"Jadi kenapa muka lo asem banget, perlu lo tau ini masih pagi.!" kata Fey ketus, Agni yang enggan menanggapi melengos acuh tak peduli.
Agni memilih melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti, kemudian mencari bangku yang cukup jauh dari Fey—masih dendam karena diketusi disaat hatinya sedang tak baik-baik saja.
Namun saat sampai di bangkunya, Agni justru melontarkan jawabannya yang sudah tidak lagi Fey nantikan. "Justu karena ini kelas pagi, makanya muka gue gini." balasnya malas.
Fey menoleh cepat, menatap tajam wajah Agni—sedikitnya dia mulai terpancing emosi,
"Udah gue bilang kan, jangan suka begadang, nge-game kan lo pasti ?" tembak Fey cepat, namun tidak tepat. Fey sangat hapal dengan kebiasan buruk Agni yang betah tidur larut malam, entah itu karena game atau asyik marathon series dan drama korea. Tapi jangan lupakan kalau sahabatnya yang satu ini juga hobi menonton serial anime dari negri sakura, kecintaannya terhadap makhluk dua dimensi itu dapat dilihat dari seberapa banyak komik dan action figure yang dikoleksinya.
Agni memberengut sebal Karena tuduhan tak berdasar yang dilontarkan padanya,
"Sok tau!! gue begadang tadi malam habis nemenin hansip kompleks buat ronda." sanggahnya berusaha bercanda, tak mungkin kan dia jujur—akan menjadi panjang segala urusannya nanti. Fey yang tau bagaimana Hubungan Agni dengan keluarga jelas akan khawatir kalau Agni menceritakan yang sebenarnya.
Satu pulpen berhasil mendarat telak di kepala Agni, "Lawakan lo garing asli."sungut Fey kesal. Padahal dia sudah benar-benar serius mengkhawatirkan kebiasaan buruk Agni yang susah sekali di hilangkan gadis itu.
Tapi harusnya Fey ingat, memang susah untuk membuka topik serius dengan Agni, ada saja alasannya yang membuatnya darahnya cepat mendidih, yah walau sebenarny dia hanyalah pribadi yang tempramen, dan Agni seolah-olah tak pernah ingat dengan yang satu ini. Bahkan Agni terkesan menantangnya cukup sering.
"Aduh" Agni mengusap bagian kepalanya yang menjadi korban pulpen terbang, ternyata tenaga pulpen tidak bisa diremehkan, dan akurasi Fey dalam melempar sesuatu juga patut diperhitungkan. Padahal Fey juga selalu remidi dikelas basket saat sekolah dulu. "Kasar lo!! "Ujar Agni tak terima, kemudian balas melempar pulpen yang tadi menabrak kepalanya. Enak saja kalau dia harus benjol sendiri. Sahabat itu kan ada dikala senang dan susah, makanya Fey pantas pendapatan benjolan juga untuk merasakan pedih dengan Agni bersama-sama.
Nyatanya Fey bisa menghindar dengan cepat, membuka Agni menatap tak terima. "BODO" Fey berteriak mengejek, bahkan dirinya hanya bersenandung pura-pura tak mendengar. Yah merupakan pagi yang sangat cerah, batin Tia dan Alka yang sedari tadi hanya berperan sebagai penonton. Tia hanya bisa menggelengkan kepalanya, dan Alka terkikik lepas di sampingnya.
****
Jam sudah menunjukkan pukul 2 lewat 50 siang, 40 menit lagi adalah jam kumpul wajib bagi anggota Aurora di basecamp. Mereka berempat telah menyelesaikan kelas untuk jadwal hari ini yang sangat-sangat padat.
"Lo yakin bakal tetep ikut Aurora ?"tanya Tia cepat setelah mereka keluar dari ruang kelas. Kalau diingatkan lagi, hari ini memang jadwal pertemuan Agni dengan anggota Aurora, mengingat semalam ruang obrolan digrup mereka berempat juga bertukar kabar perihal kegiatan yang akan dilakukan sore nanti.
Agni mengintip l sebentar ke arah Tia lewat sudut matanya, "Yap."sahutnya ringan, masih sibuk mengotak-atik ponselnya—membuat ketiga lainnya agak penasaran.
