengingat cuaca yang sedikit dingin sore ini. Mengenakan gaun selutut tanpa lengan sudah tentu membuat Hara tanpa pikir panjang lebih ikhlas jaketnya untuk dikenakan perempuan itu.
Jadi jangan salahkan Alka kalau dia lebih banyak diam hari ini. Menanggapi Hara sudah jelas tak baik untuk jantungnya, dan membiarkan perasaan mendebar itu bertahan juga adalah hal yang jelas tidak Alka inginkan. Kalau dulu dia akan menikmati setiap debar itu untuk Hara, maka sekarang bukan menikmati, Alka justru merasa takut. Jatuh cinta kembali pada Hara adalah hal yang lebih menakutkan dari patah hatinya dulu.
"Kamu masih mau jalan, atau kita cari makan dulu?" Alka terkesiap sesaat setelah Hara yang secara tiba-tiba muncul di sampingnya tanpa aba-aba. "Al..? " katanya lagi setelah Alka sadar dia belum menanggapi Hara barusan.
"Kita lanjut dulu aja, tanggung bentar lagi petang kan. Atau kamu udah laper? Mau makan sekarang?" tanya Alka balik sembari menatap intens lawan bicaranya. Hara yang seolah diperhatikan justru sibuk cengar-cengir dan kelewat bahagia, "yaudah aku ngikut kamu aja mau gimana." putusnya masih dengan senyum lebar yang membuat Alka heran dan ngeri sedikit.
"oke.." Alka menjawab singkat lalu kembali melanjutkan langkahnya, Hara yang merasa ditinggal gadisnya, menyusul cepat dengan langkah kakinya yang panjang.
****
'kling'
Bunyi lonceng membuat beberapa mata menoleh ke arah Alka dan Hara yang melangkah melewati pintu masuk. Mata Hara sibuk mencari sesuatu atau mungkin seseorang, sedangkan Alka sibuk memandangi interior kafe yang terlihat sangat kekian dan aesthetic. Seingat Alka, Hara bukanlah pecinta tempat-tempat seperti ini. Mungkinkah laki-laki itu sudah sibuk mensurvei tempat ini khusus untuknya, batin Alka geer.
"Kita duduk di sana aja gimana?" Hara menunjuk salah satu meja dengan empat kursi yang berada di tengah, tepat dibawah lampu temaram berwarna kuning. Namun Alka dengan cepat menggeleng tidak setuju, dia memilih tempat paling pojok, yang sedikit remang dan yang berada di dekat jendela. Hara yang sebenarnya tidak mempermasalahkan duduk di mana saja, sudah tentu setuju dengan cepat. Tempat yang dia sarankan tadi juga hanya asal dia tunjuk saja, mengingat kondisi kafe yang ramai, Hara hanya random menunjuk meja kosong yang lewat pandangannya.
Setelah sampai di meja yang diinginkan Alka, mereka duduk berhadapan, dan Alka langsung membolak-balik buku menu—mencari susuatu untuk disantap sesuai dengan selera lidahnya. Hara sendiri yang sudah tau apa yang akan dipesannya hanya diam memperhatikan Alka tanpa berkedip, sepertinya Hara terlalu betah untuk menatap Alka yang terlihat sangat serius menentukan makananan dan minuman yang akan dipesannya.
Begitu sadar tengah diperhatikan oleh orang disebrangnya, Alka jadi salah tingkah. Sesekali dia berdehem untuk meminimalisir rasa grogi yang tak bisa dihindarkan, atau memperbaiki letak jaket Hara yang masih menempel indah di tubuhnya.
"Udah?" Akhirnya Hara bertanya setelah melihat Alka menutup buku menu yang sudah kembali di taruh di meja. "hemm" gadis itu hanya menjawab dengan gumaman.
"Kamu mau apa? Biar aku yang pesen ke sana." Hara menawarkan diri, setelah Alka menyebutkan menu yang dihendakinya, Hara mencoba menyimpannya dengan baik dalam otaknya dan pergi melangkah untuk memesan.
Ketika Alka sedang sibuk dengan ponsel ya, Hara kembali, namun kali ini tidak sendiri. Ada seseorang di samping Hara yang Alka jelas tidak mengenal siapa orang itu. Mungkinkah teman Hara? Tapi laki-laki ini menggunakan pakaian seperti seorang koki profesional.
"Gue kira elo candaan tadi waktu bilang mau dateng ke sini!" baritone milik sang koki terdengar oleh Alka yang tidak sadar keduanya sudah duduk di hadapannya.
"Eh.. Eh siapa ni bro?" laki-laki itu kembali membuka suara setelah sadar akan keberadaan Alka di sana. Alka sedikit merunduk agak malu karena dipandangi oleh orang yang tidak dikenalnya, namun jawaban yang diberikan oleh Hara sukses membuat Alka mengangkat kepalanya, bahkan mengirim pelototan tajam ke arah Hara.
"Mantan", begitu katanya. Alka dapat melihat dengan jelas Hara memberinya 'wink' sebelum kemudian tertawa jenaka bersama rekannya. Sampai Alka menyadari laki-laki itu mengulurkan tangan ke hadapannya.
