Chereads / TENTANG AKU, KAMU DAN DIA / Chapter 19 - Penangkapan

Chapter 19 - Penangkapan

"Eh yaampun. Bu, Ibu..." Aqilla memanggil terus sang Ibu dari Dika tersebut.

Kemudian tidak lama Dika pun keluar dari dalam rumah karena mendengar ada suara kegaduhan yang bersasal dari luar rumahnya. Aku, Keisya dan kakak dari kak Rian pun menghampiri rumah Dika lebih dekat lagi.

"Ada apa ini? Kia. Kenapa Ibu gua bisa pingsan kaya gini?"

"Apa anda yang bernama saudara Dika?" Tanpa memikirkan keadaan Ibu Dika yang sedang jatuh pingsan sekarang ini, tetapi polisi tetap saja menanyakan masalah kasus Dika dengan kak Rian. Memang sih, polisi itu harus tetap menjalankan tugasnya, tetapi apakah mereka tidak kasihan dengan Ibu Dika. Bagaimana jika itu terjadi pada Ibunya sendiri.

"Iya benar. Ini ada apa ya sebenarnya? Apa yang terjadi?" Banyak pertanyaan yang di lontarkan oleh Dika karena dia bingung, sebenarnya ada apa dengan dirinya sampai polisi datang ke rumahnya.

"Apakah benar ini plat nomor motor milik anda?" Tanya polisi itu lagi sambil menunjukkan sebuah foto motor tersebut yang sebelumnya telah di kirimkan oleh kakak dari kak Rian.

"Iya benar. Ada apa si ini sebenarnya?"

"Anda sekarang ini di jadikan sebagai tersangka karena telah menabrak lari saudara Rian yang sekarang sedang terbaling di rumah sakit." Jelas polisi tersebut dengan tegas.

"Apa? Ga gitu ceritanya Pak. Saya bukan yang menabrak Rian. Justru saya yang sudah membantu Rian untuk di bawa ke rumah sakit."

"Nanti bisa di jelaskan bagaimana kejadian sebenarnya di kantor polisi. Sekarang saudara Dika bisa ikut kami terlebih dahulu." Polisi itu langsung menarik tangan Dika dengan kasar dan penuh dengan paksaan. Karena polisi tersebut tidak membutuhkan penjelasan untuk sekarang ini. Apa lagi jika bukti yang di berikan oleh penggugat cukup kuat.

"Iya, oke. Saya akan ikut dengan Pak polisi. Tapi saya mohon, saya mau menunggu Ibu saya yang sedang pingsan ini sampai dia sadar. Emang Bapak ga kasihan melihat Ibu saya seperti ini? Kasihan dia Pak, di rumah ga ada orang. Kalo Ibu saya kenapa-kenapa, Bapak mau tanggung jawab emangnya?"

"Baik kalau gitu. Tapi ingat, hanya sampai Ibu kamu sadar saja ya. Setelah itu kamu jangan banyak beralasan lagi."

"iya, baik Pak. Dengan senang hati." Dika pun segera mengendong sang Ibu untuk masuk ke dalam rumah dan mencoba untuk menyadarkannya.

Kemudian Aqilla membantu Ibu dika supaya cepat sadar dari pingsannya tersebut. Aqilla mengusapkan minyak kayu putih dari jemari tangannya ke depan hidung Ibu Dika dan di bagian lehernya. Supaya Ibu Dika bisa mencium aroma minyak kayu putih dan kehangan agar Ibu Dika cepat sadar dari pingsannya. Kemudian tidak lama Ibu Dika itu tersadar dari pingsannya.

"Ibu. Ibu minum air teh hangat dulu ya." Segera di minumkan air teh hangat tersebut oleh Dika kepada Ibunya.

"Dik.. Apa benar kamu sudah menabrak seseorang?" Suara lirih dari Ibu paruh ada itu menanyakan kebenaran dari anaknya.

"Engga Bu. Sumpah. Dika ga nabrak siapapun itu apa lagi Rian. Waktu itu emang Dika ada di kejadian waktu Rian kecelakan, tapi bukan kaya gitu cerita yang sebenarnya Bu. Ibu harus percaya sama Dika."

"Iya nak, Ibu percaya kok sama kamu." Tidak bisa di bendung lagi, air mata Ibu Dika pun mengalir di atas pipinya. Dia percaya dan yakin jika anaknya tersebut tidak mungkin melakukan hal keji seperti itu.