Fey yang sejujurnya masih belum ikhlas dengan keberadaan Rajendra di sekitaran Agni, mencoba memberikan solusi lain,
"Lo sama Alka bisa ikut komunitas fotografi selain Aurora Agni, masih banyak di luar sana." kalimat Fey membuat Agni menolehkan kepalanya, menatap dengan Fey tanya. Agni paham dengan kekhawatiran sahabat-sahabatnya mengenai Jen, tapi sungguh Agni bukanlah pengecut, sampai harus keluar dari Aurora.
Fey sebenarnya ingin mengungkapkan keinginannya, adalah Agni keluar saja dari ukm itu, bukan karena dirinya tidak mendukung passion sang sahabat—hanya saja—keberadaan Jen membuatnya merasa tak nyaman, karena Fey tau pasti bahwa sahabatnya ini belum benar-benar move on dari Jen.
Agni menghentikan langkahnya, membuat ketiga temannya ikut berhenti dan menatap lekat pada Agni yang saat ini bersedekap, "kasih gue alasan kenapa gue harus ngundurin diri ?"tanyanya sangsi, ada sedikit emosi dari cara bicaranya. Jujur saja Agni lumayan jengah, karena sejak beberapa hari yang lau Tia dan Fey begitu kompak memintanya dan Alka untuk mengundurkan diri, yang benar saja ? Kalau Jen mengatainya pengecut dengan aksinya yang memilih kuliah di tempat ini, maka Agni enggan mendapati label pengecut untuk kedua kalinya karena kabur dari Aurora.
"Jen.!" Jawaban itu kontan membuat Agni mengehela napas, dia sudah menduga pasti alasan konyol inilah yang akan keluar dari mulut sahabatnya ini. Sudah sangat terprediksi.
'Oh'
Damn
"Jen udah jadi alasan cukup kuat buat lo ngundurin diri Ag, please gue tau lo belum bisa biasa kalo ketemu tu orang. Soalnya gue sama Tia yang bukan siapa-siapa juga belum bisa biasa, apalagi lo," penjelasan Fey seoalah sangat amat disetujui oleh Tia, lihatlah dari betapa cepat Tia mengaguk. Dan dalam hatinya, Agni setuju seratus persen juga. Namun demi neptunus dan jajaran ikan di lautan, Agni tak akan kalah hanya karena perasaan basi untuk laki-laki itu. Kalau dia bisa menentang orang tuanya untuk bertahan pada hobinya, maka Jen juga harusnya bukan apa-apa.
Sebenarnya Agni merasa bersalah telah menciptakan kekhawatiran yang berlebihan dibenak Fey dan Tia jika itu ada sangkut pautnya dengan Jen. Mereka seakan sangat antipati terhadap laki-laki yang pernah menyakitinya itu, dalam sudut hatinya, dia tidak ingin keduanya membenci Jen sebegitunya, bukan.. bukan karena Agni mengasihani Jen, tapi untuk Tia dan Fey. Memendam perasan benci terhadap orang lain bukan kondisi yang sehat untuk mental kita sendiri.
Agni tersenyum tipis, "Gue udah." ujarnya dengan mimik wajah sesantai mungkin, berusaha memberi tau lewat matanya kalau dia berkata jujur dan tak ada yang perlu mereka khawatirkan, "Rilex guys..! Jen udah gak ngaruh apa-apa buat gue—o--oke Fey please gak usah melotot—mungkin ngaruh sedikit, but trust me i can handle this." katanya dengan tatapan memohon.
Agni sudah memikirkan ini, tidak mungkin selamanya harus menghindari Jen, meski populasi manusia di bumi itu sangat banyak namun presentase dia untuk bertemu makhluk bernama Jen itu jauh lebih besar dibanding peresentase dirinya bertemu Shawn Mendes—sang idola, jadi sudah tentu tidak mungkin selamnya dia harus selalu kabur setiap kali ada Jen.
"Fine, tapi kalau itu cowok macem-macem lagi..,Lo harus hubungin kita, gak pake rahasia-rahasian kayak kemaren.!" ancam Fey.
Agni maju—bergelayut manja pada Fey, merasa bahagia seolah habis memenangkan lotre—akhirnya dia mendapat persetujuan untuk tetap menjadi anggota dari Aurora, izin dari Fey itu sangat sulit, seperti halnya mendapatkan izin dari bundanya sendiri. "Iya bawel, sayang banget deh sama Fey."
"sayangnya gue gak sayang elo ," Fey berusaha lepas dari dekapan Agni—"but promise me Ag, lo harus janji. Sini pinky promise dulu, kalo bohong lo jomblo seumur hidup." ancamnya sadis.
