Chereads / BUCKET LIST / Chapter 3 - Bab 2 Someone from the Past

Chapter 3 - Bab 2 Someone from the Past

'Walau kalimat dusta lancar untuk terucap

Mata itu masih menatap layaknya dialah pusat semesta

Itulah mengapa ketika semua telah dianggap berakhir

Semua hanya kamuflase untuk kamu bersembunyi dari pahitnya luka hati'

****

Sudah tiga bulan sejak perkenalan singkat dan absurd itu nyatanya Agni kini kian lengket dengan Alka—begitu juga dengan Fey dan Tia. Walau awalnya ragu, nyatanya Fey dan Tia menyambut hangat kedatangan Alka yang saat itu hendak bergabung dengan mereka. 

Fey bahkan sangat suka dengan Alka yang menurutnya tidak berisik seperti Tia dan Agni, walau sbenernya Fey juga tidak kalah cerewet namun seperti kata pepatah, "Kita tidak pernah bisa menilai diri kita sendiri"—namun mereka membenarkan perkataan Fey kalau circle mereka butuh seorang yang tenang seperti Alka. 

Alka sendiri merasa senang karena pekenalan singkatnya dengan Agni nyatanya mampu membawa Alka masuk dalam circle pertemanan yang menyenangkan dan positif.

Menurut Alka, ketiga kawan gadisnya itu adalah pribadi yang baik terlepas dari kebar-bar'an dan blak-blakanya omongan mereka-mereka adalah sosok teman yang bisa kamu andalkan.

Meski sering bercanda dan berdebat, nyatanya ketiganya bisa berubah serius serta menjadi pendengar yang baik ketika kamu butuh tempat berkeluh kesah.

Walau masih terbilang singkat, ikatan Alka dengan ketiganya—dia sudah merasa nyaman, dan sedikit demi sekidit mulai menemukan tempat untuk bergantung dalam sepinya.

"Al, jadikan hari ini daftar Aurora?" lamunan Alka seketika buyar dan sedikit terkejud dengan kedatangan Agni yang tiba-tiba menggebrak mejanya. Meski tidak cukup keras, nyatanya hal itu sukses membuat jantung Alka berpacu dengan ritme yang lebih cepat dari pada seharusnya.

Untung saja Alka tidak punya riwayat penyakit jantung. Kalau tidak, mungkin Agni dan yang lain sudah harus mengangkutnya ke rumah sakit.

Keadaan ruang kelas siang itu telah lapang karena memang kelas telah usai sejak sepuluh menit yang lalu. Yang tersisa di dalam, hanya Agni, Alka, Fey dan Tia, itupun karena keempatnya 'mager' alias malas gerak untuk keluar ruangan.

Sepertinya mereka baru akan beranjak setelah pengusiran tidak langsung nanti, dari orang-orang yang akan memakai kelas ini setelah mereka.

'Aurora' sendiri merupakan ukm fotografi  yang ada di kampus mereka. Ukm ini memberikan wadah bagi mereka yang menncintai dunia fotografi untuk menjadi dalam satu naungan, bebagi ilmu, pengalaman, juga mimpi dan harapan dengan orang-orang yang berada dalam satu frekuensi.

Fey yang melihat raut nelangsa Alka yang sangat melas karena kaget, akhirnya buka suara.

"Ehh nenek peyot! Ngagetin princess Alka lo Agni bedoh! " sungut Fey sangsi,

Sedangkan si pelaku hanya nyengir, tanda merasa bersalah walau masih tetep mengajukan pembelaan diri—

"Ya...sorry, gue cuma excited karena pada akhirnya ada gitu temen gue yang baik hati, mau nemenin gue buat ikut Aurora. Gak kayak dua orang yang ngakunya bestie–", seloroh Agni sembari menatap Fey dan Tia bergantian dengan tatapan mengejek,

"—tapi gak mau ada disaat dibutuhkan." sindirnya walau tidak benar-benar menyindir sebenarnya.

Fey dan Tia yang menjadi subjek sindiran juga terlihat cuek enggan menanggapi penyataan penuh drama yang diutarakan Agni. Mereka tau Agni tidak serius walau dongkolnya serius—sebab Agni pun tau kalau ketiganya kerap kompak dalam banyak hal namun sayangnya mereka sangat bertolak belakang dalam hobi.

Agni dengan hobinya dalam mengabadikan moment alias motret, Fey dengan musik sedang  Tia modeling jadi sudah tentu tidak akan bisa dicari titik tengah. 

