Suasana kafe semakin malam bukan semakin sepi, justru bertambah ramai. Padahal tadi saat Alka, Fey dan Tia pertama datang ke sini, kondisi kafe masih lapang, tapi kini justru tak ada satupun meja yang kosong.
Alka adalah gadis rumahan dulu saat masih di Jogja, tak pernah sekalipun dia pergi keluar rumah sampai larut, tapi saat dirinya mulai berkuliah di Bandung, hari-harinya justru jarang dia habiskan dalam kos saja, ketiga teman dekatnya kerap membuatnya yang sebabnya termasuk kalangan mager harus beranjak dari kasurnya.
"Mata lo bakal copot kalau terus ngeliatin Seth gitu." sindir Tia pada Fey yang terpergok memandangi meja Seth bersama seorang gadis yang Fey tau dari Alka bernama Yasmin.
"Siapa yang liatin setan, gue cuma kasian sama si cewek yang harus jadi korban kebajingannya Seth." bantah Fey cepat.
Mendengar cerita tentang Seth dari mulut Fey, Alka jelas sempat terkejut, saat tau reputasi buruk laki-laki itu di masa lalu.
Player, tukang selingkuh, bad boy, termasuk dalam orang yang hobi membuat rusuh jelas tidak seperti image yang ada dalam benak Alka saat pertama kali berkenalan dengan Seth. Menurut pandangannya sebagai orang asing, Seth terlihat seperti lelaki kekinian yang supel dan menyenangkan untuk diajak berteman.
"Elo juga harus hati-hati Al, tadi itu curut ask for your number right..? Kalau dia udah mulai macem-macem, better you tell us." peingat Fey untuk Alka, wajahnya menggambarkan keseriusan dari ucapannya barusan, mau tak mau Alka menggangguk patuh mengiyakan.
Meski terlihat mengerikan setelah mendengar cerita Fey dan Tia tentang Seth, tetapi Alka masih percaya bahwa laki-laki itu tidak seburuk seperti reputasinya.
"By the way, Seth itu sepupunya Jen kan?" Alka bertanya basa-basi, berusaha mengalihkan pembicaraan mereka yang tak beekesudahan tentang ke makasiatan Seth.
Poor Seth dengan segala track recordnya.
"Yup, dan sama-sama jerk, but still Seth the worst."
Ternyata usaha Alka tidak berhasil, still Seth and Jerk episode for tonight.
"Elo tau gak Al, gue bahkan bukan satunya-satunya selingkuhan Seth waktu itu, seiinget gue dia bahkan macarin 4 cewek diwaktu yang bersamaan, and stupid things is i don't even know. Gue bahkan gak percaya biarpun Agni udah jelasin bahkan kasih gue bukti-bukti foto. Rasanya gue mau jedutin kepala gue ke dinding kalau inget. " seru Fey bersemangat, matanya sesekali menerawang, seperti mengingat kebodohan yang pernah dilakukannya di masa lalu.
Menanggapinya Alka hanya tertawa pelan, benar-banar kasihan dengan pengalaman menyakitkan yang di alami oleh Fey. Hey bahkan pengalamannya di masa lalu tidak jauh lebih baik.
"Elo harus tau Al, dia bahkan sampai berantem ma Agni cuma gara-gara Seth, dia nuduh Agni jealous, pahadal jelas-jelas Agni bucit akut sama Jen." Tia berujar geli. Tapi memang setiap mengingat permusuhan antara Fey dan Agni, Tia tidak bisa menahan tawanya mengingat betapa konyolnya mereka berdua dulu, terutama Fey dengan cinta buta ya untuk Seth.
"Please gue gak mau nginget sih, itu dulu gue emang bodoh banget."
Alka jadi sedikit iri karena dulu dia belum mengenal mereka bertiga, seandainya saja Alka sudah menjadi bagian dari pertemanan ini sejak dulu.
"Tapi inget Agni sebucin itu ma Jen, masih suka sangsi nginget mereka jadi musuhan gini." kata Tia sembari tersenyum masam, mengingat hancurnya hubungan Agni dan Jen karena ulah orang jahat bernama Lavinka selalu berhasil membuat Tia emosi.
"Yah padahal kalau diingat-inget Jen juga bucin banget ma Agni, he's always make her his priority over anything and anyone." Fey menambahi ucapan Tia.