"Jahat banget doanya.." Agni memberengut kesal, namun tetap menutkan kelingkingnya dengan kelingking Fey, saat ini janji sudah dilock, semoga saja Agni tidak ingkar—ingat ancamannya jomblo seumur hidup ? huh mengerikan sekali.!
****
Saat ini Agni dan Alka sudah terpisah dari Fey dan Tia karena harus mengahadiri pertemuan selasa wajib di basecamp Aurora. Keduanya berjalan santai dan sesekali menyapa mahasiswa yang mereka kenal di lobi kampus.
"Al lo yakin ? masih mau ikut ? kayaknya Hara juga masuk Aurora Al." ucapan Agni membuat Alka menoleh sekilas, "Kalau kamu aja yakin meski ada Jen, kenapa aku enggak ?Inget gak list pertama dari bucket list kita ? hadapi mereka layaknya manusia yang baru kamu kenal kemaren, artinya kita harus bisa keliatan biasa aja kan?"
Memang beberapa waktu yang lalu Agni dan Alka sudah membuat list untuk hal-hal yang akan melekan lakukan dalam rangka move on mereka, mereka sudah membuat sedikit list yang akan dilakukan kedepannya, help each other to avoid the bastards, delete all photos or memories with them,go to beach, its the best place to healing— every month,do picnic, bisa ajak Fey dan Tia untuk kegiatan ini, do photoshot to funny theme, ride the ferris wheel, karaoke until the throat hurt, join community off campus, culinary tour, don't talk to them if there's nothing important, don't be nostalgic, horror movie night, vacation, dan terpenting adalah hadapi that bastards dengan wajah datar, santai, gak perlu ngegas, yang penting jangan cengeng.
Agni merangkul Alka yang terlihat mantap dengan niatnya jadi ikut bersemangat, "asal jangan sampe lo nangis lagi, gue males gue nenanginnya." ucapnya bercanda.
Alka terkekeh kecil mendengar Agni menyindir dirinya yang menangis saat itu, "Kalaupun ada yang nangis bukan aku orangnya." Alka berseru dengan percaya diri, membuat Agni bertanya-tanya—waw sejak kapan Alka berubah sedrastis ini. Tapi ini membuktikan bahwa niat move on mereka sepertinya sudah berada di jalur yang sama.
****
Saat Agni dan Alka memasuki basecamp Aurora, suasana masih terbilang sepi dan agak legang, maklum memang masih 30menit sebelum waktu pertemuan dimulai. Kali ini mereka memutuskan datang lebih awal dibandingkan minggu kemaren untuk menghindari menjadi pusat perhatian oleh semua orang.
Merasa lega, karena tidak datang terlambat Agni sudaj disuguhkan pemandangan yang membuatnya menyesali kedatangannya lebih cepat, begitu pula Alka yang juga memandang ke arah yang sama, hanya beda objek yang nenarik perhatiannya saja.
"Ceh..."ujar keduanya bersamaan, dan kontan keduanya bertukar pandang sebelum mengumbar tawa.
Kebetulan-kebetulan seperti ini, seringkali terjadi pada mereka berdua, pernah saat itu Agni memikirkan satu lagu dalam hatinya, dan ketika mulutnya mulai menyanyikannya, Alka juga secara pas ikut menyanyikan lagu yang sama pada lirik yang sama.
"Eh.." lagi-lagi keduanya mengucapkannya secara bebarengan. Kontan tawa mereka semakin lepas, dan tanpa sadar semua mata yang tadinya sibuk dengan urusan masing-masing kini fokus menatap mereka berdua, dengan berbagai macam ekspresi. Ada yang ikut tersenyum—seperti tertular tawa mereka, ada yang menatap sinis, karena mungkin merasa terganggu. Ada pula yang menatap dengan ekspresi yang tak bisa mereka tebak.
"ehmm..." Agni berdehem canggung, melakukan gerakan-gerakan tak perlu, seperti membetulkan bajunya yang terlihat baik-baik saja. Lain lagi dengan Alka yang kini fokus memandangi sepatu ketznya yang berwarna pudih gading dengan corak biru langit dibeberapa bagian, tak lagi berani menatap ke depan.
