Kak Rian dan Dika pun sontak terkaget melihat Aqilla yang terjatuh pingsan akibat ulah mereka sendiri.
"Lu si gara-garanya," ucap Dika yang menyalahi kak Rian.
"Berisik lu. Minggir, gua mau bawa Aqilla ke dalam." Aqilla kemudian di bawa masuk oleh kak Rian ke dalam rumahnya supaya bisa segera di obati luka pukulan itu.
"Ini kenapa ade gua?" Tanya kak Anindira yang khawatir melihat keadaan Aqilla saat ini. Mereka berdua pun hanya terdiam dan justru malah saling melirik satu sama lain. Dengan tatapan yang saling sinis dan saling menyalahi satu sama lain.
"Udah buruan bawa Aqilla ke kamarnya." Perintah kak Anindira yang segera di lakukan oleh kak Rian
Di oleskannya minyak kayu putih oleh kak Anindira ke bagian leher dan juga hidung Aqilla. Berharap dengan demikian Aqilla cepat tersadar dari pingsannya, dan tidak lupa juga untuk mengompres air hangat ke kepalanya yang terkena pukulan yang sangat keras dari tangan kak Rian.
Syukur Aqilla pun tersadar dari pingsannya dan matanya langsung tertuju kepada dua orang yang telah membuat dirinya jatuh pingsan.
"Kamu kenapa? Gapapa?" tanya kak Anindira. Namun Aqilla hanya terdiam. Sepertinya Aqilla masih merasakan pusing akibat kepalanya yang terkena pukulan tadi. Dan sepertinya Aqilla juga masih syok dengan kejadian yang di alaminya barusan, tetapi Aqilla berusaha bangun dan duduk di atas kasur.
"Kalau kalian seperti ini terus, ga bisa di bilangin dan hanya memikirkan ego kalian masing-masing, lebih baik kalian jangan pernah dekat-dengan sama aku lagi." Ancam Aqilla kepada kak Rian dan Dika.
"Tapi Qil," ucap Dika.
"Ga ada tap-tapian. Kalian lihat sendiri kan apa yang terjadi baruan sama aku ketika aku lagi dekat-dekat sama kalian berdua." Aqilla sepertinya kali ini benarbenar marah kepada kak Rian dan Dika. Aqilla langsung memlingkan wajahnya dari mereka berdua.
"Iya Qil, maafin gua. Gua ga terima aja kalo lu di perlakukan kaya tadi sama cowo berengsek itu." Kali ini kak Rian yang angkat bicara.
"Yaudah, aku ini yang di perlakukan kaya gitu, Apa hubungannya sama kakak? Lagian bukannya semua yang di bicarakan sama Dika ke aku itu benar adanya kan? Aku ini memang wanita yang ga tau malu, yang sok jual mahal padahal aku itu adalah wanita yang sangat murahan."
"Duhh Qill.. Jangan ngomong kaya gitu dong, sakit rasanya gua denger perkataan itu. Lu juga Dik, minta maaf dong lu ke Aqilla. Ga gantle man banget lu jadi cowok, dasar banci."
"Loh, Aqilla nya aja bilang itu emang kenyataan. Kenapa lu yang marah? Mau sok-sokan jadi pahlawan kesiangan buat Aqilla lu?" Dika malah berbicara seperti itu. Membuat hati Aqilla rasanya semakin sakit. Lebih sakit daripada putus cinta. Padahal sebenarnya Aqilla belum pernah merasakan patah hati. Untuk jatuh hati saja dia belum pernah.
"Emang kurang ajar lu..." Kak Rian yang mendengar perkataan Dika barusan langsung berdiri dan ingin menghantam Dika kembali untuk melanjutkan pertengkarannya tadi di luar rumah Aqilla yang terhenti karena pukulannya yang salah sasaran. Namun belum sempat terjadi, kakak Aqilla menahannya dan justru menyuruh mereka berdua untuk segera pergi dari rumahnya.
"Mending kalian berdua keluar deh, pergi dari sini. Kasihan ade gua, udah lu bikin bonyok, sekarang mau berantem lagi? Lu mau ade gua kenapa-kenapa lagi?" kak Anindira memarahi merek berdua dengan nada yang sangat tinggi, penuh emosi dan kedua tangannya sambil di angkat di atas pinggang.