Sewaktu Agni memaksa keduanya untuk masuk klub fotografi sejak SMA, lalu Fey memberikan persyaratan kalau berarti dia juga harus mau masuk klub musik, atau paling tidak jadi manajer di bandnya yang sudah terbentuk sejak smp—masih tahap perkembangan sampai saat ini alias belum jelas masa depanya. Tentu saja ide itu ditolak Agni mentah-mentah—Agni terlalu buta akan dunia musik, bahkan tidak bisa membaca nada lagu dengan benar.

Lain lagi dengan Tia yang memaksa merema masuk agensi modeling tempat Tia bernaung sekarang. Oh yang satu itu sebenarnya ingin Agni pertimbangkan kalau tidak ingat tingginya yang hanya berkisar di 150cm. Sudah tentu Agni akan jadi pihak tertolak dari formulir pendaftaran saja. Andai dia lebih rajin minum susu dulu, terlalu terlambat untuk menyesalinya sekarang.

Berusaha menetralkan mimik mukanya, Alka menjawab "Jadi dong!" sahutnya riang, namun kata-kata selanjutnya terdengar lebih lirih,

"Tapi beneran bisa kan ? Pedaftarannya udah tutup Agni dari lama loh," ucapnya menerawang dan menghitung dalam hati keterlambatan dia dan Agni untuk mengumpulkan formulir—'ah...udah telat dua minggu'

"—kita telat banget loh?" lanjutnya agak panik. Takut semisal mereka mengajukan diri dan langsung mendapat penolakan.

Sejujurnya sewaktu diajak Agni untuk bergabung dalam ukm Aurora, Alka sangat tertarik, mengingat dirinya juga sangat suka dengan dunia foto. Walau tidak pernah dia tekuni secara serius, seperti Agni  yang sudah menggeluti sejak sekolah menengah atas.

Hal ini juga mejadi salah satu faktor yang membuat Alka agaknya ragu dan merasa sangat tertinggal dengan mereka yang sudah lebih berpengalaman. 

Menenangkan Alka—Agni menepuk bahunya sekilas bahunya pelan, sebelum duduk di sampingnya—mengahadap lurus dan bergumam.

"Tenang aja Al, pasti boleh banget lah! Kebetulan, wakil ketuanya itu kenalan gue! Dia dulu itu senior sekaligus mentor gue waktu di ekstrakulikuler fotograpi pas gue SMA. Plus poinya lagi, kita dulu satu komunitas gitu deh. Jadi bis dibilang emang udah deket banget lah. Ni aja dia yang nawarin gue Al buat gabung." Jelas Agni panjang kali lebar kali tinggi.

Mendengar itu Alka menghela napas lega. Setidaknya dia cukup yakin kali ini.

Awalnya Alka bingung juga kenapa Agni tidak langsung mendaftar saat Aurora membuka pendaftaran perekrutan anggota, padahal sudah jelas kalau dia sangat mencintai dunia fotografi.

Terlepas dari itu Agni juga kenal dengan salah satu senior di Aurora yang masih terus menawarinya untuk bergabung, namun Agni hanya mengatakan kalau dia baru tertarik untuk bergabung sekarang. Dan mesikpun terasa janggal, Alka hanya ber-oh-oh riya saat nenanggapi alasan Agni.

Mungkin benar begitu adanya dan tidak ada alasan lain seperti pikiran Alka. Kalaupun ada, Alka bukan tipe orang yang ingin tahu segalanya meskipun mereka sudah cukup berteman dekat. Dia tidak harus tahu segala hal tentang sang sahabat, biarlah nanti jikalau Agni ingin bercerita, Alka siap untuk menjadi pendengar.

Meneruskan kekhawatirannya yang ternyata bukan hanya masalah tenggang waktu daftar yang sudah jelas terlambat—Alka meneruskan untuk menunggkapkan kekhawatirannya, 

"Eem...tapi Ag, kamu tau kan aku gak punya kamera loh emang boleh—" 

"Al santai, kamera handphone juga udah cukup or you can use mine, its really dosen't matter okay, rilex girl you're to worry tp much—" Potong Agni menenangkan sembari memberi senyum hangat.

"Kampus juga udah pasti ngasih fasilitas sih, gue bisa jamin ada beberapa yang emang bisa dipake, so tenang aja, okay?" Agni berujar semangat dengan kedipan mata.

"Lagian ya, kalo ada yg larang-larang karena alesan konyol gitu...lo tenang aja, ntar biar gue yang maju hadepin! Badan gue boleh kecil, tapi kalo urusan berantem gue gak kalah dari yang lengannya berurat." lanjut Agni percaya diri, sambil berdiri menepuk dadanya yang sengaja dia busungkan. Lagaknya sudah persis ketua geng yang sedang pamer kebolehan di depan anak buahnya.