Kedaan belum membaik, namun saat seseorang menghampiri mereka, Agni sedikit merasa lega. "Hai Ag, Halo Alka." Seth menyapa ringan pada keduanya, membuat Agni agaknya merasa tenang, karena bagaimanapun Seth adalah salah satu yang berpengaruh di sini, "Hari ini gak telat lagi lo cil ?"sindir sang wakil ketua ukm,mengingat keterlambatan Agni dan Alka dipertemuan pertama kemarin.
Agni mengerucutkan bibirnya kesal mendengar ejekan Seth, namun demi harga dirinya yanh setinggi puncak Himalaya, biarkan Agni berkilah untuk saat ini, "Gak lah, gue mana mana pernah telat sih kak. Ngarang lo! " katanya cepat,
Alka dan Seth hanya bisa menggeleng lelah, mendengar bantahan yang keluar dari mulut Agni, dasar pendusta mungil.
"Elo belum pikun kan cil? Jelas-jelas minggu kemaren lo telat ya bocil." Seth mencubit pipi Agni gemas. rupanya pemandangan ini membuat geram beberapa pihak, lihatlah tatapan tajam yang diarahkan padanya dari segelontir perempuan yang sepertinya maba juga, oh ada Jen yang sudah mulai melangkahkan kakinya dari tempatnya beranjak—yang satu ini Agni tidak sadar sebenarnya mengingat sejak tadi Agni berusaha tidak terpengaruh oleh keberadaan Jen di satu ruangan yang sama dengannya.
Oh, dan satu lagi perempuan yang sedari tadi membawa buku catatan ditangannya—gadis cantik berambut bob sebahu—sang fashionista berwajah antagonis. Agni ingat betul siapa orang ini, namanya Yasmin, dilihat dari tampilannya yang sangat bergaya, orang pasti sudah bisa menebak kalau perempuan ini berasal dari jurusan fashion design, menurut gosip yang beredar, kak Yasmin ini menaruh hati pada Seth tapi sampai saat ini hunbungan ketua hanya sebatas mate, alias partner di ukm saja, jadi wajar kalau tadi Agni mendapat tatapan tajam saat mengobrol dengan ketua Aurora itu, mana ada adegan skinship yang jelas membuat hati panas.
"Yaudah cil, gue ngurus materi buat ntar ya, lo inget perhatiin ntar apa yang disampein jangan sibuk sendiri."peringat Seth seolah sudah hapal betul tabiat Agni yang suka sibuk dengan dunianya sendiri. "Siap komandan." lagak Agni membuat gesture hormat, Seth lagi-lagi hanya terkekeh. Sebelum pergi dari sana, Seth sempat mengusak rambut Agni sekilas—lagi-lagi Agni mendapat pelototan dari Yasmin dan beberapa perempuan disana yang ikut memerhatikan.
Padahal kan bukan salahnya kalau dia akrab dengan Seth, mengingat keduanya sudah mengenal cukup lama. Dan lagi sejak tadi Seth lah yang melakukan sentuhan padanya bukan sebaliknya, lalu kenapa hanya dirinya saja yang mendapatkan raut wajah tak bersahabat hampir dari seluruh perempuan di uangan ini.
"Kamu deket banget ya sama kak Seth ?"tanya Alka penasaran saat Seth sudah pergi.
"He..em, sering hangout rame-rame dulu bareng anak satu klub."jawab Agni sekenanya. Alka hanya mengangguk-angguk paham, sampai matanya memincing melihat siapa yang berjalan santai ke arah mereka—Jen dan Hara—melihat itu Alka menyenggol lengan Agni pelan, memberi kode, karena sepertinya Agni tidak sadar bahwa musuh sudah masuk radar.
Menengok ke arah Alka, Agni bingung—Alka hanya memberikan kode lewat matanya, ayolah Agni paling bodoh kalau menyangkut kode mengkode walau dia perempuan, populasi di bumi yang hebat dalam permainan perkodean. Saat menyadari maksud Alka, Agni terlambat beberapa detik, kedua makhluk yang masuk dalam list hitam mereka—sudah ada—berdiri dekat dengan mereka.
"Hai Ag.." Agni dan Alka sama-sama kaget ketika sadar bahwa Hara yang lebih dulu membuka suara, apalagi dia yang justru disapa bukan Alka.
"O--oh hai Har, long time no see.." balasnya—sambil menggosok lehernya canggung. Merasa tak enak pada Alka. Walau dulu hubungannya terbilang akrab dengan Hara, namun harus bagaimana lagi mereka telah lama tidak saling berkomunikasi.
