Chereads / BUCKET LIST / Chapter 28 - Bab 27 Coincidence

Chapter 28 - Bab 27 Coincidence

"Bisa lebih cepat gak sih lo?" Agni berseru panik disebelah Hara yang saat ini memegang kemudi. Setelah mendapatkan telepon dari Alka yang memintanya pergi ke kantor polisi, Agni menjadi tak tenang.

Alka memang tak sempat menyampaikan apa kiranya yang membuat gadis itu ada di sana, dia hanya sempat mengatakan kalau Fey bertengkar lalu sekarang ada di kantor polisi, untuk jelasnya Agni juga tidak tahu, mau bertanya juga tidak sempat, suara Alka yang panik dan terdengar bergetar membuat Agni jadi ikut panik dan segera menyeret Hara juga Aslan untuk pergi dengannya.

Bahkan Aslan yang sudah punya tamu reservasi malam ini, harus rela meninggalkan kafe-nya kepada para pegawainya karena tak tega melihat ekspresi Agni yang sungguh menyedihkan sekaligus menyerahkan. Lihat saja gadis itu yang sejak tadi membentak Hara karena menurutnya Hara menyetir sungguh lamban.

"Elo bisa gak sih gak berisik, gue butuh konsentrasi..!!"gerutu Hara kesal. Bagaimana tidak, telinganya sudah kebas karena omelan dari Agni yang tiba-tiba menjadikan supir dadakan.

"Ag, elo yang tenang. Coba tarik napas." pinta Aslan pelan dari kursi belakang. Semoga saja dia tidak ikut kena semprot karena mencoba menasihati Agni yang sedang dalam mode ganas.

Tapi bersyukurlah Aslan karena sepertinya Agni sudah agak melunak, gadis itu menuruti perintahnya untuk mengambil napas perlahan untuk meredakan kekisruhan hatinya yang sedang dalam keadaan parah.

Sebenarnya ini bukan pertama kalinya Fey terkena masalah sampai melibatkan polisi, saat mereka duduk di bangku SMA, sudah lebih dari tiga kali Fey bolak balik kantor polisi karena perkelahian atau masalah balapan liar. Memang satu teman Agni itu sedikit liar dan menakutkan. Fey bahkan bisa membuat laki-laki yang bersikap kurang ajar pada Tia dulu dirawat di IGD karena luka dikepalanya. Beruntung papa Fey adalah orang yang namanya cukup terpandang hingga dia bisa selalu lolos dan tidak dikeluarkan dari sekolah.

"Sekarang elo bisa cerita gak kenapa kita harus ke kantor polisi?" tanya Aslan yang pada akhirnya berani buka suara, di liriknya Agni dari kaca spion untuk menelisik bagaimana gurat gadis itu. Sepertinya sekarang Agni sudah lebih rilex.

Agni menoleh sebentar ke belakang, sebelum kembali membalikkan badannya ke arah depan, dapat dilihatnya Hara diam-diam ikut melirik ke arahnya lewat sudut mata pria itu, "Fey, gue gak tau kenapa. Kata Alka dia di bawa ke kantor polisi gara-gara berantem."

"Fey?" tanya Aslan lagi memastikan, dan Agni mengangguk cepat setelahnya, meskipun mungkin Aslan tidak melihatnya. "Hmm... Dari suaranya Alka kelihatan panik banget, gue jadi ikut gak tenang. Makanya sorry kalo gue ngomel-ngomel dari tadi." Agni sebenernya sadar kalau sejak tadi dia bersikap menyebalkan. Sembarangan memaksa kedua laki-laki itu ikut dengannya tanpa mau menjelaskan apa yang terjadi. Jadi sekarang Agni agak merasa malu kalau ingat dia sudah bersikap cukup kurang ajar. Semoga saja Hara tidak benar-benar menendangnya dari mobil seperti ancaman pria itu tadi.

"Gue ngerti, yaudah semoga aja apapun itu gak seburuk yang lo bayangnya." kata Aslan coba menenangkan.

Dan Hara yang sedari tadi diam, tiba-tiba menekan pedal gasnya keras dan membuat kecepatan mobilnya menjadi lebih cepat, untung saja Agni dan Aslan sudah mengenakan sabuk pengaman, kalau tidak mungkin keduanya sudah terjungkal ke depan karena kaget.

"Wow bro... Calm down.." seru Aslan sedikit takut.

Tak mempedulikam seruan Aslan, Hara tetap memacu pada mobilnya dengan langkah cepatan yang cukup tinggi. Mendengar Alka yang menghubungi Agni membuat hati Hara tak tenang.

Sementara Agni di sebelah Hara tak ikut protes seperti Aslan. Dirinya sudah terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri yang tak bisa tenang sekeras apapun dia mencoba, baginya sampai di kantor polisi lebih cepat adalah yang terbaik untuk bisa dilakukan.

****

Kantor Polisi~

Begitu mobil Hara sudah terparkir dihalaman kantor polisi, Agni buru-buru turun dari dalam mobil tak menghiraukan panggilan Aslan yang menyerukan namanya. Dan ketika gadis itu sampai di pos tempat di mana Alka dan teman-temannya berada Agni melihat Alka yang duduk di sebuah bangku panjang bersama Tia. Tapi yang aneh di sana juga ada Sean dan kakak tingkatnya, si gadis berwajah antagonis.