Sebenarnya banyak hal yang terjadi antara Agni dan Jen belakangan ini yang tidak diketahui oleh Fey dan Tia, tapi bukan tempat Alka untuk bercerita, biar nanti Agni saja yang menjelaskan kepada keduanya.
"Hey bahkan dia gak pernah selingkuh satu kalipun meskipun dia player tingkat akut like Seth, Just because Agni hate cheaters, so he never dong that."
"Yeah, i remember that," Tia berujar sembari menikmati Hot chocholatenya yang tinggal separuh.
"Hey, how about Hara..? Elo juga bucin banget ma dia dulu."
Mendengar nama seseorang yang familiar di otak dan hatinya membuat Alka mematung ditempat, meskipun dia tau seseorang bucin yang Fey maksud adalah Tia dan bukan dirinya.
"uhukk. Uhukkk..." tak hanya Alka rupanya Tia juga lumayan kaget mendengar nama Hara dipercakapan mereka, bahkan dirinya sampe tersedak coklat panas yang sedang diserutupnya, "Ya gak gimana-mana, namanya juga cinta monyet." bantahnya kesal.
"Oh... Kirain elo mau berusaha lagi, siapa tau lo gak tertolak setelah mencoba sekali lagi." kata Fey mencoba menggoda Tia lagi.
Bukannya merasa senang, Tia memberikan tatapan tajam pada temannya itu, yang benar saja mencoba sekali lagi. Tertolak di masa lalu saja sudah menghancurkan harga dirinya apa lagi harus ditolak sekali lagi, bisa-bisa dia akan trauma dan melajang seumur hidup.
"HELL NO.. Gue lebih prefer dikejar daripada mengejar."
"Well, lets see.." kata Fey dengan nada tak yakin, karena menurutnya Tia masih memiliki sedikit perasaan untuk Hara—cinta pertamanya. "Elo sendiri udah pernah ngobrol ma Hara belum Al..? Agni pasti ngenalin elo ke dia, karena selain Jen teman maniak motret Agni dulu itu ya Hara."
Mendapat pertanyaan begitu, Alka bingung harus menjawab seperti apa. Walau sebenarnya Alka ingin menjawab jujur dan menceritakan bahwa Alka adalah mantannya di masa lalu, jadi dia tidak perlu Agni untuk mengenalkan mereka berdua. Tapi melihat gelagat Tia yang sepertinya masih menaruh hari untuk Hara, Alka jadi enggan untuk bercerita. Takut dengan reaksi yang diterimanya nanti.
"Aku ma Hara lumayan sering ngobrol, karena kita satu kelompok untuk tugas hunting foto pertama." pada akhirnya Alka memutuskan untuk menyimpan ceritanya untuk nanti.
"Wow, seriously....? Menurut lo dia orangnya gimana..." Fey bertanya excited. Senyuman tak pudar dari wajah perempuan berambut ash gray itu.
"Ehmmm Hara such a nice person, dia sopan dan terlihat pro banget dalam hal motret, aku belajar banyak dari Hara." kata Alka berhati-hati. Dan Hara berkata jujur kalau memang Hara lah yang mengajari cara memotret saat mereka masih bersama dulu.
"Wah. Wah.. Emang pesona Hara tu kuat banget ya, Alka nyeritainnya aja kayak kagum banget gitu.." Fey berseru senang, tapi dilihat dari gelagatnya dia sedang mencoba menggoda Tia yang sedari tadi pura-pura tak mau peduli saat nama Hara disebut-sebut.
"Hemmm.. Ya gitu, Hara emang bener baik kok" Alka kembali berujar hati-hati, matanya melirik Tia sesekali, menunggu reaksi dari temannya itu, tapi nihil Tia masih sibuk dengan ponselnya sendiri seperti enggan masuk dalam obrolan.
"But wait, kalau kata lo ada kelompokkan di tugas pertama, Agni satu kelompok sama siapa?"
OH.... Matilah Alka dengan segala rahasia Agni..!!
Alka lupa kalau Fey adalah orang yang detail dengan segala informasi yang diterimanya, kalau sudah seperti ini, bagaimana lagi dia bisa mengelak.
"Agni... Itu... Hmm.. Agni sama..." belum sempat Alka menyelesaikan kalimatnya Fey sudah memotong dengan mata memicing tajam.
"Jen, jangan bilang Agni satu kelompok sama Jen..?"