Hara yang sebenarnya sadar kalau Agni merasa aneh dengan sapaan-nya barusan, ikut terkekeh sebentar,
"Gak lama-lama banget lah, baru seminggu yang lalu." jawabnya jenaka.
Setelah Agni pikir, benar juga! Dirinya sempat bepapasan dengan Hara minggu lalu ketika sibuk berperang dengan Jen. Belum juga Agni membalas basa-basi Hara, suara Jen sudah lebih dulu mengudara.
"Gue Jen. Lo ?" Jen mengulurkan tangannya ke arah Alka, mengajaknya berkenalan. Walau bingung, Alka tetap menerima uluran tangan Jen, "Alka.", katanya singkat, yang dibalas anggukan pelan Jen.
Hal ini sontak membuat Hara dan Agni heran, apa-apan ini ? batin keduanya. Hara yang sangat paham dengan tabiat Jen akhirnya tau tujuan sohibnya itu mengajak Alka berkenalan, karena Hara yang menyapa Agni barusan, dasar kekanakan. Tak ingin kalah dan justru bersemangat membuat Jen kesal, Hara mulai lagi.
"Elo masih suka motret sunset Ag ?"Jen rasanya ingin mengetok kepala Hara, apa-apan Hara dengan segala pertanyaan sok perhatiannya itu ? meskipun heran, Agni hanya mangut-mangut saja, "Lumayan." Agni memanglah pencinta perubahan langit, atau perpindahan waktu disaat matahari mulai tenggelam atau terbit untuk kembali bersinar. Dulu sekali saat mereka masih berada di sekolah yang sama, Agni, Jen, dan Hara yang memiliki satu hobi kerap pergi memotret bersama dikala senggang.
Alka yang memperhatikan percakapan kudua, rasanya ingin menangis saja—iri dengan chemistry Hara dan Agni. Move on itu sulit sekali ternyata. Menghadapi cemburu juga rasa nya seberat yang kamu rasakan sekita patah hati, sama-sama menyesakkan.
"Lo sendiri suka motret apa Al ?" sudah Hara duga pancingannya berhasil, lihatlah bagaimana Jen membalasnya dengan sok bertanya basi-basi pada Alka. Alka yang juga kepalang cemburu dengan kedekatan Agni dan Hara, memutuskan untuk meladeni Jen saja, "Apa aja, tapi paling suka motret langit biru, tenang aja rasanya." Agni dibuat heran, kenapa Alka bisa-bisanya terlihat kelewat santai meladenin Jen yang notabe-nya merupakan orang yang baru dikenalnya beberapa menit yang lalu, dulu saja dengannya, Alka lumayan lama untuk jadi sosok yang tidak irit kata saat diajak berbicara, apa mungkin dia juga sudah terpesona dengan Jen yang masuk katergori cowok tampan.
"oh cocok sih sama pembawaan lo yang tenang." balasan Jen membuat kali ini benar-benar membuat Hara naik pitam, dasar menyebalkan.
Tak mau kalah Hara melancarkan jurus pamungkasnya, yang sudah dia persiapkan sejak tadi, "Kapan-kapan lo mau hunting bareng gue Ag ? Kita bisa berburu sunset atau sunrise ?", belum sempat Agni menjawaba—
"Kenapa Agni harus hunting sama lo ?" sewot Jen tak santai, Alka ikut mangut-mangut mengiyakan, seolah ikut memprotes gagasan itu.
"Ya emang kenapa ? Kita sama-sama suka sunset." jawaban santai Hara membuat Jen berang, belum lagi jawaban itu dilontarkan bersamaan dengan senyum jail mengejek yang Jen paham ditujukan khusus untuknya.
"Aku juga suka sunset.!" sahutan Alka membuat semuanya bungkam, Hara lupa akan tempatnya berpijak, wajahnya sekarang sudah semerah tomat, hatinya berbunga mengetahui Alka sejak tadi menyimak pembicaraannya, dan apa katanya 'dia juga suka sunset' bolehkah Hara berharap bahwa itu pertanda kalau Alka sedang cemburu, Alka cemburu sama dengan Alka yang masih mencintainya.
Tak jauh beda dengan Hara, muka Alka juga sekarang sudah sangat memerah, ntah itu karena malu atau apa, tapi jelas saja Agni tidak bisa menyalahkan, Alka dengan segala bucin low-keynya memang tek terhindarkan. Ingatkan Agni pada seseorang yang semangat untuk mengabaikan kedua orang ini tadi.