Melihat itu Fey dan Tia yang sedari tadi menyimak khikmad hanya bisa gelang-geleng kepala.

"Nah... lo emang gak perlu khawatir Al! Temen kita yg satu ini bisa bar-bar diwaktu-waktu tertuntu. Dia kan ketua geng di gang rumahnya, anak buahnya bocil-bocil yang masih suka bingung bedain mana kanan mana kiri." celutuk Fey ikut nimbrung dalam percakapan.

"Ya emang Agni udah yang paling cocok jadi algojo, tampang-tampang serem blasteran cabe-cabe'an emang gak ada lawan." Tia ikut menimpali dengan mulut setannya ?

Setelahnya mereka bertiga minus Agni tentunya–ntah mengapa bisa connect satu sama lain, terlena dalam tawa dan semakin menggelegar dan bertambah kian nyaring hingga membentuk harmonisasi yang memekakakan telinga dan membuat Agni semakin besungut masam.

"Emang temen mulut sampah ya lo pada! Gue aduin ke emak lo berdua, biar kalian dikerangkeng atau dibalikin jadi zigot aja sekalian!" makinya kesal, tidak terima.

"Agni language. Lo juga bakalan gue aduin Aunty Aurin ya udah berani ngomong kasar! Mentang-mentang sekarablng udah punya ktp! " Balas Fey santai, gadis itu malah menampilkan smirk yang sungguh terlihat menyebalkan dimata Agni. Belum lagi aksinya yang malah asik ber high-five riya dengan Tia.

Saat ini, tingkat dongkol Agni sudah mencapai ersentase 89%. Siap melempar ke dua sobat kentalnya itu ke Mars untuk mengurangi populasi manusia laknat di bumi.

"Gak ada language-language'an kalo ngadepin titisan dajjaj!" sungut Agni tak mau kalah,l. Dia juag berjalan mendekat ke arah Fey, menarik kerah Fey kasar, namun Fey dan Tia justru kembali tertawa seakan tak ada beban. Mereka menghiraukan Agni yang serupa macan yang tengah mengamuk. Dan entah sejak kapan kini Agni sudah bermain kejar-kejaran dengan Fey dan Tia, tipikal film India sekali.

Karena emosi yg tak tertahan— Agni tanpa sadar melempar asal apapun yang ada diatas meja Alka. Kebetulan lokasi meja Alka sangat strategis dengan target buruan, belum lagi banyak perkakas yang bisa dimanfaatkan untuk dijadikan amunisi perkara perkelahian ala bollywood ini.

"Agni itu pulpen sama tip-x aku jangan dilepar-lempar!" ucap Alka sedih, kemudian berjongkok memmunguti korban-korban hasil kdrt Agni— yang kini berserakan dilantai.

Sedihnya teriakan itu tidak didengar oleh Agni yang masih dengan semangat memburu memburu Fey dan Tia —Poor Alka. Kalau tadi Alka merasa sudah memahami tabiat ketiga sahabatnya, maka sekarang ralat—dia belum terbiasa melihat secara live aksi bar-bar ketiganya. Semoga saja Alka betah menjadi anggota baru trio kwekkwek.

***

Sore harinya Agni dan Alka pergi basecamp Aurora yang letaknya dekat dengan fakultas Isipol kampus mereka. Basecamps UKM Fotografi berbeda dengan unit-unit lain yang kebanyakan berada di Student Centre. 

Basecamp Aurora Photography Club atau biasa disingkat APCy tidak terlalu besar tidak kecil juga, cukup untuk dijadikan ruangan kumpul untuk anak-anak fotografi.

cat temboknya monochrome, hitam dibaur dengan warna putih, tampak cantik sekaligus memberikan kesan misterius yang elegan. 

Dari depan base ini sudah terlihat sangat aesthetic, banyak hasil karya mahasiswa yang dipajang di dinding-dinding depan hingga dalam ruangan. Foto yang dipajang diurutkan berdasarkan tema foto. Ada pula beberapa ornament-ornamen indah yan terpasang disudut ruangan. Didekat kamar mandi terdapat kitchen set mini plus dispenser yang diperuntukan untuk kebutuhan perut naggota klub.

Dalam basecamp terdapat pula satu ruangan kecil yang diketahui sebagi kamar gelap atau laboratorium potografi—tempat percetakan dari roll film menjadi gambar yang diambil dari proses memotret menggunakan kamera analog. 