Tak perlu menunggu jawaban dari bibir Alka, Fey jelas sudah tau apa yang ada dipikirkan gadis itu.
"Shit.!" makin Fey kesal, bahkan dia sudah berdiri dari kursinya sekarang.
"Calm down nyet, elo mau marah sekarang juga percuma, Agni gak ada di sini, Jen juga." Tia berucap berusaha menenangkan temannya yang kelewat emosi itu.
Sebenarnya Alka tidak sampai hati untuk membuka rahasia yang berusaha ditutupi oleh Agni, tapi dia juga berada diposisi yang tidak bisa mengelak apalagi berkelakar bohong.
"Jangan bilang dia sekarang lagi pergi berdua sama Jen, bilang kalau pemikiran gue salah." Fey kembali menatap Alka tajam.
Sekuat tenaga Alka berusaha mengendalikan ekspresinya agar tidak mudah terbaca oleh Fey yang sialannya selalu mudah menebak isi kepala orang lain.
"Enggak Fey, kemarin kita perginya rame-rame, ada aku sama Hara juga."kata Alka akhirnya hati-hati.
Melihat raut Fey yang masih mengeras Tia berusaha menarik tubuh Fey untuk duduk kembali ditempatnya, bagaimanapun mereka sudah menjadi tontonan orang-orang disekitar saat ini." Duduk Fey, elo harus bisa kendaliin emosi lo. Elo gak lihat itu muka Alka udah pucat gara-gara lo pelototin." Bisik Tia ke telinga Fey.
Begitu sadar akan kelakuannya, Fey mendesah napas panjang, buru-buru dia meminta maaf pada Alka karena tadi sempat membuat gadis itu ketakutan, meskipun Fey sama sekali tidak memiliki maksud seperti itu.
"Jadi kalian hunting berempat.?" tanya Fey setelah dia duduk kembali.
Alka hanya bisa menggaguk pelan hati-hati, mungkin setelah ini Agni akan mengamuk padanya yang tanpa sadar sudah membuka satu lagi rahasia mereka.
"Wait... Elo tau Al gimana pembentukan kelompok di buat, karena Agni gak mungkin mau satu kelompok dengan Jen, kalau bukan karena terpaksa banget..." Tia ikut bertanya sesuatu setelah menemukan sesuatu yang janggal menurutnya.
"Kita gak tau gimana sistemnya, tapi semua sudah diatur sama senior di sana." Jelas Alka apa adanya, sebenarnya Alka tahu kalau Jen memanipulasi pembentukan kelompok lewat Seth, tapi tak mungkin kan dia mengatakan yang sejujurnya.
"Hah, udah gue duga.. Jangan bilang ini akal-akalan Seth, elo tau kan dia punya kuasa buat ngerencanain semua ini, Agni dan Jen terus Alka ma Hara yang notabenenya sahabat dua orang itu juga dijadiin satu kelompok, terlalu fishy kalau ini cuma kebetulan aja. "
Satu lagi yang Alka lupakan, kalau Fey merupakan seseorang yang detail maka Tia adalah pengingat yang baik. Rasanya Alka sudah mau pulang saja ke kosnya sekarang.
"Waw..." tiba-tiba saja Fey bertepuk tangan ria, Alka menjadi semakin was-was dibuatnya.
"Mau ke mana lo...?" tanya Tia cepat setelah melihat Fey beranjak dari duduknya.
"Mau nyemperin sang sumber masalah yang kebetulan ada di sini."
Ohhh...
Alka benar-benar melihat senyum jahat dari wajah Fey saat mengatakannya.
Ingat itu bukan hanya ilusinya semata.
"Enggak.. Enggakkk... Jangan gila lo, kita masih butuh konfirmasi dari Agni.!" Tia berdecak tak setuju, dan masih sekuat tenaga menahan Fey untuk tetap diam di tempatnya.
Dalam hati Alka sudah merapalkan doa tak berkedusahan, meminta pada Tuhan semoga saja tidak benar-benar akan terjadi huruhara di sini.
Tapi memang tidak semua doa manusia bisa dikabulkan oleh Tuhan dengan cepat, seseorang yang baru muncul dari balik pintu membuat Alka benar-benar ingin menenggelamkan dirinya saat ini juga.
Jen bersama seorang perempuan yang mengapit lengannya erat jelas bukan pertanda baik untuk bisa membuat Fey tetap tenang.