Tak ingin terlalu larut dengan pikirannya yang berkecamuk, Agni dengan cepat menghampiri Alka.

"Hai..." sapanya dengan napas terengah-emgah. Begitu dia menyapa Alka langsung memeluk Agni erat begitu pula dengan Tia. Sejak tadi keduanya tidak tenang karena meski bukam mereka tapi Fey —sahabat merekalah alasan mereka berada di sini.

"Gue gak lama kan?" tanyanya yang langsung di jawab gelengan cepat oleh Alka dan Tia.

"Elo sama siapa ke sini?" tanya Tia, karena khawatir kalau temannya tadi ke sini seorang diri.

"Tuh.. Sama mereka.." tunjuk Agni kepada dua orang yang ada di belakangnya. Hara dan Aslan yang juga sama dengan Agni, berdiri namun napas mereka masih terengah-engah. Seperti habis diminta lari ribuan kilometer.

"Hara.." bisik Alka lirih, saat tau salah satu dari orang yang bersama Agni adalah Hara, juga Aslan seseorang yang sudah sempat di kenalkan oleh Hara kepadanya.

Mendengar bisikan Alka, Agni mengangguk pelan. Semoga saja Alka tidak salah paham karena dia bisa datang ke tempat ini bersama Hara.

"Kok lo bisa?" akhirnya Tia bersuara sama seperti isi hati Alka.

"Panjang ceritanya." ujar Agni cepat, "Fey gimana? Kok bisa sih?" Agni balik bertanya kepada kedua temannya.

Karena ikut penasaran Alsan dan Hara ikut mendekat untuk mendengarkan. Saat Hara maju mendekat beberapa saat matanya sempat bersitatap dengan mata Alka yang juga sedang menatapnya. Sampai Alka lebih dulu memutus pertemuan kedua bola mata itu.

Sejujurnya ada rasa tak nyaman di dalam hati Alka melihat Hara datang bersama Agni, tapi buru-buru dia hapus pemikiran itu. Bagaimana bisa yang dia cemburui itu sahabatnya sendiri. Yang lagi tau tentang kisahnya dan Hara.

"Elo tau kan gimana emosionalnya temen lo itu," Jelas Tia tentang perkelahian Fey tadi.

"Ya gue tau, tapi apa sumbunya?" sahut Agni kesal karena Tia tidak banyak memberikan penjelasan.

Kalau soal emosi Fey yang suka out of control, Agni sudah tidak asing dengan hal itu. Fey itu ratunya mengambil saat mereka masih duduk di bangku SMA. Tidak terhitung berapa kali anak itu bolak-balik masuk dan keluar dari BK. Tapi Fey bukan tipe bar-bar yang menyerang seseorang tanpa alasan yang jelas, pasti seseorang sudah melakukan sesuatu yang keterlaluan sampai anak itu bisa mengamuk sampai harus di bawa ke kantor polisi.

"Teman lo itu emang gak jelas, gak ada angin gak ada ujan tau-tau ngamuk ke Sean." Bukan Tia yang menjawab, Agni justru mendengar suara yang paling tidak familiar untuknya justru bersuara. Yasmin—kakak tingkatnya yang sedari tadi menempel dengan Sean.

"What do you mean?" tanya Agni dengan mata memincing. Mendengar seseorang memberikan penilaian buruk tentang sahabatnya membuat Agni siap mengamuk kalau saja Alka tidak menahan lengannya. Sama seperti dirinya yang coba di tenangkan orang-orang di sekitarnya, Sean juga mencoba mengingatkan Yasmin untuk lebih berhati-hati saat bersuara.

"Loh aku cuma ngomongin fakta, dia tau-tau datang ke meja kita, ngamuk kayak orang gak punya etika." Yasmin berkata lagi, kali ini kepada Sean yang memintanya untuk tenang.

Tak tahan dengan mulut perempuan itu, Agni dengan cepat melapaskan pegangan tangan Alka dan Tia.

" Jaga mulut lo, "tunjuk Agni marah tepat ke depan wajah Yasmin, dia sudah tidak peduli dengan tatakarama atau apapun itu. Menjelekkan sahabatnya berarti berarti orang itu mencari masalah dengannya." Elo bahkan gak kenal Fey, jangan bicara seolah-olah lo kenal temen gue sialan..!! " Makinya tepat pada Yasmin yang masih ditenangkan oleh Sean.

"Elo bener-bener gak punya sopan santun ya, gue lebih tua dari lo..!! Yasmin kini sudah ikut berdiri di hadapan Agni. Keduanya saling melempar death glare tanpa ada yang mau memutus terlebih dahulu.

Sampai sebuah suara membuat Agni lepas dari fokusnya dan beralih kepada orang itu,

"Agni." bariton yang familiar di telinganya membuat Agni menoleh cepat mencari keberadaan seseorang yang memanggil namanya. Meski dia tidak dalam kondisi percaya dengan apa yang didengarnya tapi begitu mendapati orang itu benar berdiri di sana, dengan beberapa luka di wajahnya Agni sadar bahwa benar yang di lihat bukan hanya ilusi semata.

"Jen." katanya tanpa sadar.

Tak hanya Agni, Hara dan Aslan juga semua yang ada di sana juga ikut menoleh kearah Jen yang kini berjalan melangkah mendekat ke arah Agni.