"Gue Aslan, temen SMP Hara!" Alka menyambut uluran tangan dengan senyum ramah di wajahnya, "Alka". Lelaki bernama Aslan itu mengangguk dan masih tersenyum dengan matanya yang menyipit, 'laki-laki manis juga dengan eyes smile-nya' batin Alka berbicara. Memang kalau diperhatikan Aslan itu tampan. Berkulit putih, tinggi serta memiliki alis tebal membuat penampilan laki-laki ini memukau. Belum lagi kedua matanya nya yang seolah ikut tersenyum tiapa kali bibir itu melengkung lebar, memberi nilai plus pada visual Aslan yang sudah tampan dalam keadaan bengong sekalipun.
"Oke Alka mantan-nya Hara, salam kenal." Alka yang mendengar kata 'mantan' disebutkan mengerucutkan bibirnya sebal. Matanya yang tidak sengaja menangkap senyum geli di wajah Hara yang membuatnya semakin lincah mencaci laki-laki itu dalam hati.
"Mantan gue ini temen deket Agni dkk Lan" Aslan yang mendengar nama Agni disebutkan terlihat semakin bersemangat, setau Aslan dulu jajaran Agni dkk merupakan kawanan eksklusif yang tidak bisa ditembus orang lain. Agni, Fey, dan Tia adalah three musketeers di SMP mereka dulu. Mereka terkenal sebagai tiga orang yang tak terpisah dalam keadaan apapun, dan tidak ada yang mampu menembus cycle ketiganya. Itulah mengapa Aslan kaget sekaligus semakin penasaran dengan Alka alias mantan Hara.
"Wah.. Kapan-kapan elo boleh ajak three musketeers ke sini Al." Aslan beseru semangat. Alka sendiri hanya menanggapi dengan senyuman tipis.
Baru Aslan akan memulai kembali obrolan, salah satu pelayan di kafe ini memanggilnya jadi Aslan pamit, namun sebelum pergi laki-laki itu kembali melontarkan gurauan yang membuat ekspresi Alka semakin kecut. "Ya udah, gue tinggal ke belakang dulu ya, gue kasih waktu buat para mantan untuk kembali melanjutkan sesi pedekatenya yang tertunda."
"gak usah di ambil hati." Begitu kata Hara setelah Aslan berlalu dan menghilang dibalik pintu dapur.
"Kamu juga ngapain sih ngenalin aku nya pake ngomong mantan-mantan gitu." Alka berdecak kesel disela-sela kalimatnya, sungguh dia tidak habis pikir dengan Hara yang semakin hari terlihat semakin menyebalkan, setaunya dulu Hara bukanlah laki-laki seperti ini.
" Ya tapi kamu kan memang mantan aku, emang salah?" ternyata Hara tak mau kalah, justru semakin menggoda Alka yang kini malah asik merobek-robek tisu. Kebiasaan ya kalau merasa kesal akan sesuatu.
"Ya kan bisa kenalin sebagai teman kampus atau teman ukm atau apa kek"
"...." Hara masih tersenyum lembut melihat gerak-gerik gemas Alka yang tengah merajuk. Sejak dulu Hara yang tergolong laki-laki cuek dan dingin, hanya mampu menjadi usil kalau melihat Alka merajuk karena suatu hal. Menggoda Alka terasa sangat menyenangkan karena ketika merajuk gadis itu 100kali lebih ekspresi dibanding biasanya.
"Kamu keberatan aku kenalin sebagai mantan?" tanya Hara lagi pada akhirnya. Melihat Alka yang menggangguk mantap Hara akhirnya memilih untuk mengalah.
"Yaudah maaf ya Alka-nya Hara, janji gak gitu lagi besok-besok" Hara berucap selembut kapas sembari me nepuk-tepuk puncuk kepala Alka beberapa kali.
Ketika tersadar oleh perlakuan Hara barusan Alka jadi salah tingkah dan kembali mengomel lucu, "Apaan sih pegang-pegang kepala. Gak sopan banget!" protesnya kesal.
"Iya.. Maaf lagi ya Alka"
"HARA!!" Alka tak bisa lagi menahan emosi ya kala digoda terus oleh Hara. Melihat Alka yang sudah sampai pada batas-nya, bahkan sampai memekik kesal, justru membuat Hara semakin terhibur. Tawanya kini pecah, membuat beberapa pasang mata menara ke arah mereka dengan raut penasaran. Di saat Alka merasa sangat malu dan merasa ingin pergi bersembunyi, Hara terlihat cuek dan tidak berusaha meredakan tawanya.
"Ngomong-ngomong temen kamu tadi koki di sini?"
"Yup, koki merangkap pemilik." Hara menjelaskan singkat, namun beberapa detik setelahnya ekspresinya berubah tak nyaman. Matanya memincing menatap Alka yang terlihat tampak terkesima dengan jawaban yang dilontarkan nya.
"Keren ya!" seru Alka tanpa memperhatikan raut wajah Hara yang terlihat masam. "Biasa aja ah, lebih keren juga aku. Calon dokter." serunya narsis.
Alka benar-benar akan tertawa kalau tidak memikirkan imagenya di hadapan mantan kekasihnya ini. Sejak kapan Hara menjadi berubah menjadi narsis man, padahal saat bersamanya dulu pribadi Hara sangatlah tenang.
"idih" cibiran Alka membuat mendung kembali di wajah Hara. "Jangan naksir Aslan, dia naksirnya sama Agni. Aku gak mau liat kamu patah hati." ujar Hara lantang.
"Kamu lupa, kalo kamu juga udah pernah buat aku patah Har?"