Chereads / BUCKET LIST / Chapter 19 - Bab 18 Stuck in the Moment

Chapter 19 - Bab 18 Stuck in the Moment

Agni sudah cukup sabar menunggu Jen sejak satu jam yang lalu, namun sampai sekarang laki-laki itu bahkan belum menunjukkan tanda-tanda akan segera datang. Pesan Agni juga belum dibacanya, apa lagi dibalas. Kalau tidak ingat dia sudah berjanji akan membawanya bertemu Aslan hari ini, Agni sudah akan mengirim santet online pada laki-laki itu.

"Tin..Tin..." begitu mendengar suara klakson di depan pagar kos nya, Agni bergegas keluar dengan tampang kecutnya untuk mengecek apakah itu supir yang sudah ditunggu-tunggunya sejak tadi. Benar, begitu sampai di depan teras, Agni dapat memilhat mobil Jen sudah ada di depan kosnya sekarang.

Meski dengan muka tertekuk masam, Agni tetap melangkah menghampiri Jen yang terlihat enggan keluar dari mobil. Namun begitu Agni hendak membuka pintu belakang mobil, Jen dengan sigap menurunkan kaca mobilnya.

"Duduk samping gue Ag, lo pikir gue supir." katanya marah. Tapi Agni masih masa bodo, anggap saja ini balasan karena laki-laki itu membuatnya harus menunggu selama lebih dari setengah jam. Bahkan tak ada permintaan maaf dari bibir laki-laki itu, sungguh dasar laki-laki jahat yang tidak peka.

Agni mengindahkan perintah Jen, dan dengan santai memilih duduk di kursi belakang.

"AG...!" Jen mengerang protes, tapi Agni pura-pura tuli, menyahut saja tidak. Biarkan saja laki-laki itu mengamuk, enak saja sudah terlambat mau dituruti keinginannya, memang Jen siapa.

"Whatever." Pada akhirnya Jen mulai menjalannya mobilnya setengah tidak ikhlas.

****

"Jen... JEN..!!" Agni berteriak kencang, masih saja laki-laki itu abai padanya. Hey kenapa jadi dia yang ngambek, padahal harusnya Agni berhak marah karena laki-laki itu telat menjemputnya.

Karena kesal tak di hiraukan sejak tadi, Agni maju ke arah Jen yang berlagak sok keren dibalik kemudianya. Di cubitnya keras lengannya, sampai dirinya mengaduh kesakitan.

"Agni bahaya..!!" katanya sembari menoleh dengan cepat dengan nada marah, Agni justru membalas dengan menjulurkan lidahnya mengejek. "Salah sendiri elo jadi supir gak tau diri, berani banget ngacangin majikan." Jen memutar bola matanya malas mendengar nada ejekan dari gadis dibelakangnya ini.

"Gue bukan supir lo..!" balas Jen tak terima. Sedari kamarin Agni memang sangat hebat dalam memainkan perannya menjadi wanita yang menyebalkan, semoga saja stok sabar Jen masih ada untuk meladeni gadis itu hari ini. "Lo bener gak mau pindah ke depan?" Ayolah, Jen masih berharap Agni mau duduk di sebelah, ketimbang duduk di belakang dan memerintah seenaknya. Sungguh Jen sedang tidak ingin bermain peran sebagai supir, dia bahkan sudah memilih outfit terbaiknya untuk pergi hari ini, tidak bisakah Agni melihatnya.!

"Males duduk di sebelah orang yang janjinya jam berapa, datangnya jam berapa.." sindiran Agni membuat alis Jen mengkerut bingung.

"Siapa yang telat, gue datang tepat waktu." sanggah Jen cepat. Sesekali matanya menangkap Agni lewat spion depan, dapat Jen lihat wajah Agni yang seperti menahan kesal saat dirinya mengatakan bahwa ia datang tepat waktu. Tapi memang Jen tidak merasa bahwa ia datang lewat dari jam janjian yang sudah mereka sepakati dengan banyak perdebatan sengit kemarin. Mana mungkin Jen berani datang telat setelah susah payah membujuk Agni, sampai harus menjual nama Aslan dan tiramisu buatan laki-laki itu.

"Kita janjian jam 9 tapi elo datangnya jam 10 lewat, gimana bisa itu elo bilang gak telat. Gue nunggu satu jam lebih Rajendra..!" bukannya meminta maaf, Jen justru tertawa terbahak setelah mendengar Agni berucap penuh kejengkelan.

"Kenapa lo ketawa?" tanyanya sangsi tak terima. Jen sendiri sedang berusaha keras mengontrol wajahnya yang masih saja belum puas untuk tertawa, "Because you're so funny babe, the time that we agreed last night was ten babe, not nine. You were even the one who asked for it."

HELL NO...