"Yasudah, kalau gitu sekarang marih ikut kami ke kantor polisi." Tanpa berbasa-basi lagi, polisi itu menarik tangan Dika. Sekarang sudah tidak ada lagi alasan Dika untuk tidak ikut dengan polisi itu. Karena Ibu Dika pun sekarang sudah sadarkan diri dari pingsannya.

"Kia. Lu percaya kan sama gua. Gua ga nabrak Rian beneran. Sumpah." Aqilla yang mendengarnya tidak bisa berbuat apa-apa. Karena sekalipun Aqilla mempercayainya, pasti polisi itu akan tetap membawa Dika ke kantor polisi. Apa lagi untuk saat ini Aqilla tidak mempunyai bukti yang kuat jika Dika tidak bersalah.

"Kia. Gua minta tolong sama lu jagain Ibu gua sampai Ayah gua pulang. Kasihan dia sendiri di rumah lagi syok kaya gitu. Gua mohon Ki."

"Iya Dik. Gua bakalan jaga Ibu lu di sini kok sama Keisya." Aqilla akhirnya mengiyakan permintaan Dika itu untuk menemani Ibu Dika di rumahnya. Sedangkan Dika kini sudah di bawa oleh polisi ke kantor polisi.

Sebenarnya Aqilla ingin ikut pergi ke kantor polisi bersama Dika. Karena sebenarnya Aqilla sangat penasaran, sebenarnya apa yang terjadi antara Dika dan kak Rian. Aqilla sebenarnya juga tidak percaya jika Dika lah yang suadah menabrak kak Rian.

"Ibu yang tenang ya." Kali ini Keisya yang angkat bicara. Karena sedari tadi Keisya hanya bisa terdiam dan bengong melihat semua kejadian tadi. Sepertinya Keisya sangat syok melihat semua kejadian ini.

"Ibu yakin kalo Dika itu ga bersalah. Dia itu anak yang baik. Ga mungkin dia sampai menabrak orang seperti itu. Apa lagi di sengaja," ucap Ibu Dika yang sambil menangis terus sedari tadi.

"Iya Bu. Saya juga yakin kalo Dika itu ga bersalah."

"Bu, saya minta maaf ya. Saya kayanya harus pergi ke kantor polisi sekarang."

"Ibu juga ikut ya."

"Jangan Bu. Biar Aqilla aja yang ke sana. Ibu kan masih harus istirahat dan Ibu harus jaga kesehatan Ibu. Nanti Dika bisa sedih kalo Ibu sakit. Nanti saya janji, saya akan kasih kabar ke Ibu. Keisya, tolong lu jagain Ibu Dika dulu ya. Gua mau mastiin kalo semua ini itu hanya kesalah pahaman aja."

"Iya Qi. Ibu sama saya aja ya di rumah. Nanti juga Dika ga kenapa-kenapa kok insyaallah."

"Yaudah saya pamit dulu ya Bu, Kei. Assalamualaikum."

"Waalaikumsallam."

Aqilla pergi ke kantor polisi dengan menaiki angkutan umum. Dia ingin memastikan jika Dika memang tidak bersalah. Sepertinya yang di ucapkan Dika tadi di rumahnya itu dia serius. Dari tatapannya sepertinya memang bukan Dika lah pelakunya dan semua ini hanyalah kesalah pahaman saja.

*****

"Permisi."

"Iya. Ada yang bisa di bantu Mba?" Tanya salah seorang polisi yang berada di kantor polisi kepada Aqilla.

"Saudara yang bernama Galih Mahardika di mana ya? Dia di bawa ke kantor ini kan?"

"Oh iya betul. Marih saya antar." Salah satu polisi yang berada di sana pun mengantarkan Aqilla untuk bertemu dengan Dika.

"Dika. Yaampun. Kok lu bisa di sini si?" Ternyata Dika sekarang ini sudah masuk ke dalam sel sebuah penjara bersama dengan orang-orang jahat yang ada di dalamnya.

"Iya Qil. Gua harus di sidang dulu nanti. Baru setelah itu bisa di putuskan kalau gua itu bersalah atau engga."

"Tapi sebenarnya ada apa si antara lu sama kak Rian?"

"Sumpah Qil. Gua ga bersalah. Gua ga melakukan apa-apa sama Rian. Apa lagi sampai nabrak Rian. Lu percaya kan sama gua Qil?"

"Terus gimana cerita yang sebenarnya? Biar gua bisa bantu lu kalo emang lu ga bersalah. Gua juga ga akan biarin orang yang ga bersalah itu harus menanggung semuanya."

"Iya Qil. Jadi gini ceritanya..."

-TBC-