~Beberapa jam sebelumnya~
Hara menunggu cukup lama di pintu sebuah unit apartemen yang beberapa waktu ini cukup sering menjadi tempat persinggahannya saat dirinya merasa kesepian.
Berhubung Hara belum punya banyak teman di kampus, pergi bersama Jen atau mengunjungi apartemen mewah milik laki-laki adalah pilihan terbaik.
Tapi sudah hampir lima menit dirinya menunggu, tidak ada tanda-tanda Jen akan mempersilahkannya masuk.
Apa Jen sedang keluar, pikirnya kemudian. Sampai ketika dirinya mau berbalik pulang, suara pintu terbuka membuat niatnya batal.
"Lama banget lo bukain pintu, lagi apa sih lo..?" gerutu Hara cepat saat wajah Jen sudah terpampang nyata dihadapannya.
"Elo ngapain ke sini malam-malam?" Bukan menjawab pertanyaan yang Hara ajukan, Jen justru memberikan pertanyaan kembali.
Walau ketika ditelisik raut wajah Jen seperti orang yang tengah kebingungan juga ada gurat takut yang bisa Hara tangkap.
"What's wrong dude? Gue kan emang biasa nyamper."
"Yeah, but it's not the right time." Jen berdecak frustrasi.
"Let me it." Bukan Hara namanya kalau tak mamaksakan keinginannya. Bahkan tubuh yang Jen terkena tabrakan dari tubuhnya tidak dipedulikan.
Ketika Hara sampai diruang tengah apartemen Jen, matanya memincing ke arah satu benda yang dia tahu itu jelas bukan milik sahabatnya.
"Jadi elo bawa cewek ke apartemen makanya larang gue masuk?" Hara menyeringai menatap Jen yang semakin salah tingkah.
"Jangan bilang itu Agni, Where is she?" mata Hara berpendar ke seluruh ruangan apartemen Jen yang sialnya tidak kecil. Hara yakin kalau pemilik tas selempang mini berwarna hijau mint itu milik Agni. Meskipun Hara agak sangsi, karena Agni yang dia kenal bukan tipe perempuan pecinta benda-benda lucu berwarna cerah seperti itu.
Begitu Hara menemukan Agni dimanapun, matanya kembali menatap ke arah Jen penuh curiga. "Don't tell me she's in your room..?" tanyanya dengan nada tidak percaya.
Melihat Hara yang tak mau menyerah akhirnya Jen mencoba mendekati temannya itu. Dari awal dia sudah tahu menutupi sesuatu dari temannya ini bukan hal yang baik.
"Bukan Agni, yang ada di sini bukan Agni." katanya pelan.
Hara yang masih butuh memproses kata-kata Jen barusan, mengkerutkan dahinya samar. Lalu kalau bukan Agni lantas siapa perempuan yang ada di kamar Jen?
"What The Fuck."
"Don't tell me elo habis ons, but its to early to Fuck someone dude..!!" seru Hara tak percaya.
"Hey.. Gue belum sebajingan itu untuk bikin anak orang rusak. Yang ada di kamar gue Lavinka." aku Jen pada akhirnya.
Jen bahkan sudah siap kalau-kalau Hara memakinya setelah ini. Bagaimanapun dia sudah membongi sahabat ini tentang hubungannya dengan Lavinka.
" Who's Lavinka?? Lavinka mantan lo? "
" Yeah, Lavinka yang pernah gue ceritain. But there's something that I lied to you Hara, she'not my ex, she's my girlfriend."
Beberapa detik tak ada yang bersuara. Hara masih butuh memproses fakta yang baru saja Jen lemparkan padanya. Bagaimana bisa laki-laki yang mengaku ingin kembali memperjuangkan Agni justru masih menjalin hubungan dengan seseorang yang paling dibenci wanita itu.
Jen pasti sudah tidak waras.
"Gue gak tau elo sebajingan ini." Hara terkekeh pelan, mantap wajah Jen penuh amarah.
Bagaimanapun Agni adalah sahabat perempuan pertama yang Hara punya. Dan dengan brengseknya sahabatnya yang lain melakukan tindakan paling pengecut yang pernah Hara tau.
" I have my own reason, elo gak bisa judging gue seenaknya." Jen balas menatap obsidian Jen tak kalah tajam. Matanya memberikan kilat tak terima kala ketulusannya untuk kembali berjuang untuk Agni selalu di anggap remeh.