Agni dengan cepat membuka aplikasi chat diponselnya untuk memastikan kata-kata Jen yang sama sekali tidak ada nada keraguan di sana. Oh.. My... Holy Shit—

"Gimana?" Agni bersumpah dia dapat melihat seringaian menyebalkan diwajah tampan milih Jen saat bertatapan dengan matanya di spion. Tapi demi harga diri dirinya yang tak mungkin dia mengakui kebodohannya begitu saja di hadapan Jen—jadi Agni berusaha kembali mengatur duduknya sebelum berkata ringan, "Tetep aja lo datangnya jam 10 lewat. Elo telat beberapa menit..!"

"Fine, my bad and i am sorry okay, jadi itu alasan lo jutekin gue begitu gue baru sampe tadi?" Jen dapat melihat Agni mengangguk-angguk lucu di belakang sana. Perpaduan pipinya yang sengaja ia kembungakan dan bibirnya yang dibuat mengerucut ke depan—tampang Agni benar persis bolita umur lima tahun, menggemaskan dan super imut. Membuat Jen semakin betah memperhatikannya diam-diam.

"Jen eyes on the road.." ujar Agni setelah tau Jen sedari tadi sibuk mencuri-curi pandang padanya. Hey, Agni bukannya takut salting apa, dirinya hanya ingin celaka karena sang supir yang tidak fokus menyetir.

"Pindah duduk sebelah gue Ag, elo tau kan seenggaknya gue gak bener-bener bikin lo nunggu satu jam lebih." katanya masih dengan bujukan agar Agni berhenti membuatnya terlihat seperti seorang supir di mobilnya sendiri.

"Elo pengen banget gue pindah.?" tanya Agni asal, "Iya." jawab Jen cepat. Meski berdecak keras, Agni benar-benar melepaskan seatbeltnya dan maju melangkah ke kursi di samping Jen.

"Puas?" Agni bertanya sarkastis ketika sudah duduk manis di samping Jen. Dan Jen tak membalas dengan kata, hanya saja dari senyum lebarnya yang Agni tangkap barusan, Agni sudah tau apa jawabannya.

Agni sibuk mengotak-atik ponsel Jen yang sudah terkoneksi dengan mobilnya, mencari-cari lagu yang enak untuk ia putar, Jen juga seperti tidak keberatan Agni memegang benda yang termasuk privat itu. Rasanya seperti kembali ke masa lalu ketika mereka masih sangat dekat.

Begitu lagu milik Justin Bieber, Stuck in the Moment terdengar di telinga Jen, wajahnya dengan cepat memutar—menatap Agni yang juga sedang menatapnya. "Gue gak nyangka, elo simpen lagu ini di playlist lo. Seiinget gue dulu elo bilang lagu favorit gue ini jelek." Agni menerawang, begitu menemukan satu lagu yang akan selalu diputarnya setiap kali Jen mengajaknya night drive. Meski Jen selalu memprotes dirinya tiap kali lagu itu Agni putar, namun Agni tidak akan pernah menurut dan memutarnya berulang kali, sampai Jen hapal seluruh liriknya diluar kepala.

Stuck In the moment adalah lagu yang memiliki banyak kenangan untuk Jen. Ketika mereka mulai menjadi asing, Jen sesekali memutar lagu itu ketika merasa rindu dengan sosok Agni yang sudah terbiasa ada di dekatnya.

"Gue gak pernah bilang lagu itu jelek, gue cuma bilang itu bukan selera gue." kata Jen cuek. Sampai kapanpun Jen tidak akan mengakui kalau sebenarnya dia sudah sering memutar lagu ini, bahkan hampir setiap malam.

Agni mendengkus keras, tak percaya dengan kata-kata Jen barusan. Mulutnya kini justru mulai ikut bersenandung bersama dengan suara Bieber yang selalu menjadi salah satu penyanyi favoritnya.

I wish we had another time,

I wish we had another place

Agni dapat mendengar sayup-sayup suara Jen yang ikut bernyanyi bersamanya dan justin. Hey dan laki-laki itu tidak berbohong ketika mengatakan bahwa dia hapal di luar kepala lagu ini

But everything we had is stuck in the moment,

And there's nothing my heart can do,

To fight with time and space 'cause,

I'm still stuck in the moment with you

Begitu chorus selesai mereka nyanyika keduanya membagi tatapan bersama, dan tersenyum untuk pertama kalinya setelah pertemuan-pertemuan sebelumnya hanya diisi perdebatan dan pertengkaran hebat.

Sedikitnya Agni merasa tercubit dengan makna lagu ini yang menggambarkan keadaan mereka sekarang. Mungkin Agni bisa manyanggah dengan mulutnya tentang perasaannya untuk Jen, tapi jelas tidak untuk hatinya. Agni sudah lebih dari sekedar tau kalau dirinya terjebak pada waktu di mana dirinya Jen masih bersama-sama. Hati Agni masih tertinggal pada masa itu dan Agni baru meyadarinya sekarang, mengapa dia sulit menghapus jejak Jen dari dalam pikirannya. Karena hati Agni masih merasa nyaman dengan moment-moment terindahnya dengan Jen.