Begitu memasuki basecamp—Agni dan Alka dibuat terkejud dengan banyaknya mahasiswa yang hadir sore itu. Walau sebelumnya Agni sudah diberitahu bahwa memang setiap selasa sore—tepatnya hari ini memanglah jadwal rutin bagi setiap anggota untuk berkumpul, itulah mengapa Agni diminta oleh seniornya untuk datang sore itu.

Tapi tetap saja, Agni tidak menyangka bahwa jumlah anggota dari Aurora ternyata sangat banyak hingga membuat ruangan terasa sesak. 

Memang saat ini fotografi menjadi salah satu hal yang banyak diminati terlebih untuk kalangam millenial. Dilihat dari sisi estetika— ukm yang satu jni tak kalah dari ukm lain yang melahirkan artist seperti, ukm lukis dan pahat.

Foto juga terkesan sangat modern terkebih di jaman sosial media seperti sekarang, tentu banyak yang juga berminat untuk menekuni bidang fotografi bahkan mereka yg hanya bertujuan demi membuat feed lebih menarik di Instagram ?

Mengabaikan tatapan yang tertuju pada mereka berdua karena kelihatannya disini mereka yang terkahir bergabung, Agni berusaha menetralkan mimik mukanya agar tidak terlihat gugup.

Kalau dia biasanya tidak tahu malu kali ini hormon pemalu dalam dirinya terlihat lebih mendominasi.

Jujur rasanya ingin membawa langkahnya keluar dari ruangan klub serta menarik paksa Alka sebelum seseorang menghampiri mereka—

"Hei Ag, Long time no see, its been 6 months right?"

"4 bulan lebih kali kak, gak sampe 6 bulan- berlebihan deh lo." Sanggah nya sembari tertawa hambar. Setidaknya, berkat percakapan ini suasana awkrad yang sempat dia rasakan tadi sedikit mencair.

"Right..right my bad. By the way kirain lo gak jadi gabung, since lo mutusin buat keluar dari SS" ucap laki-laki yang memilkiki tinggi kurang lebih 177cm, berambut ikal, bermata hitam legam serta hidung tipis yang terlihat tinggi bahkan ketika kamu memandangnya dari depan.

Jadi, bisa disimpulkan laki-laki yang menghampiri Agni ini masuk dalam jajaran cowok dengan tampang diatas rata-rata alias tampan.

Alka saja sempat terperangah sepersekian detik sebelum jiwanya dipaksa kembali dalam realitas.

Cowok yang menghampiri mereka ini Bernama Seth, senior yang sudah Agni ceritakan pada Alka yang merupakan kakak kelas di SMAnya sekaligus ketua dari salah satu komunitas motret di Jakarta atau SS (Soul Scene). Menurut informasi yang Alka dapatkan juga dari Agni, Seth merupakan mantan Fey saat kelas 1 SMA.

"Ya jadi dong Kak. Kasian gue liat lo maksa-maksa dichat, same desprete banget gitu. Guenya jadi gak tega buat nolakin lo terus. Jiwa bundadari gue meronta-ronta. Takut durhaka juga sih kalo gak nurutin apa mau orang tua."  Jawabnya dengan guyonan yang menarik sudut sang pria hingga membuat kekehan ringan terdengar

Menepuk-nepuk kepala Agni, Seth menjawab "Bisa bangat ya lo cil, udah gue bilang lo mending daftar stand up comedy! Kayaknya pasion lo disana deh," tak taukah aksi Seth yang seperti itu mengundang beberapa pasang mata mengarah tajam pada mereka, sepertinya Agni sudah membuat beberapa fans Seth siap untuk mengulitinya hidup-hidup saat ini. walau begitu dia tampak cuek,

'Resiko cewek cantik' batinnya narsis.

"Janganlah, ntar tambah famous gue! Gak mau jadi orang terkanal gue kak. Gini aja udah susah hidup gue."

Seth tertawa tak tertahan, "Ngomong sama lo pasti ada aja jawabnya—mana suka asal lagi. Berasa abis maraton ni gue, alias capek banget," Sampai akhir, Seth bahkan masih betah tertawa renyah dan menyikap sudut matanya yang ternyata sudah basar karena air mata.

'Buset ganteng-ganteng tapi receh banget dah. Ini emang selera humornya yang rendah apa emang gue beneran ada bakat lawak sih?' tanya Agni dalam hati. sedang Alka di samping Agni hanya memperhatikan keduanya dengan senyum canggung karena merasa sangat asing.

Berusaha menetralkan tawanya Seth berucap lagi,

"Yaudah nanti lo sama temen lo—sorry gue lupa siapa namanya ?" 