Hara baru akan membuka suaranya kembali, namun tertahan karena sepertinya rapat anggota klub akan segera dimulai. Dan hebatnga kedua laki-laki itu enggan balik ketemaptnya semula, justru beridri bersisian dengan Agni dan Alka, Hara berdiri di samping kanan Alka, sedang Jen beridir di samping kiri Agni, jadi posisinya Alka dan Agni diampit oleh dua orang laki-laki yang tidak tau malu ini, apakah mereka lupa dengan kejadian-kejadian kemarin ? bisa-bisanya mereka santai berdiri didekat mereka.
****
Sore itu Seth dan Axel anggota inti klub memperkenalkan beberapa teknik dasar pengambilan foto, juga perbedaan kegunaan lensa. Hal yang mungkin terdengar sepele ini penting untuk diketahui bagi para pemula, mereka juga meminta perwakilan dari mahasiswa baru untuk maju kedepan mempraktekkan bebarapa teknik yang sudah dipaparkan. Seth bermaksud memanggil perwakilan terkahir untuk di mintai tolong maju ke depan, matanya berpendar— berpikir siapa yang kiranya ingin dia panggil, saat matanya terhenti pada lokasi Agni berdiri, dia sudah akan memanggil, namun melihat mata Jen yang memicing tajam seolah bisa menebak niatnya, Seth merubah haluan, dia memanggil Jen untuk maju dan mempraktekkan teknik terakhirn yang bisa diparaktekan saat ini, tanpa menunggu lama Jen maju kedepan dan dengan mudahnya berhasil mengabadikan gambar hanya dengan satu jepretan dengan teknik yang diminta.
Ketika semua orang berdecak kagum, Agni hanya menatap datar, seolah sudah tidak heran, dia akan lebih heran kalau tadi Jen gagal dipercobaan pertama.
Jen sesungguhnya berharap mendapatkan, setidaknya senyum kecil dari bibir Agni, namun dia harus menelan kekecewaan hatinya melihat Agni yang bahkan tidak menampilkan ekspresi berarti. Meski begitu senyum Jen untuk Agni tidak pernah luntur. Kendati sudah kembali ke tempat semula, Jen masih betah memandangi wajah Agni dari samping, tanpa tau bahwa Agni sedang mencoba menenangkan debaran jantungnya yang tak karuan, semoga saja Jen tidak mendengarnya.
Saat sampai dipengujung pertemuan, para senior meminta kepada mahasiswa baru untuk membentuk sebuah kelompok kecil, beanggota 2 orang saja, untuk memotret menggunakan teknik-teknik yang sudah diajarkan. Saat semua ribut berlomba ingin mencari kelompok, Axel yang menjadi wakil ketua Aurora mengatakan bahwa untuk kelompok tugas pertama mereka sudah dipilihkan dan diatur oleh para senior, mereka diminta mengecek daftar kelempoknga di instagram resmi Aurora.
Mendegar hal ini Agni berdecak sebal, ah dia paling malas kalau harus bekerja sama dengan orang asing seperti ini, ditambah kelompok kali ini hanya berisi 2 orang, semoga saja siapapun teman kelompoknya kali ini bisa diajak bekerja sama. Laim halnya dengan Agni yang sebal karena takut tidak bisa bekerja sama dengan baik, Alka lebih menghawatirkan dalam sisi sosial, apakah nanti dia bisa mencairkan suasana ? apa teman kelompoknya tidak keberatan bekerjasma dengan amatir seperti dia ? dan masih banyak lain hal-hal yang dia khawatirkannya.
"Ag, semoga kita satu kelompok" menampik rasa khawatirnya, Alka berharap sangat bahwa walaupun kelompok ini ditentukan oleh senior, dia msih bisa berjodoh dengan Agni dan ditempatkan dalam satu kelompok.
"Amin..."bisik Agni yang masih didengar Jen, sejak tadi Jen memang masih betah meperhatikan mimik Agni yang berubah-rubah, mulai dari serius, tertawa hingga terkahir saat pengumuman kelompok, Jen dapat melihat gurat khawatir dari wajah itu—rasanya Jen ingin membisikan kalimat penenang, tapi dia tahu itu percuma, lagipula nanti dialah yang akan membawa raut wajah itu menunjukkan ekspresi tak terduga.