"Dika kak yang salah. Dia selalu merendahkan Aqilla. Saya izin buat menemani Aqilla ya kak." Kak Rian memohon kepada kak Anindira supaya yang di usir hanyalah Dika saja, jangan dia.
"Kamu juga. Kalian berdua sama saja. Pergi sekarang."
Sepertinya kakak Aqilla benar-benar murka kali ini. Mereka tidak bisa berkata apa-apa lagi, dan akhirnya mereka berdua pun pergi dari rumah Aqilla. Dan sekarang Aqilla memutuskan untuk izin tidak masuk sekolah dahulu, karena rasanya kepalanya begitu berat dan sakit. Hari ini Aqilla akan beristirahat dahulu seharian di rumahnya. Kak Anindira segera izin kepada guru Aqilla di sekolah.
************
Di luar rumah Aqilla.
"Eh cuy, anak bau kencur. JAngan sok-sokan belaga sok benar lu dengan cara merendahkan Aqilla," ucap kak Rian kepada Dika. Sebenarnya ucapannya barusan itu bisa memicu perkelahian kembali bagi mereka berdua.
"Lu juga jangan sok jadi pahlawan. Mentang-mentang lu di sukain sama Aqilla waktu MOS itu lu jadi belagu. Dan lu itu sekarang terkenal juga karena peritiwa Aqilla waktu itu."
"Jagan sok tau lu. Ga ada hubungannya sama kejadian waktu itu. Atau jangan-jangan lu baper ya sama Aqilla? Ngaku lu."
"Sorry. Ga level." Kemudian Dika pun segera pergi meninggalkan kak Rian dengan menggunakan sepeda motornya yang besar itu. Beruntung mereka berdua tidak melanjutkan pertengkarannya kembali di luar rumah. Karena itu akan menganggu istirahat Aqilla dan membuat malu kepada tetangga-tetangga Aqilla jika mereka terus berkelahi di tempat umum.
"Awas lu ya Dik. Gua ga akan tinggal diam kalo lu masih terus cari masalah sama Aqilla. Kalo lu cari masalah sama Aqilla, berarti lu berurusan sama gua," ucap kak Rian di dalam hati sambil melihat ke arah Dika yang semakin lama Dika semakin jauh dengan sepeda motornya.
Setelah Dika pergi meninggalkannya, kemudian kak Rian juga pergi meninggalkan rumah Aqilla. Padahal sebenarnya dia masih sangat ingin sekali menemani dan merawat Aqilla. Karena bagaimana pun Aqilla menjadi seperti ini sekarang karena ulahnya, tetapi sang kakak Aqilla bersih keras untuk melarang kak Rian yang terus berada di rumahnya dan justru menyuruhnya supaya dia cepat-cepat pergi dari rumahnya.
Di jalan.
"Sebenarnya gua ngelakuin itu karena gua cemburu Qil. Masa lu ga ngerti si perasaan gua. Gua cemburu ketika lu sama Rian semakin hari semakin dekat. Gua tau pasti rasa cinta lu cuma buat Rian. Karena Rian adalah cinta pandangan pertama lu sewaktu MOS kemarin, tetapi gua merasakan hal yang sama, seperti rasa lu terhadap Rian. Gua merasa gua telah jatuh cinta sejak pandangan pertama sama lu Qil. Maafin gua Qil." Di jalan Dika sambil mengendarai motor ninja hitamnya itu, sembari juga dia melamunkan Aqilla. Sepertinya sebegitu besarnya rasa cinta dan rasa cemburunya terhadap Aqilla membuat dia tidak bisa mengontrol emosinya tadi. Dan kini dia menyadari bahwa sikapnya barusan itu adalah kesalahan yang besar. Justru kini dia telah menyakiti Aqilla. Seharusnya jika dia benar-benar menyayangi Aqilla, dia harus bisa menjaganya.
Tinnnnnn......
Duarrr!!!!
"Aqilla..." Dengan pengelihatan yang samar-samar, masih sempatnya dia menyebut nama wanita itu.
-TBC-