"Alka kak."jawab Alka sopan.

"Oke, kalian nanti jangan lupa kasih formulirnya ke kakak cewek yang itu ya!" tunjuk Seth pada seorang perempuan dengan mimik muka yang lebih mirip perempuan antagonis di sinetron namun bergaya sangat modis.

Namun baru beberapa detik mata Agni bersitatap dengan mata sang kakak tingkat, rasanya dia dapat melihat aura gelap yang menyelimuti sekitar perempuan antagonis itu. Tatapnya sangat tajam, seolah membenci keberadaan mereka berdua di ruangan itu. walau itu sepertinya itu hanya pikiran buruk Agni, ya semoga saja seperti itu.

Setelah itu Agni memberikan jawaban dengan mengacungkan jempol dan Alka hanya mengangguk-anggukan kepala.

Seth pamit dari hadapan mereka setelah mengucapkan selamat bergabung, dan meminta mereka menunggu intruksi darinya nanti untuk perkenalan ke suluruh anggota Aurora.

****

Disaat mata Agni berpendar ke seluruh ruangan tanpa sengaja matanya bertatapan dengan seseorang yang tampak familar, sesaat setelah mengenali sosok itu, Agni dibuat terkejud —dengan mata setengah melotot dan tangan yang bergetar hebat, Agni berusaha meredam emosinya sembari mangalihkan pandangannya. 

'kenapa dia ada disini ? he should't be here, why semesta why ? kenapa gue selalu dipermainkan oleh garis takdir kayak ini. Fuck my life!!' rancaunya dalam hati 

"Agni?! Hey, whats wrong?! You allright?" tanya Alka karena merasa ada yang tidak beres dari mimik muka sahabatnya.

Tergambar jelas dalam pandangan Alka bahwa Agni tengah menahan emosinya saat ini, yang Alka bingungkan kenapa mood Agni bisa berubah drastis, setahunya she's really fine 5 minute ago.

"I am okay Al, no worries." ucap Agni menyakinkan, walau raut muka yang djtampilkan berbanding 180 derajat dengan pernyataanya barusan harusnya Agni berkaca dulu sebelum mengatakan bahwa dia baik.

Alka jelas tau Agni berbohong dengan mengatakan dia baik-baik saja, tipikal perempuan sekali. Namun Alka hanya bisa menepuk-nepuk bahu Agni, menenangkan sang sahabat dengan cara sederhana yang mungkin bisa dia lakukan saat ini, walau dia sendiri meragu apakah hal tersebut berpengaruh.

Agni larut dalam pikirannya sendiri. Hari yang sudah dinanti-nantikannya nyatanya berubah menjadi moodbreaker terbesarnya hari ini. Agni ingat kalau dia sudah tidak mau kenal lagi dan memblacklist pemilik mata hazel yang masih tampak indah dalam ingatan Agni hingga sampai saat ini—ketika bola mata mereka sempat bertatapan sekilas sebelum Agni memalingkan pandangannya.

Dia benci—sangat dengan Hazel milik laki-laki itu, laki-laki yang membuatnya berubah menjadi tolol dan lemah hanya karena perasaan  yang dimilikinya terlampau besar.

Agni adalah perempuan naif dulu, melakukan apapun atas dasar cinta, menyebutnya pengorbanan—adalah hal yang wajar untuk kamu lakukan ketika kamu mencintai seseorang, hingga lupa bahwa saat itu dialah yang menghancur hatinya sendiri, membuat nya menjadi mati rasa, dingin, dan tak tersentuh.

Agni bahkan tak yakin apakah kelak dia masih bisa merasakan perasaan cinta—sedang dia terlalu takut untuk kembali menyelam dan ditinggalkan seorang diri. 

****

Sedang di sudut sana pemilik mata hazel itu masih betah memandangi Agni dari kejauhan. Dia juga sudah tau akan reaksi Agni saat melihatnya. Namun itulah yang membuatnya yakin kalau kesempatan itu masih ada, dia masih bisa bila ingin meraih dan menggenggam. Yang dia perlukan hanyalah ketekunan, perjuangan, terpenting menghapus ego serta gengsi sebagai penghambat terbesar yang sukar terelakkan.

Kali ini dia sudah bertekat, kalau dia yang akan maju dan mengejar. Jadi kali ini Agni tidak akan dia biarkan lepas. Dan walau Agni berteriak dan memohon dia tidak akan membiarkan Agni pergi lagi.

"Agnhia Chandie Lavika u can run as much as u want, but the devil will always find event in the dark place."