Jen tau tindakannya pengecut, brengsek atau apapun itu, tapi Jen juga sedang mengusahakan semuanya, dia hanya perlu dipercaya.
"Gue cabut..! Dan elo sebaiknya jauhin Agni mulat sekarang."
"Sialan.." belum sempat kaki Hara melangkah lebih jauh, Jen lebih dulu menyusul Hara dan mencengkram kerah kemeja yang dikenakannya.
"Elo gak berhak larang gue sialan, elo bukan siapa-siapa Hara, elo bukan.!!"
Meski Hara mencoba sekuat tenaga melepaskan cengkraman Jen di lehernya, nyatanya kekuatan Jen dalam kabut emosi bisa mengalahkannya yang memegang sabuk ilmu hitam salah satu ilmu bela diri.
Begitu Hara berhasil melepaskan diri dari Jen, bukannya takut laki-laki justru balik mengancam, "Elo juga bukan siapa-siapa dia Jen, elo harus ingat. Agni bahkan alergi dengan kehadiran lo."
'Brukkk...'
Cukup sudah Jen sudah tidak tahan dengan segala perkataan Hara yang menyakiti hatinya.
Dilayangkannya tinju keras kepipi Hara, hingga sudut bibir laki-laki itu mengeluarkan darah. Jen dapat melihat Hara yang menatap nyalang ke arah matanya. Dalam hati Jen juga menyumpabi dirinya sendiri yang tak bisa mengendalikan emosi.
Tak terima dipukuh oleh Jen, Hara bangkit—berdiri—dan ikut melayangkan pukulan diwajah Jen.
Mereka terus membalas satu sama lain dengan tinju keras, bahkan tak peduli kini wajah keduanya sudah babak belur karena perkelahian yang mereka lakukan. Mereka baru berhenti saat teriakan seseorang menyadarkan keduanya dari situasi yang cukup panas diantara keduanya, untuk pertama kalinya.
"Oh my god...!", "Jen what are you doing"
Tanpa harus menolehpun Hara tau siapa pemilik suara itu, sudah pasti itu Lavinka, kekasih Jen yang coba disembunyikannya darinya.
Sesungguhnya alasan kemarahan Hara bukan hanya persoalan Jen yang bersikap bak seorang bajingan pada Agni, tapi juga sikap pengecutnya yang menyembunyikan status sialannya dengan perempuan ini. Jen bahkan mengatakan mereka sudah lama putus dan meminta Hara membantunya mendekati Agni kembali.
Meski awalnya ia sempat marah setelah tau alasan mengapa Jen tak lagi dekat dengan Agni, tapi melihat Jen yang terlihat begitu tersakiti Hara menjadi tidak tega dan memang berniat mengembalikan hubungan baik diantara sahabat-sahabatnya itu, tapi kalau sudah seperti ini, Hara seperti tidak punya lagi alasan untuk membantu Jen menyelesaikan permasalahannya.
Ketika Lavinka mendekat ke arah mereka berdua, Hara dapat melihat bagaimana rupa gadis itu. Ya harus Hara akui, Lavinka memang termasuk dalam kategori gadis cantik yang tinggi dengan tubuh ideal, tipikal Jen sekali. Tapi kalau inget dengan sikap gadis ini, Hara jelas sudah memboiket jenis seperti ini dari radarnya.
"Kamu gak papa babe.?" Lavinka bertanya khawatir pada Jen, bahkan dirinya tak mempedulikan keadaan Hara yang tak kalah buruk.
Tapi Hara juga masa bodoh dengan semua itu, yang ingin dia lakukan sekarang hanyalah pergi dari tempat ini sejauh mungkin.
Satu hal yang Hara syukuri, sepertinya Jen jujur padanya tentang Lavinka yang sedang 'tidur' di kamarnya. Pakaian gadis itu terlihat masih rapi, hanya lecek dibeberapa tempat. Berarti Jen belum segila itu untuk tidur seorang perempuan di kamar apartmenennya.
"Elo harus inget peringatan gue tadi." katanya tajam sebelum melangkah menjauh dari apartemen sahabatnya.
Yang dilakukannya sekarang adalah mendial nomor seseorang yang mungkin bisa membantu mengobati luka di wajahnya, juga luka di hatinya.